BAB 14

Bella yang sedang merasa galau, tiba - tiba geram saat melihat Dinda duduk disebelahnya. Dinda duduk dengan tersenyum mengejek. Bella sengaja belakangan ini menghindar dari perempuan yang pernah menjadi sahabatnya.

Dulu Bella akan rela mati - Matian membela gadis ini ketika di ejek oleh teman-temannya. Bahkan Bella juga melabrak mantan kekasih Dinda ketika laki - laki itu selingkuh.

Tapi Bella tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh Dinda kepadanya. Dinda justru menghancurkan kebahagiaan dirinya. Dinda mengkhianati persahabatan mereka.

Bella yang sudah malas berurusan dengan Dinda berniat pergi meninggalkan taman. Akan tetapi langkahnya terhenti karena ucapan Dinda yang membuat dadanya bergemuruh.

"Hei ****** berhenti mendekati Beni, jangan ganggu hubungan kami lagi." ucap Dinda membuat Bella emosi.

"Bukannya panggilan itu lebih cocok untuk kamu?" tanya Bella dengan mencoba setenang mungkin.

"Aku juga tidak pernah mendekati laki - laki brengsek itu, apa dia sudah mulai bosan dengan tubuh kamu, makanya dia ninggalin kamu, opssss sengaja." ucap Bella pura - pura menutup mulutnya sambil tertawa mengejek.

"Kamu." ucap Dinda tertahan karena begitu emosi.

"Saya kenapa? ucapan saya betul semua?" tanya Bella berpura-pura bodoh.

"Kamu yang kasihan, tidak ada laki-laki yang tulus sama kamu, Beni mencintai kamu karena uang kamu, sekarang dekat dengan cowok juga menganggap pengganti." ucap Dinda mengejek balik.

"Jangan sok tau dengan urusan orang, urus saja pacarmu, ohw mungkin bisa jadi sudah tidak jadi pacar kamu, atau memang tidak pernah di akui pacar karena memang Beni hanya memanfaatkan tubuh kamu saja, saya mah nggak apa-apa uang habis, lah kamu." ucap Bella meninggalkan Dinda dengan kesal.

Dinda tidak kalah emosi dengan Bella. Ia berniat mempermalukan Bella tapi malah dia yang dipermalukan. Dia mengepalkan kepala tinjunya dengan kuat.

"Kau liat saja nanti siapa yang akan jadi pemenang." teriak Dinda yang semakin kesal.

Bella terus melangkahkan kakinya tanpa mau untuk melayani Dinda lagi. Untuk saat ini dia merasa muak dengan perempuan yang pernah menjadi sahabatnya. Bella melangkahkan kakinya untuk pulang kerumahnya.

...****************...

Alan Adha sedang duduk diruang kerjanya memeriksa laporan keuangannya. Akhir - akhir ini Alan tampak tidak fokus dalam mengerjakan pekerjaan. Bayangan gadis yang belakangan mengisi hari-harinya membuat ia makin tidak karuan. Ia merasa ada yang aneh ketika beberpa hari tidak bertemu dengan gadis itu.

"Dia kemana ya? kok tidak pernah datang ke kafe ini lagi?" tanya Alan pada dirinya sendiri.

"Apa dia sibuk? tapi dia sudah lulus tinggal nunggu wisuda aja." ucap Alan juga pada diri sendiri.

Alan menutup laporan yang sedang ia periksa. Ia membuka ponselnya lalu melihat beberapa foto gadis yang pernah ia ambil diam - diam.

"Apa ini namanya cinta? apa benar aku hanya menganggap dia pengganti Dita?" tanya Alan pada dirinya sendiri.

Alan menarik nafasnya dengan panjang. Dia berdiri dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya.

Baru beberapa langkah ponsel Alan berdering. Alan melihat ada nama Siswa menghiasi ponselnya.

"Ya sis, Assalamualaikum." sapa Alan yang menghentikan langkahnya.

"Waalaikumsalam, kabarnya kamu mau buka kafe baru lagi, apa nggak undang kami lagi? lupa sama kami?" pertanyaan Siska di seberang sana.

"Nggak lupa kok, cuma memang belum menghubungi kalian aja, datang ya besok." ucap Alan.

"Ah jika aku tidak telpon pasti kamu lupa." ucap Siska.

"Benaran kok, besok boleh bawa suami atau adik ipar sekalian." ujar Alan sambil tersenyum mengingat adik ipar sahabatnya.

"Jangan bilang kamu berniat jadi saudara iparku, nggak lucu sama sekali." ucap Siska tertawa diseberang sana.

"Emang apa salahnya? dari sahabat menjadi keluarga." ucap Alan tersenyum menanggapi ucapan Alan.

"Akan ku buat agar Galuh memperumit kamu untuk mendapatkan adiknya." ucap Siska masih bercanda.

" Hey sahabat macam apa yang memperumit sahabatnya sendiri." ucap Alan protes kepada Siska.

"Karena aku masih tidak yakin sama kamu, jangan pula kamu jadikan Bella sebagai pengganti Dita karena ada kemiripan." ucap Siska mulai serius.

"Mereka berbeda Sis, kamu atau suami kamu pasti tau itu, lagian mereka bukan kembar kok, kok bisa-bisanya kalian bilang mereka mirip " ucap Alan mulai kesal.

