" Kia ki lo jangan bikin gue takut Kia." ucap Sinta mencoba membangunkan Tazkia sambil meletakkan baju lengan panjangnya ke kening Tazkia karena darah bekas pukulan Burhan belum juga berhenti.
" hiks hiks gue harus apa di saat seperti ini?" tanya Sinta.
Saat Sinta di landa kebingungan tiba tiba saja ia mendengar suara pintu depan di buka oleh seseorang, Sinta yang sedang panik lantas langsung berdiri kemudian bersiap menyeret tubuh Tazkia untuk bersembunyi.
" Sinta Kia kenapa?" ucap Prasetia yang baru saja masuk ke dalam dan melihat Sinta tengah menangis sambil menyeret tubuh Tazkia.
" Elo bunuh Kia sin?" ucap Aditya yang juga terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Mendengar suara yang tidak asing di telinganya lantas membuat Sinta sedikit bernafas lega.
" Huuuuuuuuuuaaaaaaaa untung kalian yang datang, aku sudah bingung harus bagaimana? ayo kita cepat pergi dari sini! semua orang di sini gila, ayo cepat gendong Kia." ucap Sinta sambil menangis tersedu sedu dan meminta kedua pria tersebut untuk membawa Tazkia.
Mendengar hal tersebut Aditya dan Prasetia lantas saling pandang kebingungan.
" Ayo geis pergi, gue gue akan jelasin semuanya nanti." ucap Sinta lagi namun kali ini dengan nada setengah berteriak.
Mendengar teriakan Sinta, Prasetia lantas langsung menggendong Tazkia di punggungnya kemudian bersiap untuk keluar dari sana.
" Ada apa sih?" tanya Aditya dengan bingung.
" Entar gue jelasin yang pasti kita harus segera lari dari sini." ucap Sinta.
Ketiganya lantas langsung berlari menuju Villa, namun bukan untuk kembali ke sana melainkan untuk mengambil mobil agar mereka bisa pergi sejauh mungkin dari Villa.
Butuh perjuangan yang keras untuk bisa keluar dari hutan di dalam kondisi hari yang gelap, ditambah lagi dengan Tazkia yang pingsan membuat langkah mereka begitu melelahkan, beberapa kali Aditya dan Prasetya bergantian untuk menggendong Tazkia karena tubuh mereka yang sudah kelelahan, berlari dengan membawa beban di punggung tentu cukup melelahkan bukan?
Mereka berempat lantas segera memasuki mobil, Aditya menaruh tubuh Tazkia di kursi penumpang bersama Sinta kemudian ikut masuk ke dalam mobil.
" Geis kuncinya mana?" tanya Prasetia kala mencari kunci namun tidak kunjung ketemu.
" Jangan gila lo, bukannya kuncinya ada di elo ya." ucap Aditya dengan kesal.
" Bukan gue yang bawa oon." ucap Prasetia lagi yang juga ikut kesal karena Aditya bukannya ikut membantu malah membuat suasana semakin ricuh.
" Udah gak usah berantem, cari yang bener kita gak ada waktu untuk ribut sekarang." ucap Sinta menengahi.
Aditya dan Prasetia kemudian lantas saling merogoh saku celana mereka namun kuncinya tidak kunjung ketemu.
" Astaga kuncinya di kamar." ucap Aditya setengah berteriak kala teringat di mana terakhir kalinya ia menaruh kunci kemarin.
" Eh kampret terus ini gimana? gue ogah masuk ke dalam, elo tau sendiri di dalam gak aman." ucap Prasetia.
" Gue juga ogah." ucap Aditya.
" Ayolah kalian berdua saja sanah yang pergi gampang kan." ucap Sinta.
" Elo mah enak tinggal ngomong." ucap Aditya.
" Udah cepetan pergi sanah." ucap Sinta lagi.
" Oke kami pergi." ucap Prasetia memutuskan.
Sesuai usulan Sinta pada akhirnya Prasetia dan Aditya lantas mengambil kunci mobilnya ke dalam Villa.
Dengan langkah cepat setengah berlari Prasetia dan Aditya lantas memasuki Villa dengan langkah tergesa-gesa tanpa menoleh ke kanan maupun ke kiri.
" Aduh kenapa bisa semencekam ini sih." ucap Aditya dalam hati dengan terus berlari mengikuti langkah kaki Prasetia.
Saat langkah mereka tinggal beberapa langkah lagi, tiba tiba saja nampak sosok mirip Ferdi tengah berdiri di depan pintu kamar namun dengan melayang kakinya tak menapak pada tanah, keduanya kemudian lantas berhenti kala melihat bahwa di depan mereka bukan manusia.
" Aduh pakai acara ada dia lagi di situ." ucap Aditya sambil menatap ke arah pintu kamar.
