Ruang mata kuliah ektra untuk mapel seni dan kebudayaan.
Aditya, Sinta, Prasetia dan juga Tazkia kompak untuk mengambil mata kuliah ekstra di bidang seni, jika ditanya alasannya mengapa? tidak ada alasan apapun mereka hanya melakukannya karena ingin menambah wawasan sekaligus mencari ilmu tambahan tentang seni, dan kelas ini juga lah yang menjadi titik temu pertama kali keempatnya hingga kini menjadi sahabat dan dekat.
Pak Waluyo terlihat berjalan memasuki kelas kemudian berdiri di depan menyapa dan mengabsen nama nama mahasiswa yang hadir pada pertemuan kali ini.
" Baiklah sebelum kelas kita mulai saya ingin memanggil Aditya untuk maju ke depan menerima hadiah dari saya." ucap pak Waluyo yang lantas membuat seluruh mahasiswa yang hadir di kelas bertepuk tangan riuh menyambut Aditya untuk maju ke depan.
" Gue hebat kan." ucap Aditya sambil tersenyum bangga dan membusungkan dadanya ketika berjalan ke depan.
" Gila tuh Adit, baru dapet reward kayak gini aja bangga banget, gimana kalau menang piala oskar." ucap Sinta dengan kesal karena melihat tingkah sombong Aditya kala maju ke depan.
" Udahlah Sin kapan lagi lihat tuh anak sebahagia itu hem." ucap Tazkia sambil menyikut pelan tangan Sinta.
" Yap, jarang jarang kan si Adit senyum pepsodent di depan banyak orang." ucap Prasetia ikut nimbrung.
" Ih tapi apa kalian gak perhatiin muka menyebalkan si Adit itu." ucap Sinta lagi tak terima.
" Sudahlah kau kan tidak hanya sehari dua hari berteman dengannya?" ucap Tazkia lagi.
Setelah acara serah terima, mata kuliah ekstra tentang seni akhirnya di mulai, beberapa mahasiswa mulai sibuk mendengarkan pak Waluyo, entahlah setiap pak Waluyo mengajar semua orang seperti tertarik akan pembahasannya tentang bidang seni yang di bawakan oleh pak Waluyo, eits jangan berpikir aneh aneh pak Waluyo bukanlah dosen muda yang ganteng seperti di film atau bahkan di novel novel romansa itu, pak Waluyo merupakan dosen yang mungkin kisaran usianya sekitar 45 tahunan atau mendekati 50 namun kharismanya ketika mengajar seperti memiliki daya tarik tersendiri bagi setiap mahasiswa sehingga cukup banyak yang mengambil ekstra mata kuliah seni dan kebudayaan ini.
********
Setelah beres dengan kelasnya masing masing baik Prasetia, Sinta, Aditya dan juga Tazkia sepakat untuk berkumpul di apartment milik Aditya untuk melihat gift dari pak Waluyo.
" Hilih palingan juga mentok lukisan anak SD, mana mungkin pak Waluyo memberikan lukisan seniman yang terkenal." ucap Sinta yang langsung mendapat tatapan tajam dari Aditya.
" Lo kalau iri bilang aja Sin, repot amat pakai ungkapan ungkapan seperti itu." ucap Aditya.
" Halah biasa aja." ucap Sinta.
" Kalian berdua seperti tom n jeri tau gak berantem mulu, capek gue lihatnya." ucap Prasetia sambil men selonjor kan kakinya pada sofa panjang yang terletak di ruang tamu.
" Udah udah jadi lama unboxing nya kan kalau kalian terus saja beradu argument, keburu penasaran ini." ucap Tazkia dengan kesal.
Dengan perasaan berbunga dan bahagia Aditya lantas membuka perlahan hadiah pemberian pak Waluyo, saat hadiah tersebut sudah di buka sepenuhnya muka Tazkia mendadak langsung tegang entah mengapa saat Tazkia menatap lukisan tersebut seperti ada hawa suram yang menyelimuti lukisan tersebut.
" Widi gila keren banget nih lukisan." ucap Aditya dengan bangga menunjukkan lukisan tersebut pada ketiga sahabatnya.
