" Satu dua lari geis sekarang!" teriak Tazkia tiba tiba yang lantas langsung membuat bingung pria bertudung itu.
" Sialan mereka tahu rencana ku, tidak akan ku biarkan." ucap pria bertudung itu lalu ikut berlari mengejar salah satu dari mereka secara acak dengan langkah kaki yang cepat.
Lelaki itu terus berlari mengejar salah satu dari mereka, Tazkia, Prasetia, Sinta, dan Aditya terus berlari secepat yang mereka bisa agar tidak terkejar oleh pria bertudung hitam itu. Langit benar benar tidak bisa di ajak berkompromi di kala genting seperti ini, hujan yang sangat deras dengan keadaan sekitar yang berkabut membuat jarak pandang mereka sedikit kabur karena terkena air hujan, di tambah lagi dengan langkah kaki yang kian memberat karena tanah yang becek dan juga licin terkena air hujan.
Aditya lantas berhenti sejenak untuk mengambil nafas, langkah kakinya semakin berat karena sepatu olahraga yang di pakainya sudah penuh dengan lumpur sehingga membuat langkah kakinya cukup berat dan licin.
" Hhhhhhh ambil nafas dulu bentar, udah gak sanggup, masak iye si kutu kupret bisa nyampe sini? bukankah aku sudah berlari cukup jauh, setidaknya aku bisa bernafas sedikit lebih lega sekarang." ucap Aditya sambil menyandarkan tangannya ke dahan pohon besar dengan deru nafas yang membara karena berlarian sedari tadi.
Baru saja Aditya menghentikan langkahnya dan berbalik untuk menyender pada pohon besar tersebut, tiba tiba saja sebuah kapak melayang nyaris mengenainya dan langsung menancap ke pohon dengan posisi tepat di sebelah kepala Aditya.
" Astaga hampir mati aku mak! hhhhhhhh jika sudah begini saatnya aku untuk lari." ucap Aditya yang terkejut dengan kapak yang tiba tiba melayang dan menancap disebelah kepalanya.
Baru saja akan berlari, kaki Aditya malah tersandung akar lalu terjatuh dengan posisi tengkurap di tanah, Aditya berusaha sebisa mungkin untuk lekas bangun dengan kondisi tanah yang licin karena hujan belum juga berhenti sedari tadi.
" Gue gak boleh rebahan disini sekarang, mak Aditya masih pingin hidup." ucap Aditya menyemangati dirinya sendiri sambil mencoba bangun.
Hampir saja Aditya berhasil bangkit tiba tiba saja pergelangan kakinya terasa seperti tengah di pegang oleh sebuah tangan dengan erat sehingga Aditya tidak bisa bangkit dan lari dari sana.
" Mau kemana kamu hahahaha, tidak ada yang bisa lari dari ku." ucap pria bertudung tersebut sambil memegangi kaki sebelah kiri Aditya.
" Enak aja kalau ngomong lo! gue gak akan hanya pasrah menunggu kematian gue di tangan lo." ucap Aditya setengah berteriak di tengah derasnya guyuran air hujan.
Aditya berusaha sebisa mungkin menendang nendang kan kakinya agar tangan pria tersebut lepas, meski butuh usaha yang keras namun Aditya tak putus asa dan terus berjuang agar bisa lari dari pria bertudung tersebut, Aditya kemudian lantas berbalik badan dan langsung menendang kepala pria bertudung tersebut hingga ia terpelanting ke sebelah kiri dan lepas dari kaki Aditya.
Melihat kakinya sudah bebas dari pria bertudung tersebut, Aditya lantas langsung bangkit berdiri dan lari sekencang mungkin mencari jalan kembali menuju Villa.
" Aku bisa, aku bisa." ucap Aditya menyemangati dirinya sendiri sambil tetap berlari kencang.
**********
Sementara itu Tazkia juga berlari sekencang mungkin untuk menghindari pria bertudung hitam itu.
Tazkia berusaha sebisa mungkin mencari jalan kembali dengan rute berbeda dari yang mereka ambil ketika berangkat tadi karena ketika Tazkia berlari Tazkia mengambil jalur terlalu ke kanan sehingga jalur yang Tazkia pilih cukup jauh untuk menuju ke arah Villa.
Dari pandangan yang samar samar karena terkena air hujan dari kejauhan Tazkia melihat seperti ada seorang bapak bapak yang tengah berdiri berteduh di dekat pohon besar membelakanginya, seperti menemukan secercah harapan Tazkia lantas berlari dan mendekati bapak bapak tersebut.
" Pak bisa bantu saya hhhhh." ucap Tazkia dengan nafas terengah engah karena habis berlarian sedari tadi.
Sudah beberapa menit Tazkia berbicara namun bapak bapak tersebut sama sekali tidak menanggapinya, Tazkia kemudian lantas memegang pundak bapak bapak itu berharap bapak bapak tersebut mau menoleh ke arahnya, namun tiba tiba saja tanpa di duga kepala bapak bapak tersebut jatuh dan menggelinding kemudian berhenti tepat di sebelah Tazkia.
Keringat dingin mulai bercucuran di seluruh badan Kia meski hujan masih belum berhenti sedari tadi, rasa takut, terkejut, dan ngeri saling bercampur menjadi satu. Tubuh Tazkia benar benar mendadak kaku tidak bisa bergerak, jangankan untuk lari bahkan hanya sekedar menjauh dari kepala tersebutpun Tazkia tidak sanggup.
"Tolong aku "
Hanya kata kata itu yang terdengar oleh Tazkia sebelum tiba tiba lidah dari kepala tersebut menjulur panjang keluar dan bergerak ke sana kemari yang membuat Tazkia terkejut dan langsung jatuh terduduk di sana.
Tazkia lantas melesot mundur perlahan menjauh dari kepala tersebut kemudian lantas berusaha sekuat mungkin untuk bangkit dan langsung berlari sekencang mungkin.
" Kenapa selalu saja begini? apa yang sebenarnya terjadi padaku?" ucap Tazkia dalam hati sambil masih terus berlari mencari jalan kembali menuju Villa.
***********
Sementara itu sama seperti lainnya Sinta berjuang berlari sebisa mungkin menjauh dari laki laki bertudung tersebut.
Perasaan Sinta benar benar campur aduk, Sinta ingin sekali marah namun siapa yang harus ia salahkan? Sinta ingin sekali pulang, namun bagaimana caranya untuk ia pulang? sedangkan semua teman temannya sedang sama sama berusaha untuk terbebas dari kejaran pria bertudung hitam tersebut.
Sinta lantas berhenti sebentar untuk menarik nafas dan mengistirahatkan kakinya, namun saat langkahnya terhenti dari arah kanan Sinta lantas melihat pria bertudung tadi berjalan ke arahnya dengan membawa kapak dengan sobekan kain berwarna putih yang sudah berubah warna menjadi merah sedikit terang yang menyangkut pada paku yang terletak di sisi kayu bagian atas kapak.
Melihat langkah pria itu semakin mendekat Sinta lantas langsung berlari dan bersembunyi di dalam semak semak agar tidak terlihat oleh pria tersebut.
" Tidak mungkin! bukankah sobekan kain itu seperti baju yang di pakai Pras, tapi noda di bajunya, tidak mungkin darah kan?" ucap Sinta dalam hati sambil terus memperhatikan langkah si pria bertudung tadi hingga menghilang dari pandangannya.
Setelah kepergian pria bertudung tersebut Sinta langsung terduduk lemas, pikiran demi pikiran buruk tentang Prasetia mulai menjalar memenuhi kepalanya. Kenangan demi kenangan saat kebersamaan yang terjalin dengan ketiga sahabatnya mulai berputar bak sebuah alur film di kepalanya.
" Tidak mungkin Pras mati bukan? Pras tidaklah selemah itu, dia pasti bisa bertahan kan? aku tidak ingin mati! aku tidak ingin mati hiks hiks." ucap Sinta dengan tangis yang sudah membasahi pipinya seiring dengan air hujan yang masih mengguyur bumi sedari tadi.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Ricka Monika
ini cerita hantu atau cerita pembunuhan🤔
2025-02-14
0
senja
ada jalan rahasia kah? kok cepet banget disusulnya? atau pelakunya lebih dari satu? Pak Penjaga n Anaknya
2022-04-14
1