" Pergi kamu! kami tidak pernah mengganggumu, biarkan kami pergi dari Villa ini." ucap Prasetia setengah berteriak.
Detik berikutnya entah keajaiban atau apa, setelah Prasetia mengatakan hal tersebut tiba tiba saja sosok yang mirip Ferdi itu tersenyum, dan yang terjadi selanjutnya kunci mobil lantas langsung terlempar dan melayang mendekat ke arah Prasetia dan Aditya.
Tak ingin menyianyiakan kesempatan Prasetia lantas langsung mengambil kunci tersebut dan menarik Aditya untuk pergi kembali menuju mobil.
Aditya dan Prasetia langsung memasuki mobil dengan nafas yang terengah-engah.
" Sudah dapet kuncinya?" tanya Sinta.
" Sudah." ucap Prasetia dengan nafas yang ngap sambil mencoba menghidupkan mobilnya.
Ketika Prasetia mencoba menyalakan mobil tiba tiba saja dari arah depan muncul pria bertudung hitam yang berlari hendak menyusul mereka.
" Pras ayo cepetan Pras jalan sekarang." ucap Aditya yang melihat pria tersebut semakin mendekat.
" Iya sebentar masih di coba." ucap Prasetia yang mencoba menghidupkan mobilnya lagi dan lagi.
Di saat Prasetia mencoba menghidupkan mobil, kaca mobil tepat di sebelah Aditya tiba tiba saja pecah karena di lempar oleh pria bertudung tersebut.
Pecahan kaca lantas bertebaran di mana mana yang untungnya hanya menggores sedikit kulit bagian pipi Aditya yang membuatnya terkejut karena merasakan perih di daerah pipi.
" Aw sial." ucap Aditya.
Dari arah luar entah kapan datangnya tangan pria bertudung tersebut tiba tiba menarik baju Aditya yang lantas membuat Aditya terkejut kedua kalinya.
" Pras goblok lo! cepetan hampir mati nih gue." ucap Aditya mengatai Prasetia karena mobilnya tak kunjung menyala sedangkan pria bertudung tersebut berusaha menarik Aditya agar keluar dari mobil.
Aditya yang sebisa mungkin berusaha melepaskan diri, tanpa sengaja menarik topeng kain yang melekat dan menutupi wajahnya.
Setelah topeng berhasil di buka betapa terkejutnya mereka wajah di balik pria bertudung tersebut adalah pak Burhan.
" Pak Burhan!" ucap Aditya dan Sinta secara bersamaan.
Tepat ketika keduanya terkejut karena pak Burhan, mobil berhasil menyala Prasetia kemudian langsung menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga membuat pak Burhan yang berusaha membuka pintu mobil menjadi terpental dan tersungkur.
" hhhhhhhhhhh gila jadi pria bertudung tersebut pak Burhan." ucap Aditya dengan nafas terengah-engah.
" Berarti semua yang di katakan Kia tadi benar." ucap Sinta dalam hati.
" Kita pulang geis." ucap Prasetia.
" Kita pulang yuhu." ucap Aditya.
" Oh astaga." ucap Aditya yang terkejut karena tiba tiba ponselnya berdering, Aditya kemudian lantas mengusap ikon berwarna hijau di layar ponselnya.
" Halo bagaimana liburan mu nak?" tanya Rudi yang tak lain adalah ayah dari Aditya.
" Buruk sangat buruk papa harus segera menjual Villa tersebut atau bakar semua hingga hangus dan tidak ada lagi yang tersisa." ucap Aditya dengan kesal.
" Apa maksud ucapan mu nak." tanya Rudi kembali.
" Tidak ada maksud, aku sambung nanti lagi pa." ucap Aditya kemudian mematikan sambungan telponnya.
" Biasa aja kali dit, yang salah kan bukan Villanya, kenapa yang lo mau bumi hanguskan Villanya? aneh lo." ucap Prasetia sambil tetap fokus menyetir.
" Sama aja gak hanya Burhan sialan itu, bahkan Villa dan daerah situ semuanya gila, pokoknya setelah kita sampai nanti gue akan langsung meminta bokap gue untuk buang tuh Villa sialan." ucap Aditya dengan bergidik ngeri.
" Buang buang lo kira tuh Villa barang." ucap Sinta.
" Biarin aja." ucap Aditya lagi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
나의 햇살
ya harus dihanguskan lah, kalau gk akan bertambah banyak nanti korban yg lain
2022-06-16
0
나의 햇살
kalau Fredi udah meninggal, lantas yg manusia kembaran Ferdi itu siapa???
2022-06-16
0
나의 햇살
kok Prasetia yg gendong??? bukannya kepalanya juga bocor
2022-06-16
0