Lukisan tersebut berlatar di sebuh rumah dengan beberapa bunga yang tumbuh berjajar di beberapa pot pot bunga yang nampak indah, ada sebuah kursi seperti kursi goyang di lukisan tersebut sementara di sebelahnya terdapat seorang gadis tengah tersenyum dengan riang sambil mengangkat beberapa ikat bunga tulip merah di tangannya, bukankah ini sebuah maha karya yang indah untuk beberapa orang yang mengerti dengan seni.
Namun hal tersebut sungguh berbeda dengan Tazkia, ketika Kia melihat semakin dalam pada lukisan tersebut seperti menyimpan hawa suram dan ada yang berbeda dari wajah gadis di dalam lukisan ketika Tazkia menatapnya.
" Apa ini hanya firasat ku atau memang gadis itu nampak marah melihatku?" ucap Tazkia sambil terus menatap ke arah lukisan tersebut semakin dekat dan semakin dekat sampai tiba tiba.
Plak
Tazkia lantas terkejut kala tiba tiba sebuah tangan menepuk bahunya cukup keras tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
" Astaga gila lo ya dit kaget gue tau gak." ucap Tazkia dengan kesal sambil memegangi pundaknya yang terasa sedikit panas.
" Lagian lo ngapain sih sampek sebegitu nya ngeliatin tuh lukisan, demen lo?" ucap Aditya dengan nada menyindir Tazkia.
" Iya, ada apa sih Ki serius amat liatin nya." tanya Prasetia.
" Kalian lihat gak sih ada yang berbeda dengan gadis di dalam lukisan itu." ucap Tazkia.
" Jangan ngadi ngadi lo, ini lukisan gue jangan sampek ujung ujungnya lo suruh gue buang nih lukisan." ucap Aditya dengan kesal.
" Eeee ngablak aja lo, gue beneran coba lihat bener bener deh ke wajah gadis di lukisan." ucap Tazkia lagi.
" Awas lo ya sampai ngibulin gue." ucap Aditya.
" Ya udah kita coba perhatiin dulu aja, nanti baru kita berkomentar." ucap Sinta.
Aditya kemudian lantas menatap ke arah gadis dalam lukisan dengan ogah-ogahan, diikuti dengan Prasetia dan juga Sinta, cukup lama ketiganya memandang ke arah lukisan dengan muka serius sampai beberapa menit kemudian terdengar Aditya berteriak yang lantas membuat ketiganya terkejut.
" Lo bener ki." teriak Aditya yang lantas mengejutkan ketiganya yang tengah serius menatap ke arah lukisan.
" Apa yang bener dit?" tanya Tazkia.
" Iya apaan dit?" ucap Sinta yang juga penasaran dengan apa yang Aditya temukan.
" Die cantiknya paripurna geis, jadi pengen ketemu aslinya deh, pasti cantik." ucap Aditya sambil menatap lukisan tersebut dan berkhayal.
" Ye dasar kampret orang lagi serius serius juga malah ngajak bercanda nih orang." ucap Sinta dengan kesal.
" Kebiasaan lo dit." ucap Prasetia yang juga kesal atas penuturan Aditya.
" Lagian si Kia ada ada aja pakai acara bilang ada yang aneh lagi." ucap Aditya.
Aditya kemudian lantas berdiri dan memajang lukisan tersebut tepat di ruang tamu yang terletak di apartemen miliknya.
" Gimana keren gak?" ucap Aditya sambil menunjukkan letaknya menaruh lukisan tersebut.
" Ya ya ya terserah lo, pokoknya gue udah peringati ya, perkara lo percaya atau tidak terserah." ucap Tazkia dengan kesal.
" Bodoh amat yang penting hari ini gue bahagia." ucap Aditya dengan nada mengejek Tazkia.
" Udah udah dari pada bertengkar makan yok, lapar nih." ucap Sinta sambil bangkit berdiri menuju dapur.
" Ayo gue juga lapar." ucap Prasetia bangkit berdiri menuju ke arah dapur yang kemudian dikuti oleh Aditya dan juga Tazkia di belakangnya.
Tanpa keempatnya sadari ketika keempatnya berjalan menuju dapur gadis dalam lukisan tersebut tiba tiba melirik ke arah mereka berempat. Yang semula gadis dalam foto tersebut tersenyum perlahan berubah menjadi tawa yang lebar dengan mulut yang tiba tiba sobek disertai dengan darah yang mulai menetes di kanan dan kiri mulut gadis tersebut.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments