Wajah Tazkia seketika berubah menjadi pucat kala rentetan demi rentetan kejadian dalam penglihatannya tadi berubah menjadi kenyataan.
"Apa yang terjadi denganku?" ucap Tazkia dalam hati sambil masih menatap kepergian laki laki tersebut.
Detik berikutnya setelah laki laki itu di bawa ke klinik kampus, tiba tiba saja telinga Tazkia berdenging dengan kepala yang terasa berat membuat Tazkia secara reflek menutup matanya.
"Ria ibu kita drop, dia membutuhkan mu Ria! tidak aku harus memberitahunya terlebih dahulu, kenapa aku malah mendapat musibah seperti ini?"
Ucapan tersebut terdengar jelas di telinga Tazkia, dengan disertai bayangan wajah laki laki tadi yang menahan sakit memegangi tangannya, sedangkan darah terus mengalir dari tangan laki laki itu.
Mendengar hal tersebut Tazkia lantas langsung membuka matanya dan menarik nafas dalam dalam menenangkan pikirannya yang terkejut akan penglihatannya barusan.
Sinta yang melihat wajah pucat Tazkia lantas langsung menepuk tangan Tazkia yang membuat Prasetia dan Aditya kemudian menoleh dan menatap ke arah Tazkia.
"Ada apa ki? kenapa wajahmu pucat sekali?" tanya Sinta dengan cemas.
"Are you oke?" tanya Prasetia sambil melihat kondisi Tazkia.
Tazkia yang mendapat pertanyaan tersebut bukannya mengucapkan sebuah kata atau kalimat ia lantas langsung bangkit dan melangkah menuju meja di sebelahnya, yang lantas membuat ketiga sahabatnya saling berpandangan satu sama lain dengan bingung.
"Kenapa dia?" tanya Aditya sambil menatap Prasetia dan Sinta secara bergantian, namun keduanya hanya menjawab pertanyaan itu dengan gelengan kepala.
*********
"Apakah kamu yang bernama Ria?" tanya Tazkia.
"Ya, kenapa?" ucap Ria.
"Ibumu kembali drop, dia sangat membutuhkanmu cepatlah kamu ke rumah sakit sebelum kamu menyesal nantinya." ucap Tazkia tiba tiba yang lantas membuat Ria terkejut mendengarnya.
Tazkia sendiri juga tidak tahu mengapa ia malah memberitahu Ria, yang pasti dia hanya tidak ingin menyesal seperti kejadian laki laki itu.
Ria kemudian lantas bangkit berdiri dan pergi secara terburu buru meninggalkan teman temannya, sedangkan Tazkia melangkah kembali menuju meja tempat sahabatnya duduk tadi.
"Lo tau dari mana Ki?" tanya Aditya ketika Tazkia kembali.
"Entahlah, gue juga bingung ngejelasinnya gimana?" ucap Tazkia yang semakin membuat ketiga temannya bingung.
"Ya kita gak bakal tau kalau elo nya gak ngasih tahu Juminem." ucap Aditya menimpali ucapan Tazkia.
"Kampret lo." ucap Tazkia dengan kesal karena Aditya tidak pernah bisa serius.
"Ayo katakan Ki, gue juga penasaran." ucap Sinta.
"Nanti aja kali ya, soalnya gue gak yakin sama apa yang terjadi hari ini." ucap Tazkia.
" Ah lo mah gak asik." ucap Aditya.
Tazkia hanya tersenyum kecut mendengar sindiran Aditya barusan, bukan bermaksud ingin main rahasia, hanya saja Tazkia belum sepenuhnya yakin tentang segala hal yang menimpa dirinya hari ini.
"Oh ya btw ada apa lo ngajakin kita ngumpul?" tanya Sinta.
Mendengar pertanyaan Sinta barusan Tazkia sedikit excited, karena saking fokusnya ia pada penglihatan yang datang secara tiba tiba, Tazkia sampai melupakan tujuan utama ia menyuruh teman temannya untuk berkumpul.
Tazkia kemudian lantas menjelaskan rencana awal yang ia susun secara matang tentang liburan semester mendatang.
"Nah kalau ini gue setuju." ucap Aditya dengan tersenyum cerah kala mengetahui rencana Tazkia barusan.
"Kalau lo Pras?" tanya Tazkia karena hanya Pras yang tidak menanggapi ide Tazkia.
"Apa kalian yakin?" tanya Pras yang di balas anggukan oleh ketiganya.
Melihat ekspresi ketiga temannya yang sangat bahagia, pada akhirnya mau tidak mau Prasetia menganggukkan kepalanya tanda setuju akan rencana mereka.
