Keesokan paginya Prasetia terbangun karena cacing cacing di perutnya sudah pada demo minta diisi sedari tadi.
Sebelum ke dapur Prasetia menyempatkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum memulai sarapannya. Setelah selesai mandi Prasetia lantas keluar dari kamarnya menuju ke arah dapur, di sana Prasetia sudah melihat Tazkia yang sedang sarapan di meja makan.
"Tumben sendiri, Sinta mana?" tanya Prasetia yang melihat Tazkia sarapan sendirian.
"Masih mandi bentar lagi kesini, kalau Aditya kemana? kok lo keluar sendiri?" tanya balik Tazkia kepada Prasetia.
"Masih ngorok tuh orangnya, oh ya emangnya apa sih yang dilihat Aditya semalam? kenapa si Aditya jadi aneh?" tanya Prasetia sambil mulai mengoles selai rasa coklat ke dua lembar roti gandum di piringnya.
"Dia lihat penampakan, siapa suruh tengil." ucap Tazkia dengan entengnya.
Mendengar hal tersebut lantas membuat Prasetia langsung mengerutkan keningnya bingung sambil menatap ke arah Tazkia.
"Kok elo sesantai itu? apa lo sering lihat begituan?" tanya Prasetia penasaran.
"Kagak." ucap Tazkia enteng.
"Hia si ijah gue kira lo sesantai itu karena sudah terbiasa melihat mereka." ucap Prasetia.
Sementara itu dari arah belakang terdengar dua suara yang tak asing ikut menyambar obrolan mereka berdua.
"Lagi bahas siapa nih? mereka? mereka siapa?" tanya Sinta yang langsung menyambar pembicaraan Prasetia dengan Tazkia.
"Iya nih siapa sih yang kalian bicarakan? kok gue jadi ikut penasaran" ucap Aditya sambil menarik kursi untuk ia duduki dan mulai mengambil beberapa lapis roti, kemudian mengolesinya dengan selai rasa coklat pada roti satunya dan selai rasa strawberry pada satunya lagi.
"Ini nih yang namanya panjang umur, orang yang diomongin langsung nongol." ucap Prasetia.
"Kalian berdua ngomongin gue?" tanya Aditya.
"Kagak, lagi ngomongin tukang parkir kampus." ucap Tazkia dengan acuh yang lantas mendapat tatapan tajam dari Aditya karena kesal menyamakannya dengan tukang parkir, sedangkan Sinta langsung tertawa terpingkal kala melihat ekspresi Aditya yang menggelikan.
"Btw kenapa sih lo kemarin dit?" tanya Prasetia.
Mendapat pertanyaan tersebut Aditya lantas menghela nafasnya panjang, kemudian menceritakan segala kejadian yang ia alami semalam termasuk Tazkia yang tiba tiba ada dua, tentunya dengan ekspresi yang meyakinkan dan over mungkin, karena terlalu ekpresif dalam bercerita.
"Katanya lo gak percaya sama yang begituan?" ucap Sinta dengan memutar bola matanya jengah mengingat ucapan Aditya yang terlalu sesumbar kemarin.
"Sepertinya gue terlalu sesumbar deh." ucap Aditya kemudian dengan nada lesu.
"Nah itu lo sadar, mangkanya jangan terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu kalau tidak ingin kena batunya." ucap Tazkia santai sambil memakan roti selai miliknya.
Ketiganya kemudian melanjutkan ritual makan mereka dengan nikmat, sambil membahas beberapa rencana yang akan mereka ambil setelah sarapan nanti.
Senda gurau sesekali menguar memenuhi ruang makan kala ketiganya asyik berbincang sambil menikmati sarapan mereka, belum lagi Aditya yang memang dasarannya kocak dan suka bercanda jadilah suasana semakin ramai dan seru kala keempatnya tengah berkumpul bersama seperti ini.
**********
Setelah sarapan sesuai rencana yang mereka berempat bicarakan di meja makan tadi, keempatnya bersiap pergi ke air terjun yang letaknya tidak jauh dari Villa Edelweis tempat mereka menginap, sebenarnya bukan tidak jauh mungkin jika harus ditempuh dengan mobil atau motor sekitar 10 menitan dari Villa, hanya saja perasaan jiwa traveling keempatnya membuat mereka sepakat untuk berjalan kaki sambil menikmati suasana dan pemandangan sekitar yang masih asri dan tanpa polusi udara.
