BAB 18

Feby dan Dion berjalan menuju area parkir mobilnya Feby. Dion hanya diam ketika masuk kedalam mobil Feby. Feby kembali cemberut ketika Dion hanya diam saja.

"Kenapa cuma diam aja?" tanya Feby cemberut memandang Dion.

"Mau gimana emang?" tanya balik Dion yang masih dalam mode bingung.

"Kamu menyesal ikut kesini?"tanya Feby dengan nada kesal.

"Kenapa berpikir begitu?" tanya Dion.

"Yah bisa jadi menyesal meninggalkan mantan kamu."ucap Feby membuat Dion mulai gondok.

"Bisa nggak kamu bawaan jangan curiga mulut." ucap Dion mulai kesal.

"Kamu yang nggak bisa move on dari mantan kamu, bilangnya cinta sama aku, tapi apa." ucap Feby mulai meninggi.

"Ini yang aku nggak suka dari kamu, kamu egois, hanya memikirkan perasaan kamu tanpa memikirkan perasaan orang lain." ucap Dion juga mulai emosi.

"Bacot Lo, bilang aja setelah mantan kamu datang kembali kamu jadi ragu untuk bersamaku, masih ada rasa yang tertinggalkan." ucap Feby marah entah kenapa.

"Jika iya, kamu mau apa?" tanya Dion dingin.

Mendengar pertanyaan terakhir Dion, Feby memukul Dion sambil menangis. Ia memukul asal dengan tinjunya ke badan Dion. Dion membiarkan gadis itu memukulnya sampai Feby sudah tidak berdaya lagi. Setelah tidak berdaya Feby hanya menangis sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya.

Hati Dion sakit melihat gadis yang ia sukai menangis di depannya. Tapi egonya kali ini tidak mau meminta maaf. Ia lalu membuang muka menatap jendela yang ada disebelah kirinya. Lalu tidak lama Dion memilih keluar dari mobil Feby. Dia masuk ke mobilnya dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Feby yang melihat itu semakin kecewa. Dion meninggalkan dirinya saat ia sedang menangis. Dion tidak berniat sekalipun untuk menghiburnya. Feby merasa Dion sudah mulai berubah. Apakah benar cinta Dion berubah untuk Feby? entahlah. Hanya Author dan Tuhan yang tau.

Feby juga melakukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Hatinya sedang galau malam ini membuat dia kurang fokus dalam menyetir. Demi menghindari sebuah motor Feby menabrakkan mobilnya ke sebuah pohon yang ada dipinggir jalan.

...****************...

Bella duduk dikamarnya sedang mendengarkan lagu taxi " Hujan Kemarin."

"Kemarin ku dengar

Kau ucap kata cinta

Seolah dunia

Bagai dimusim semi

Kau datang padaku

Membawa luka lama

Ku tak ingin seolah

Semua seperti dulu

Tak ingin lagi rasanya ku bercinta

Setelah ku rasa perih

Kegagalan ini membuat ku tak berdaya

Tak dapat lagi rasanya ku tersenyum

Setelah kau tinggal pergi

Biar ku sendiri tanpa hadirmu kini lagi

Kau datang padaku

Membawa luka lama

Ku tak ingin seolah

Semua seperti dulu

Tak ingin lagi rasanya ku bercinta

Setelah ku rasa perih

Kegagalan ini membuat ku tak berdaya

Tak dapat lagi rasanya ku tersenyum

Setelah kau tinggal pergi

Biar ku sendiri tanpa hadirmu kini lagi

Tak ingin lagi rasanya ku bercinta

Setelah ku rasa perih

Kegagalan ini membuat ku tak berdaya

Tak dapat lagi rasanya ku tersenyum

Setelah kau tinggal pergi

Biar ku sendiri tanpa hadirmu kini lagi

Tak ingin lagi rasanya ku bercinta

Setelah ku rasa perih

Kegagalan ini membuat ku tak berdaya

Tak dapat lagi rasanya ku tersenyum

Setelah kau tinggal pergi

Biar ku sendiri tanpa hadirmu kini lagi.

Bella larut dalam lamunannya tanpa sadar ada yang menghubunginya. Ponsel Bella berdering sudah berapa kali. Ketika Bella tersadar, ia juga enggan mengangkat telepon dari lelaki yang mengkhianati dirinya. Bella tidak paham kenapa Beni masih menghubungi dirinya. Padahal jelas hubungan mereka sudah selesai.