"Tapi kita mau pergi kemana?" tanya Sinta.
"Vila Edelweis." ucap Tazkia dengan senyum mengembang di wajahnya.
Mendengar kata Villa Edelweis baik Prasetia, Aditya dan juga Sinta lantas saling pandang satu sama lain, bagaimana tidak? masalahnya Villa tersebut sangat terkenal dengan keangkerannya yang sudah beredar luas di kalangan pecinta traveler.
"Harus banget Villa itu ya Ki?" tanya Aditya yang di balas anggukan oleh Tazkia.
"Di sana pemandangannya enak banget, letak vila tersebut kan juga berada di tengah hutan jauh dari kota, so jadi kita bisa sekalian nikmati petualangan kali ini tanpa kebisingan lalu lintas dan kemacetan ibu kota." ucap Tazkia dengan girang.
"Tapikan Villa itu terkenal horor banget, ya kan Dit? Villa itu milik bokap lo dan lo juga pasti tahu rumor yang beredar?" ucap Sinta.
"Gue denger sih, cuman kalau gue tentu saja gak percaya sama begituan, bisa saja kan itu akal akal.an saingan bisnis bokap gue." ucap Aditya dengan santai.
"Jangan sesumbar Dit entar di datengin baru tahu rasa kau." ucap Sinta.
"Terus gimana? kita jadi ke sana atau ganti destinasi lain nih." ucap Tazkia sambil menatap ketiganya secara bergantian.
"Gue mah ok ok aja tergantung kalian." ucap Aditya.
" Pras? Sinta? kalian gimana?" tanya Tazkia.
"Gue setuju." ucap Prasetia dan juga Sinta secara bersamaan.
*************
Singapura
Di sebuah balkon kediaman keluarga Pratama, nampak Arini tengah merenung sambil menatap ke arah langit malam yang di penuhi kelap kelip bintang di sana.
"Ada apa ma?" tanya Irawan dari arah belakang melangkah mendekat menuju balkon tempat Arini berdiri.
"Aku hanya sedang memikirkan putri kita pa.. seminggu lagi adalah ulang tahunnya yang ke 22, papa tahu bukan apa artinya itu?" ucap Arini dengan nada khawatir di setiap ucapannya.
"Ya, papa juga tahu hal itu, tapi kan kita sudah pernah menghalaunya ma, jadi papa pikir kita juga bisa mencegahnya sekarang." ucapan Irawan menenangkan istrinya.
"Mama hanya tidak mau jika Kia merasakan apa yang mama rasakan dulu." ucap Arini lagi.
"Iya papa tahu, kita cari jalan keluarnya oke?" ucap Irawan lagi.
"Cara apa lagi pa? kita sudah melakukan segala macam cara untuk menghalau semua hal buruk, namun naasnya semua hal yang kita lakukan hanya mampu mencegah di usia muda Kia, lalu bagaimana ketika usia Kia mencapai 22 tahun? bagaimana pa?" ucap Arini sambil menatap ke arah Irawan.
Irawan yang mendengar ucapan istrinya lantas terdiam tidak bisa menyangkal maupun mengiyakan karena semua hal yang di katakan Arini benar adanya.
"Tenanglah ma, kita pasti bisa mencari solusinya papa yakin itu." ucap Irawan dengan yakin.
"Ayo cari pa atau kita pulang saja dan dampingi Kia di rumah." ucap Arini.
"Ma! mama tahu kan jika energi mama dan energi Kia berkumpul menjadi satu itu malah akan semakin memancing mereka yang tak kasat mata mendekat karena rasa penasaran akan aura kalian berdua." ucap Irawan.
"Tapi kan ada papa yang memiliki aura positif yang mampu menopang kami berdua." ucap Arini lagi tak putus asa.
"Tentu papa bisa jika papa berada di rumah, jika papa di kantor atau dinas di luar kota apa yang akan terjadi dengan kalian berdua?" ucap Irawan.
Arini terdiam mendengar perkataan suaminya, karena apa yang di katakan oleh Irawan barusan mungkin akan sering terjadi jika mereka tinggal bersama.
"Mama sabar ya, kita cari solusi terbaiknya." ucap Irawan sambil memeluk erat sang istri memberikan kedamaian di setiap pelukannya.
Bersambung
Karya author kali ini murni berdasarkan karangan belakang jadi jangan terlalu baper ya.
Selamat menikmati😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Eny Agustina
Hooo harus ada pawangnya toh....
2022-07-21
0
Aan Hasanah
good job thor
2022-06-12
1
senja
jadi aura Ibu Anak negatif banget?
2022-04-14
1