Mereka memulai perjalanan mereka dengan senyuman yang mengembang, perjalanan yang mereka tempuh cukup melelahkan namun juga sangat mengasikkan, terlebih ini adalah pengalaman traveling bersama yang pertama kalinya sehingga rasa lelah dan letih tidak mereka rasakan lagi, jalanan yang mereka lalui masih sangat asri dan terjaga dengan beberapa jalanan setapak yang di tumbuhi pohon di kiri dan kanannya, terkadang mereka menjumpai hewan melata dan juga beberapa tumbuhan yang tentu saja tidak dapat mereka temui di Jakarta, mungkin suasananya hampir mirip seperti hutan di pegunungan kali ya.
"Hawanya masih sejuk banget disini." ucap Sinta sambil melihat sekeliling dengan senyum yang mengembang.
"Lo bener, enak banget di sini bikin betah berlama lama sambil menikmati keindahan alam yang masih asri." balas Aditya tak kalah sumringah sambil menatap sekelilingnya.
Keempatnya kemudian melanjutkan langkah mereka kembali menelusuri jalanan sekitar menuju ke tempat air terjun, tawa riang kadang terdengar menguar memenuhi area tersebut membuat petualangan mereka kian menyenangkan dan berwarna.
Disaat keempatnya sedang bersenda gurau dan hanyut dalam suasana, dari arah kanan tiba tiba saja Sinta merasakan seperti hembusan angin semilir menerpa kulitnya dan masuk melalui pori pori hingga membuat bulu kuduknya merinding.
"Ada apa sin?" tanya Prasetia karena melihat gerak gerik aneh dari Sinta.
"Gue gak papa ayo lanjut aja." ucap Sinta mencoba bersikap tenang dan positif thinking bahwa hembusan angin barusan hanyalah angin lalu.
Sesuai ucapan Sinta mereka berempat lantas melanjutkan perjalanan mereka, namun lagi lagi Sinta merasa aneh seakan seperti ada yang tengah memperhatikan mereka.
"Tolong aku"
Kata kata itu terdengar jelas di pendengarannya, yang lantas membuat langkahnya langsung terhenti.
Suasana tiba tiba menjadi hening dengan awan mendung pekat yang menutupi area hutan tersebut, ketika Sinta sadar akan hal tersebut ketiga sahabatnya sudah tidak nampak pada penglihatannya, mereka bertiga tiba tiba hilang.
Sinta yang dilanda kebingungan lantas menoleh ke arah kanan dan kiri mencari ketiga sahabatnya tersebut, Sinta berteriak dengan sekuat tenaga memanggil nama mereka satu persatu namun tetap tidak ada jawaban dari mereka. Di saat Sinta jatuh pada lubang keputusasaan dari arah depan, samping kanan dan kiri samar samar muncul seperti bayangan seseorang tengah berjalan ke arahnya.
"Ada orang! aku akan meminta bantuan kepada mereka." ucap Sinta kemudian berlari mendekat ke arah kerumunan tersebut.
Saat jarak pandang antara Sinta dan kerumunan yang ia lihat barusan semakin dekat, betapa terkejutnya Sinta karena semua orang di sana bukanlah manusia, penampilan mereka yang compang camping dengan beberapa darah yang mengalir di tubuhnya, tidak hanya itu bau busuk seketika menyengat memenuhi Indra penciumannya.
Sinta benar benar panik setengah mati, ia ingin sekali berteriak dan lari meninggalkan area tersebut namun kaki dan mulutnya seketika kaku tidak bisa di gerakkan ataupun berteriak meminta tolong.
"Tolong aku"
"Tolong aku"
"Tolong aku"
Hanya kata kata itu yang terdengar menggema di telinga Sinta kala sosok sosok tersebut terus berdatangan mendekat ke arahnya.
"Apakah ini akhir dari hidupku?" ucap Sinta yang sudah pasrah kala melihat sosok tersebut melayang semakin mendekat ke arahnya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
senja
Sinta jadi bs liat karna deket sm Kia?
2022-04-14
0