Nasehat ibu.

🌸

🌸

"Waalaikumsalam.." jawab wanita paruh baya yang memakai daster batik berlengan panjang, yang baru saja muncul dari dalam ruang keluarga.

Raga mencium punggung tangan wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini. Dan ibu Raga yang bernama Marni mengelus kepala putra sulungnya penuh rasa sayang.

"Gimana kabar ibu?" tanya Raga, keduanya sudah ada di ruang makan, dan beberapa menu juga sudah tersedia di atas meja. Dari sayur sop, perkedel, ayam goreng tak lupa kerupuk udang yang tak pernah ketinggalan sebagai pelengkap.

"Alhamdulillah, ayah yang selalu nanyain kamu nak, jangan bekerja terus menerus, hingga lupa dengan keluargamu" keluh wanita yang masih terlihat cantik, walaupun dengan dandanan yang sederhana.

" Iya bu, maaf. Raga janji akan berusaha mengurangi kesibukan Raga"

"Kita makan dulu ya? setelah itu ada yang mau ibu obrolkan sama kamu" kata Bu Marni dengan lembut.

Ibu dan anak itu kemudian mulai makan siang dengan lahap. Apalagi Raga, dia selau menyukai masakan ibunya apapun jenis masakannya. Di lidahnya rasa masakan sang ibu sangat pas dan tentu saja lebih enak daru makanan dari restoran manapun.

Begitu selesai makan, bu Marni mengajak putranya ke ruang keluarga. Keduanya duduk berdampingan.

"Ayah masih di bengkel bu?"tanya Raga.

" Iya, ayah sudah bawa bekal tadi waktu berangkat, jadi nggak perlu bolak-balik untuk makan siang di rumah" jelas Bu Marni.

Raga memang mendirikan bengkel untuk motor dan juga mobil sejak tiga tahun yang lalu. Sebenarnya Raga lebih suka ayah dan ibunya diam di rumah, karena dia juga sudah lebih daru mampu menafkahi mereka, juga membiayai kuliah Dina,adik satu-satunya.

"Tolong bilang sama ayah bu, jangan terlalu capek, boleh ke bengkel, tapi hanya untuk mengecek saja. Tidak perlu turun tangan langsung. Toh sudah ada beberapa karyawan juga kan?"

"Iya, nanti ibu coba bicara. kamu tau sendiri kan gimana ayah kamu?" Bu Marni menepuk paha putranya dengan lembut.

"Iya bu, karena kerja keras ayah dan juga pengorbanan ibu, Raga jadi seperti ini.." Raga mengecup punggung tangan sang ibu.

"Raga, ada yang mau ibu tanyakan sama kamu. Kemarin Sandra kemari, dia menangis. Katanya kamu sudah memutuskan dia. Kenapa nak?" tanya bu Marni lembut. Sebagai seorang ibu dia sangat paham dan tau, hubungan Raga dan juga Sandra tidak pernah berjalan seperti seharusnya.

Padahal keduanya sudah menjalin hubungan cukup lama, hampir dua tahun. Dan sang ibu bisa melihat, Raga seperti tidak bahagia dalam menjalin hubungan dengan kekasihnya itu.

" Maafkan Raga bu, Raga hingga detik ini masih belum bisa mencintai Sandra, sebelum kami masuk ke jenjang yang lebih serius, lebih baik di akhiri saja. Kasian Sandra, bila kami menikah tapi hati Raga untuk wanita lain" Raga menjatuhkan kepalanya dipundak sang ibu.

Dengan penuh kasih sayang bu Marni mengelus kepala putranya. Sedewasa apapun putranya, baginya tetap anak yang harus di lindungi dan di sayangi.

"Kamu masih mencintai dia?" tanya bu Marni lagi. Raga juga sudah menceritakan bagaimana dia sangat mencintai gadis yang bernama Zivanna Arneta. Raga remaja yang menangis di pangkuan sang ibu, akibat penolakan dan penghinaan yang dia dapat dari gadis yang sangat dia puja dan dia cinta.

" Iya bu, Raga harus bagaimana? Raga sudah menemukan dia bu" lirih Raga, dia memeluk tubuh sang ibu dengan erat. Seperti layaknya anak kecil yang butuh perlindungan dari ibunya.

