"Karena semua kamu yang makan, maka kamu yang bayar."ucap Alan membuat Bella berhenti mengunyah.
Rasanya tiba-tiba kerongkongan Bella tidak bisa menelan makanan dengan sempurna. Dia juga merasa selera makannya menjadi hilang.
"Kenapa berhenti?" tanya Alan ketika melihat Bella berhenti menyuap ataupun mengunyah.
"Hei, gimana ngomongnya ya, duit yang ada dalam tas ini kayaknya nggak cukup." ucap Bella dengan agak takut - takut.
"Belum juga dihitung udah takut nggak cukup, lagian masa keluar Kusuma nggak punya kartu kredit atau semacamnya." ucap Alan dengan santai.
"Semua disita papa karena aku boros." ucap Bella mulai mengingat kembali kenapa semua fasilitas yang diberikan papanya disita.
"hah, ngajak makan tapi nggak punya uang, benar - benar pandai cari kesempatan." ucap Alan mengambil makanan didepan Bella.
Alan lansung memakan makanan yang sudah diambilnya. Bella lansung menutup mulutnya ketika melihat Alan memakan makanan yang ia sudah sentuh.
"Kamu nggak geli atau jijik gitu? itu udah aku kacau dan makan loh." ucap Bella merasa tidak enak hati.
"Lumayan hemat, daripada kamu semua yang habisin." ucap Alan masih memakan makanan itu tanpa rasa geli sama sekali.
"Aneh, kenapa gua nggak geli sama sekali." ucap Alan dalam hatinya.
Setelah selesai makan mereka melanjutkan keliling kota. Mereka awalnya sama - sama diam ketika dalam mobil. Alan mencoba untuk memecahkan keheningan yang ada diantara mereka.
"Jika kamu tidak keberatan kamu boleh cerita kenapa kamu menangis tadi." ucap Alan sambil melirik gadis disebelahnya sekilas.
"Maaf aku belum bisa cerita." ucap Bella tanpa melihat Alan.
"Antarkan aku pulang ya, aku capek." ucap Bella lagi.
"Baik tuan putri." jawab Alan membuat Bella tertawa lagi.
"Tuan putri boleh memerintah apa saja hari ini, lapar tinggal perintah berhenti tempat makan tanpa mikir ada uang, capek tinggal bilang antar pulang." ucap Alan dengan bibir sedikit tersenyum.
"Hahaha." ketawa Bella terpingkal - pingkal.
"Terima kasih untuk hari ini." ucap Bella tersenyum hangat. Hatinya merasa sedikit terobati ketika bersama Alan hari ini.
"Untuk yang kemaren - kemaren?" tanya Alan.
"Apa yang kemaren - kemaren?" tanya Bella balik.
"1. nabrak nggak mau ganti rugi, 2 ngerjain aku pakai Oreo Pepsodent dan coklat bon cabe, lalu hari ini ingus di baju." ucap Alan melirik sedikit ujung bajunya.
"Ia maaf." ujar Bella sambil tertawa.
"Kurang jelas ah." ucap Alan ingin mengerjai gadis disampingnya.
"Ia maaf dan untuk mobil terima kasih sudah mengikhlaskan dengan tidak ganti rugi, tapi kamu tidak rugi kok karena dengan begitu kamu bisa kenalan sama wanita cantik kayak aku." ujar Bella mulai narsis.
"Wuek wuek wuek." Alan pura - pura ingin muntah mendengar Bella yang narsis.
"Aku Alan Adha, kamu?" tanya Alan sambil memperkenalkan diri.
"Aku Bella Tiandra Kusuma." ucap Bella mengenalkan diri balik.
Mereka sudah sampai didepan rumah Bella. Sebelum turun Bella mengucapkan terima kasih.
"Sekali lagi aku antar kamu, kamu terpaksa harus bawa aku singgah ke istana kamu." ucap Alan agak lebai.
"Baiklah, semoga ini yang terakhir." ucap Bella sambil tersenyum.
Bella turun dari mobil dan lansung masuk rumah. Sedangkan Alan lansung tancap gas menuju rumahnya.
...****************...
Ditempat lain Dion tampak keluar dari Arkarna Group dengan tujuan makan siang diluar. Dion sudah bekerja atas sebagai sekretaris Abian. Akhir - akhir ini Dion tampak sibuk karena banyak berkas yang ia kerjakan.
Siang ini pekerjaan Dion agak santai sehingga ia ingin memutuskan makan siang di kafe milik Alan. Ketika masuk kedalam kafe, ia tidak sengaja melihat Feby yang sibuk dengan laptopnya.
"Sendiri aja?" tanya Dion setelah sampai dimeja tempat Feby duduk.