Bella mematikan musiknya ketika saat ini yang menelponnya adalah mamanya.

"Hallo ma, assalamualaikum." sapa Bella.

"Bel mama mundur pulangnya, masih belum kelar kerjaan mama, kamu nggak apakan?"tanya mamanya yang sedang diluar kota.

" Nggak apa-apa ma, hati - hati ya ma, jangan lupa oleh - oleh." ucap Bella dengan manja.

"Iya sayang, Amar sudah pulang?" tanya mamanya.

"Nggak tau juga ma, nanti Bella kabari ma, Bella liat kekamarnya dulu." ucap Bella kepada mamanya.

"Iya, jangan berantem terus ya." pesan mamanya sebelum menutup panggilan teleponnya.

Bella berjalan keluar dari kamarnya menuju kamar Amar yang ada disebelahnya. Dia mengetuk pintu kamar Amar. Akan tetapi tidak ada jawaban dari dalam kamarnya.Bella mencoba membuka pintu kamar Amar. Bella juga tidak menemukan Amar dikamarnya. Bella mencoba mencari kekamar mandi tapi juga nihil.

Bella turun kelantai satu sambil menghubungi nomor Amar. Akan tetapi dilantai bawah juga tidak menemukan Amar. Nomor Amar juga tidak aktif dihubungi.

"Kemana itu anak? benar - benar nyusahin." gerutu Bella mencoba menghubungi nomor Hp Amar.

Bella tidak bisa sama sekali menghubungi Amar. Ia terpaksa menghubungi abangnya Galuh.

"Halo, assalamualaikum bel." sapa abangnya.

"Waalaikumsalam bang, bang tau nggak Amar dimana? dia masih belum pulang." ucap Bella kepada Galuh.

"Ini masih jam 8 bel, dan ini malam Minggu, paling dia senang- senang, tunggu aja dirumah." ucap Galuh kepada Bella.

" Ya bang, nanti Bella info lagi." ucap Bella sebelum mematikan hubungan teleponnya.

Bella melangkahkan kakinya menuju kamarnya. Namun baru menaiki tangga ketiga dia mendengar bel berbunyi. Bella segera untuk membuka pintu rumahnya.

"Siapakah yang datang? masa Amar pake bel segala." ucap Bella.

Ketika pintu dibuka Bella terkejut melihat laki-laki yang ada didepan rumahnya. Lelaki yang memakai baju kaos putih dan dilapisi kemeja pendek tanpa dikancingkan perpaduan Jean hitam membuat dia makin gagah memegang satu buah buket bunga.

" Ngapain kamu kesini?" tanya Bella dengan ketus.

" Sedang berusaha mengejar Cintamu." jawab Alan sambil tersenyum.

"Nggak butuh dikejar." jawab Bella makin ketus.

"Tapi aku mau." ucap Alan masih berdiri ditempatnya.

"Udahlah pulang sana, lagi malas terima tamu." ucap Bella mengusir Alan.

Bukannya pergi Alan malah masuk kedalam rumah Bella tanpa izin. Alan lansung duduk di sofa yang telah tersedia diruang tamu. Selain membawa satu buket bunga, Alan juga membawa coklat yang sudah di buat buket coklat.

Alan juga membawa dua gelas coklat panas dan beberapa cemilan dari kafenya.

"Coklat panas spesial untuk orang spesial." ucap Alan tersenyum manis mencoba merayu gadis itu.

" Minum aja sendiri." ucap Bella masih ketus.

" Sama calon suami nggak boleh ketus loh." ucap Alan membuat Bella pengin muntah.

"Diamlah, bisa muntah aku dengarnya." ucap Bella memandang Alan dengan tatapan benci.

"Ayo putar musik tentang kita sambil menyeruput coklat berdua dan itu romantis loh." ucap Alan mengeluarkan ponselnya sambil mencari lagu yang cocok untuk mereka.

Setelah bertemu musiknya Alan langsung memutar lagu LIVI " Siapkah kau tuk jatuh cinta lagi."

Bella hanya duduk diam tanpa ekspresi. Sedangkan Alan menikmati music yang sedang ia putar.

" Ayolah bel, jangan hukum aku kayak begini." ucap Alan mencoba meraih keuntungannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!