"Sifat mereka yang mirip, bukan wajah." ucap Siska tidak kalah kesal karena ia tau jika sahabatnya ini paham maksudnya tadi.

"Sifat mereka juga berbeda, Dita lebih manja dari Bella, Bella lebih tegar dan tidak pecicilan, jadi jangan coba sama - samain mereka karena mereka punya keistimewaan masing-masing bagi orang yang menyayangi, dan jangan buat seolah-olah aku tidak bisa move on dari Dita, apa kata suaminya nanti, kasihan dia lagi hamil." ucap Alan dengan panjang karena ia tidak ingin ada yang salah paham.

"Sorry lan, kamu benar, kami hanya kuatir saja, apalagi kata suamiku akhir - akhir ini Bella sedang dalam mood tidak baik, seperti orang yang patah hati, suami bilang dia masih belum bisa move on dari mantannya itu, semoga kamu bisa buat dia bangkit, ayo Alan kejar cinta kamu." ucap Siska mencoba menyemangati Alan.

Alan bukannya senang tapi hatinya merasa ada yang mencubit. Dia sakit hati ketika mendengar bahwa Bella belum bisa melupakan mantan pacarnya. Hatinya merasa terbakar ketik ucapan sahabatnya terngiang-ngiang di telinganya.

Alan memasukkan ponselnya kedalam celananya. Ia ingin sekali menemui wanita yang membuatnya tidak fokus belakangan ini.

Ketika Alan sampai dirumah Bella, ia melihat gadis itu sedang keluar dari rumahnya. Alan mencoba mengikuti mobil Bella. Gadis itu nampak memarkir kan mobilnya disebuah kafe. Alan mengepalkan tangannya ketika melihat siapa yang ditemui oleh gadis itu. Bella menemui seseorang masa lalunya yaitu Beni.

"Apa kamu memang tidak bisa melupakan laki - laki brengsek itu?" tanya Alan pada diri sendiri.

"Apa semenarik itu lelaki yang sudah menghancurkan hati kamu." Alan memukul stir mobilnya.

Hatinya benar-benar bergemuruh saat ini melihat Bella masih menemui mantannya. Alan membuka pintu mobilnya dengan kasar lalu berjalan masuk kedalam kafe. Alan yang emosi lansung meninju Beni ketika sampai dihadapan Bella dan Beni. Bella yang merasa terkejut lansung mencoba melerai mereka karena Beni tidak tinggal diam ketika Alan memukulnya.

"Cukup hentikan." teriak Bella masih shock.

Kedua laki-laki itu tidak mendengarkan teriakan Bella. Mereka dilerai oleh pengunjung dan satpam yang sedang berjaga. Bella menarik tangan Alan agar menjauhi kafe tersebut. Beni mencoba mengejar Bella, namun Bella mengisyaratkan agar tidak mengikuti. Namun Beni tetap bersikeras untuk mengikutinya. Alan yang masih emosi ingin melayangkan tinjunya kepada Beni. Namun Bella dengan cepat memeluk Alan agar berhenti membuat keributan.

"Makanya mbak, jangan selingkuh, jangan semua laki-laki dilayani." ucap salah satu pengunjung perempuan dengan pandangan merendahkan dirinya.

Mendengar dan melihat Bella direndahkan membuat Alan makin sakit hati. Ia mengebprak meja pengunjung wanita itu dengan sangat keras.

"Jika anda tidak tau apa - apa jangan ikut campur." ucap Alan membuat wanita itu terdiam ketakutan.

Alan menarik tangan Bella keluar dari kafe tersebut. Ia juga memaksa Bella masuk kedalam mobilnya. Alan meninggalkan kafe itu dengan kecepatan tinggi.

"Berhenti, mobilku ada disana ". ucap Bella masih kesal.

"Biar orang ku yang jemput." ucap Alan tidak mau dibantah.

"Alan kamu bukan siapa-siapa, jangan temui aku lagi, aku tidak pacar kamu dan jangan ikut campur." ucap Bella dengan agak emosi.

"Aku menyukaimu." ucap Alan menghentikan mobilnya di pinggir jalan secara mendadak.

"Itu bukan cinta, aku tidak akan mau bersama kamu, aku tidak mencintai kamu." ucap Bella.

"Aku akan mengejar kamu, sejauh mana kamu lari maka sejauh itu aku akan mengejar kamu." ucap Alan meyakinkan Bella.

"Cukup Alan, ini akan menyakiti kita berdua." ucap Bella mencoba melepaskan tangannya dari Alan karena Alan memegang kedua tangannya.

"Bel kasih aku kesempatan membuktikan bahwa aku mencintaimu." ucap Alan memohon kepada Bella.

"Aku tidak bisa, carilah wanita lain." ucap Bella mengalihkan pandangannya kearah lain.

"Apa kamu tidak punya harga diri? masih saja mencintai lelaki yang sudah mengkhianati kamu." ucap Alan dengan nada tinggi.

Bella cukup terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Alan. Ia tidak menyangka bahwa laki-laki itu menyakiti dia dengan membentaknya. Bella lansung menutup wajahnya dan menangis sejadi-jadinya. Alan terkejut melihat gadis itu menangis didepannya. Ia bingung apa yang membuat gadis itu menangis. Ia juga tidak tau harus berbuat apa.

Terpopuler

Comments

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah)

semangat terus ya thor☺️☺️☺️💪
aku selalu mendukungmu

2022-02-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!