"Iya nih, ayo duduk." ucap Feby melihat penampilan baru Dion. Ia tertawa senang melihat temannya yang sudah bekerja di perusahaan besar.
"Makin tampan aja dengan gaya seperti ini." ucap Feby tersenyum.
"Bilang aja baju yang ku pakai gagah." ucap Dion sambil tersenyum.
"Ayo pesan, bayar punyaku sekalian." ujar Feby.
"Harusnya kamu yang traktir, kan kamu yang nawarin." ujar Dion sambil tertawa.
Tiba-tiba pelayanan datang kemeja Dion. Lalu Dion memesan makanan. Dion melihat Feby sibuk mengutak-atik laptopnya. Terkadang ia juga melihat Feby mengedarkan pandangannya seperti mencari atau menunggu seseorang.
"Nunggu seseorang by?" tanya Dion.
"Nggak, kenapa?" tanya balik Feby.
"Atau nunggu Alan?" tanya Dion membuat Feby senyum kecut.
"Nggak juga sih, ngapain nungguin dia." ucap Feby kembali fokus pada laptopnya.
"By boleh tanya nggak?" tanya Dion.
"Silahkan." ucap Feby menghentikan ketikannya karena ia tau tidak sopan jika orang ngomong tapi sibuk ke laptop.
"Kamu menyukai Alan?" tanya Dion.
"Kenapa bertanya seperti itu?" tanya Feby balik.
"Hanya ingin memastikannya." jawab Dion.
"Apa yang ingin kamu Pastikan Yon?" tanya Feby.
"Hati kamu." jawab Dion dengan serius.
"Kenapa dengan hati aku?" tanya Feby makin penasaran.
Feby pernah dengar teman - temannya bercanda bahwa Dion ada rasa padanya. Tapi Feby tidak menganggap serius karena pria itu tidak pernah menyatakan perasaannya.
"Aku ingin hati kamu menjadi milik aku." ucap Dion jelas.
Feby sedikit terkejut mendengar ungkapan hati Dion. Selama ini ia hanya mendengar candaan dari teman - temannya.
"Kamu mau memberikan aku kesempatan untuk mengejar kamu?" tanya Dion memberikan diri untuk menyatakan perasaannya kepada gadis pujaan hatinya.
"Aku nggak tau, saat ini aku berusaha untuk mengejar cinta Alan." ucap Feby jujur karena ia tidak mau nanti ada salah paham antara dua bersahabat.
"Berilah aku kesempatan untuk mengejar Cintamu, karena aku sudah menyukaimu dari semester awal." ujar Dion.
"Kenapa baru kasih tau sekarang?" tanya Feby.
"Karena dulu aku ragu dengan kehidupan aku, sekarang aku sudah yakin setelah bekerja yang layak." ucap Dion mencoba meyakinkan Feby.
"Ragu?" tanya Feby lagi.
"Aku ragu bisa bersaing dengan Alan yang ada dihati kamu, saya hanya laki - laki yang tidak punya apa-apa." ucap Dion sedikit menunduk.
"Emang aku matre ya." ucap Feby sambil tersenyum.
"Bukan begitu, lagian waktu itu jika seandainya kita jadi, maka uangku tidak cukup buat ngedate, jika kamu tolak maka bisa - bisa kita sudah tidak bersahabat lagi." ucap Dion menjelaskan
"Sekarang kamu tidak takut jika aku tidak mau berteman denganmu lagi? " u
tanya Feby.
"Sekarang pola pikir sudah berbeda, dan jika juga kamu menolak, kita juga akan jarang bertemu karena kesibukan masing-masing." ujar Dion
"Baiklah, semoga ini nggak salah, kamu boleh berjuang." ujar Feby memberikan senyum pada Dion.
"Baiklah, mulai hari ini aku akan mengejar Cintamu." ujar Dion tersenyum bahagia. Ia bahagia setelah akhirnya telah menyatakan perasaannya. Apalagi Febby memberikan kesempatan untuk dirinya mendapatkan Feby.
"Jika hatiku tidak terbuka untuk kamu, aku harap kamu bisa ikhlas ya." ucap Feby meyakinkan Dion .
"Ok, baiklah." jawab Feby dengan suara lembut.
Dion merasa lega sudah berani mengungkapkan perasaannya. Sekarang saatnya ia menunjukkan bahwa ia pantas untuk bersama Feby.
Pelayan datang mengantarkan pesanan yang Dion pesan. Dion juga memesan makanan untuk Feby. Feby tersenyum saat ada makanan kesukaan disana. Merek menyantap makanan diatas meja dengan santai.
Dion melihat pergelangan tangan nya. Ia melihat bahwa jam makan siangnya mau habis.
"By aku duluan ya, sorry mau kerja." ucap Dion pamit kepada Feby.
"Silahkan." ucap Feby dengan senyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments