Entah Ferdi yang baru datang mendengar teriakan Tazkia atau bahkan tau keberadaannya, tepat pada saat Tazkia berteriak Ferdi yang baru datang langsung menatap tajam ke arah Tazkia kemudian melempar pisau ke arahnya dan langsung menembus tubuh Tazkia, detik selanjutnya pandangan Kia langsung menggelap dan pingsan.
" Kia ki Kia." ucap Sinta dan Aditya secara bersamaan menepuk tepuk pipi Tazkia agar segera sadar.
Perlahan Tazkia mulai terbangun dengan keadaan terkejut dan deru nafas yang memburu, saat matanya terbuka samar samar ia melihat kedua bayangan di atasnya, Tazkia yang masih mengira keduanya adalah Ferdi lantas langsung menggerakkan tangannya mengusir bayangan tersebut sambil berteriak.
" Pergi kalian! pergi jangan ganggu aku pergi." ucap Tazkia dengan berteriak sambil berusaha mengusir kedua bayangan tersebut.
Aditya dan Sinta yang melihat Tazkia bangun awalnya bernafas lega namun kemudian keduanya terkejut kala Tazkia tiba tiba berteriak seperti orang kesetanan.
" woy woy ki kampret lo bangun bangun pakai acara tampol muka ganteng gue lagi, sakit tau." ucap Aditya setengah berteriak yang lantas langsung menyadarkan Tazkia.
" Adit Sinta aaaaaa gue kira kalian kembar psiko." ucap Tazkia yang lantas bangkit kemudian memeluk keduanya dengan erat.
" Tunggu dulu, apa maksudmu dengan kembar psiko?" tanya Sinta bingung ketika Tazkia sudah melepaskan pelukannya.
" Ferdi ternyata punya kembaran." ucap Tazkia yang lantas membuat Aditya dan Sinta saling pandang satu sama lain.
" Iya lalu apa hubungannya dengan psiko Tazkia." ucap Aditya dengan memanjangkan nama Tazkia di akhir ucapannya.
" Iss lo mah kebiasaan gak pernah dengerin dulu kalau orang lagi ngomong." ucap Tazkia dengan nada kesal menatap ke arah Aditya.
" Udah lanjutin Ki jangan dengerin Aditya." ucap Sinta yang langsung di balas tatapan tajam oleh Aditya.
" Bagaimana gak psiko kalau keduanya sama sama hobi membuat manekin manusia, semua koleksi mereka di sembunyikan di sebuah rumah di tengah hutan dekat air terjun yang juga sekaligus merupakan tempat eksekusi korban mereka." ucap Tazkia menjelaskan secara rinci apa yang ia lihat.
" Lo yakin? tau dari mana lo tentang ini semua?" ucap Aditya.
" Udahlah tau dari mananya gak penting sama sekali yang terpenting sekarang kita harus segera membongkar kejahatan mereka berdua, karena kita tidak akan bisa pulang jika mereka berdua tidak di adili." ucap Tazkia.
" Enak aja mending gue pulang, ogah gue berurusan dengan psiko model.an mereka, satu aja tadi udah nyusahin bagaimana kalau dua, ogah banget gue." ucap Aditya sambil bergidik ngeri.
...Tepat setelah Aditya mengucapkan hal itu tiba tiba saja angin berhembus sangat kencang di dalam rumah yang entah datang dari mana, barang barang mulai berjatuhan dan terlempar dengan sendirinya....
" Ada apa ini?" ucap Aditya menatap sekeliling.
" Mereka akan marah jika lo tidak membantu mereka, lo bisa pilih di ganggu oleh mereka yang tidak terlihat atau mengungkap semua hal tentang Ferdi." ucap Tazkia dengan datar.
" Ki lo yakin?" ucap Sinta sambil menatap ngeri pada barang barang yang masih berjatuhan.
Aditya terdiam dengan tatapan ngeri bercampur kesal kala harus memilih diantara pilihan yang sama sama tidak menguntungkan, sampai kemudian ketika Aditya menoleh ke kiri sebuah vas bunga melayang ke arahnya dengan cepat hendak menghantam kepalanya, Aditya yang sadar mereka mulai marah lantas langsung berteriak.
" Ok ok gue setuju." ucap Aditya dengan berteriak dan detik berikutnya vas tersebut berhenti dan jatuh tepat di sebelah Aditya.
" Huhhh untung saja." ucap Aditya yang merasa lega karena vas tersebut tidak jadi mengenai kepalanya.
Tazkia hanya tersenyum kecil kala melihat wajah ketakutan Aditya kemudian menatap sekeliling namun seketika pandangannya terhenti pada kedua sahabat di depannya, Tazkia merasa ada yang kurang dari mereka.
" Btw Pras kemana? gak mungkin dia kesasar kan?" tanya Tazkia memandang ke arah Aditya dan Sinta secara bergantian namun yang di pandangi malah menatap balik Tazkia dengan tatapan yang sedih.
Mendengar pertanyaan Tazkia, Sinta lantas hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apapun, pikiran buruk satu persatu mulai berkumpul di pikiran Tazkia saat ini.
" Tidak mungkin kan?" ucap Tazkia sambil menutup mulutnya sedikit terkejut dengan dugaannya sendiri.
" Gue gak tahu tepat kondisi Pras hanya saja gue melihat pria bertudung tersebut menyeret kapak yang terdapat sobekan baju yang di kenakan Pras dengan noda darah yang sudah bercampur air hujan di sana." ucap Sinta dengan manik mata sendu mengingat apa yang dilihatnya.
" Enggak mungkin Pras mati secepat itu, dia pasti bertahan, kalian tahu kan dia yang paling kuat di antara kita, tidak mungkin dia telah tewas! dit ayo kita cari! jangan hanya diam, Adit Sinta kenapa kalian seperti ini." ucap Tazkia dengan sedikit histeris.
" Ki tenanglah aku juga yakin Pras masih hidup tapi kita tidak mungkin keluar dari sini dan mencari Pras ketika di luar keadaan sama sekali tidak mendukung untuk kita mencari Pras." ucap Aditya.
" Apa yang tidak memungkinkan di luar sudah tidak hujan, harusnya kalian keluar dan mencari Pras bukan diam di sini." ucap Tazkia.
" Ki di luar sudah malam mencari pun percuma, kita tunggu sampai pagi oke." ucap Sinta menengahi.
" Gak bisa, lo gak tau seberapa kejamnya Ferdi sialan itu." ucap Tazkia.
" Ki lo jangan gila, tadi siang aja gue hampir kena kapak sialan itu bagaimana kalau malam hari, dia tidak hanya sendirian apa lo mau menyerahkan nyawa lo secara sukarela ha?" ucap Aditya setengah berteriak.
" Kalau kalian gak mau pergi, gue akan pergi sendirian dengan atau tanpa kalian sekalipun!" ucap Tazkia dengan nada tinggi kemudian berlari menuju pintu utama.
Melihat Tazkia yang berlari menuju pintu utama Sinta dan Aditya lantas menyusulnya, baru saja pintu di buka tiba tiba saja Tazkia dikejutkan dengan sebuah sosok penuh lumpur dengan penampilan yang acak acakan serta baju putih yang sudah berubah warna.
" Aaaaaaaaaaa." teriak Tazkia.
Aditya dan Sinta yang berlari menyusul Tazkia lantas kebingungan dan langsung mempercepat langkahnya menuju pintu utama.
" Ada apa ki?" tanya Sinta.
" Astaga naga makhluk apaan ini? dekil amat." ucap Aditya yang terkejut kala melihat ke arah pintu yang terbuka.
Ketiganya lantas mundur sementara sosok tersebut terus maju mendekat ke arah mereka.
" Pergi kau jangan ganggu kami." ucap Sinta setengah berteriak.
" He makhluk kampret pergi kamu." ucap Aditya sambil menunjuk ke arah sosok tersebut kemudian melemparnya dengan majalah yang berada tepat di atas meja ruang tamu.
" Aduh, kalian apa apaan sih?" teriak sosok tersebut kesakitan yang lantas membuat Aditya, Sinta dan juga Tazkia saling berpandangan satu sama lain mencari jawaban.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
senja
mereka yg minta dibantu, bs diajak kerjasama kah? kan mereka cukup kuat smpe bisa lempar barang, masa gak ikut bantu nanti?
2022-04-14
0