"Kamu sudah menemukannya? bagaimana di sekarang, apa sudah menikah?"

" Dia masih sendiri bu, dan kehidupannya sekarang jauh berubah dengan hidupnya yang dulu, dan Raga juga masih sangat mencintai dia bu, rasa cinta ini ternyata lebih besar dari rasa benci yang sempat tumbuh subur di hati ini"

"Nak, jalani apa yang menurut kamu yang terbaik. Jika memang kamu sangat mencintai dia, cepat selesaikan masalah kamu dengan Sandra, juga kepada orang tuanya. Meminta maaflah yang benar." kata sang ibu panjang lebar.

Dalam hati wanita itu merasa bahagia, akhirnya sang putra sudah menemukan wanita pilihannya, wanita yang sudah sejak lama dia cintai.

Bagi orang tua, kebahagiaan anak adalah yang paling utama. Dan kesedihan sang anak juga akan menjadi beban bagi nya.

" Maafkan Raga bu"

" Kenapa harus meminta maaf, kamu sudah melakukan yang benar. Mungkin Sandra akan bersedih, tapi seiring dengan berjalannya waktu, ibu yakin dia akan bisa melupakan kamu."

" Iya bu, semoga Sandra mau berlapang dada menerima ini semua." ucap Raga.

" kalo semua sudah beres, segera bawa pujaan hatimu ke hadapan ibu. Seperti apa bidadari yang menjadi pujaan hati putraku ini" bu Marni tertawa kecil.

"Dia sudah banyak berubah bu, sekarang lebih lembut, manis, sederhana, dan yang tidak pernah berubah adalah kecantikannya, biarpun sekarang hidupnya pas-pasan, aura kecantikannya tidak pernah luntur." kata Raga panjang lebar. Senyumnya tersungging tiap kali membicarakan sang pujaan hatinya.

"Hemm, ibu sungguh penasaran"

" Nanti juga pasti bertemu, dia sekarang bekerja di kantor Raga bu, jadi office girl" lirih Raga.

" Masya Allah.." bu Marni menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

" Kedua orang tuanya sudah meningal sepuluh tahun yang lalu, dah dia hidup sebatang kara bu saat ini" netra Raga mengembun, rasanya sakit membayangkan kehidupan Zivanna sebelum bertemu dengan dirinya.

"Kalo begitu, cepat selesaikan masalah kamu, dan segera halalkan dia" ucap bu Marni dengan tegas.

" Iya bu.."

"Semoga Sandra mau menerima ini semua"

" Aamiin.."

"Kamu nanti nginep kan?" tanya bu Marni kemudian.

" Tidak bu, nanti sore Raga akan kerumah Sandra, dan menyelesaikan semua. Karena Zivanna juga tidak akan mau menerima Raga, bila Sandra tidak mau berpisah"

"Ya sudah, berdoa saja sama ALLAH, jika memang gadis pujaan hatimu adalah jodohmu pasti akan disatukan, bagaimanapun caranya"

" Iya bu, Raga harap juga seperti itu" Raga menyandarkan punggungnya ke belakang.

"Ibu tinggal istirahat dulu ke kamar nggak papa kan?" bu Marni beranjak bangun.

"Iya bu, istirahat saja dulu. Raga juga mau rebahan dulu dikamar habis sholat duhur.

Setelah sang ibu menghilang masuk ke kamar, Raga pun beranjak masuk ke dalam kamarnya, yang berada di sebelah kamar sang ibu.

Dia merebahkan tubuhnya ke ranjang, dan berniat ingin menelfon Zivanna, entah kenapa, dia begitu merindukan gadis itu.

*Tut...

Tut...

Tut*..

Hingga beberapa kali dia melakukan panggilan tidak juga diangkat, membuat Raga jadi gelisah. Apa dia sudah mulai bekerja, ah, benar jam istirahat sudah habis. Mungkin dia takut kena omel bu Cindy. Raga tergelak sendiri.

Akhirnya pria itu memutuskan untuk sholat dhuhur dulu, sebelum istirahat sebentar, sebelum menemui Sandra dan keluarganya.

*bersambung..

🌸

🌸*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!