Tragedi datang bulan.

"Aku datang bulan.."kata Zivanna lirih, wajahnya tampak memerah.

"Hah.." mata Raga membeliak, sebagai pria dewasa dia juga tau apa itu datang bulan.

"Ng...aku nggak tau kalo hari ini haid nya datang, aku nggak bawa pembalut"

Raga tersentak, hah,jadi dia harus ke minimarket membeli pembalut untuk pujaan hatinya ini.

"Tapi,kalo kamu keberatan nggak papa, biar aku pulang saja.."kata Zivanna kemudian karena melihat Raga hanya diam mematung. Tidak sepantasnya dia meminta pria itu untuk membelikannya pembalut. Dia bukan siapa-siapa pria itu.

"Eh, jangan. Kamu tunggu disini ya? aku akan belikan kamu di bawah"ucap Raga dengan lembut.

"Nggak papa, aku pulang saja, lagian...ng..ini juga tembus di celana aku, biar aku pulang saja"

"Sudah sayang, diam ya. Tunggu aku akan ke bawah"

Zivanna hanya bisa mengangguk, dalam hati merasa tidak enak karena sudah merepotkan pria yang menjadi atasannya itu.

🌸

🌸

Raga sudah sampai di minimarket yang buka 24 jam itu, sesaat dia kebingungan, harus mencari benda yang dibutuhkan Zivanna di sebelah mana.

Melihat Raga yang terlihat bingung, salah satu karyawan wanita di situ menghampirinya.

"Ada yang bisa dibantu mas?"tanya gadis berhijab biru itu.

"Ah, iya mbak. Tolong carikan saya pembalut yang bagus ya" kata Raga tanpa malu.

Gadis penjaga minimarket itu mengulum senyum kagum,so sweet banget sih masnya, udah ganteng, perhatian lagi sama istrinya. Begitu kira-kira batinnya.

"Mari mas sebelah sana" Gadis itu menggiring Raga ke arah rak paling ujung, Dimana di sana berjejer rapi pembalut berbagai merk.

"Mau yang biasa, apa yang ada sayapnya mas?" tanya si mbak itu.

"Aduh, aku nggak tau mbak. Tadi nggak sempat tanya ke istri" kata Raga.

"Atau ambil dua-duanya saja mas, biar istrinya bisa milih sendiri"tawar gadis itu.

"Baiklah, untuk dalaman....sebelah mana ya?"

Gadis itu tertawa kecil, dia sampai menutup bibirnya karena merasa sungkan sudah menertawai pengunjung.

"Sebelah sana mas" tangan gadis itu menunjuk ke arah rak yang ada di sebelah etalase kosmetik.

Tanpa banyak bicara Raga segera menuju ke sana, mencari dalaman yang bagus dan tentu nyaman buat Zivanna. Tapi,aku kan nggak tau ukurannya berapa. Kalo nanti kebesaran atau kekecilan gimana? Batin Raga.

Akhirnya dia mengambil celan* dal*m dengan berbagai ukuran.

Begitu selesai, dia segera ke kasir untuk membayar belanjaannya. Tak lupa, dia juga sudah mengambil beberapa Camilan untuk Zivanna, siapa tau dia lapar.

"Sudah mas?" tanya mbak kasir dengan ramah. Dalam hati merasa girang, malam-malam dapat pengunjung yang tampan dan so sweet.

"Sudah"

"Kirantinya,nggak sekalian mas?" mbak kasir bertanya.

"Hah, apa itu?" dahi Raga berkerut, baru kali ini mendengar kata itu.

"Pereda sakit perut karena datang bulan mas, siapa tau istrinya sakit perut saat haid"kata si kasir.

"Oh, boleh deh. ambil lima ya?"

"Baik mas"kata mbak kasir riang.

Setelah selesai membayar, Raga bergegas naik ke atas, dia takut karena sudah terlalu lama meninggalkan Zivanna sendirian si atas.

"Sayang, ini pesaanan kamu" kata Raga begitu sampai di unitnya, setelah memisahkan beberapa camilan di kantong kresek, dia menyerahkan pembalut dan juga ********** kepada Zivanna.

"Hah,kenapa banyak sekali kamu belinya?"tanya Zivanna heran, karena ada beberapa bal pembalut yang di beli Raga. bahkan itu bisa dipakai hingga enam bulan ke depan.

"Aku nggak tau merk apa yang biasa kamu pake, jadi aku beli saja yang biasa dan yang ada sayapnya"kata Raga.

"Makasih ya"ucap Zivanna tulus, dia segera masuk ke dalam kamar mandi lagi, untuk mengganti celananya yang kotor.

Raga merebahkan tubuhnya lagi ke atas sofa, matanya sudah tidak mengantuk lagi. Tak lama kemudian Zivanna sudah keluar dari kamar mandi.

"Sayang.."

"Iya.."

"Aku juga beli kiranti, sudah aku masukkan ke dalam kulkas" kata Raga.

"Ah, iya. Terima kasih ya, aku sudah merepotkan" wajah Zivanna bersemu merah, perhatian dari pria yang mencintainya itu sungguh sangat menyentuh hatinya.

"Nggak papa, anggap saja aku sedang latihan jadi suami siaga bagi kamu" Raga tergelak.

"Dasar Raga jelek" kata Zivanna, dia berjalan ke lemari es yang ada di dapur, mengambil satu botol minuman rasa jamu itu.

"Sayang, tolong ambilkan aku minum dong!"teriak Raga dari arah kamar.

"Iya, minuman yang apa?"

"Rasa kopi aja yang!" teriak Raga lagi. Beruntung kamar apartemen kedap suara, hingga tidak sampai mengganggu tetangga sebelah saat berteriak seperti ini.

Zivanna sudah kembali ke kamar, dan menyerahkan minuman kaleng yang diminta Raga. Zivanna Menghempaskan bokong di lantai yang beralaskan karpet warna coklat.

"Eh, kenapa duduk disitu yang, sini dekat sama aku"

"Nggak mau, aku takut" tolak "Zivanna.

Raga terkekeh."nggak sayang, duduk sini sama aku"

Zivanna beringsut mendekat pada Raga yabg masih betah berbaring di sofa bed. Zivanna duduk menyandar pada sofa itu. Kakinya berselonjor, sambil menyesap minumannya.

"Aku mencintaimu"bisik Raga tepat di telinga Zivanna, deru nafasnya yang hangat membuat Zivanna meremang.

"Makasih, sudah mencintaiku"balasZivanna. Dia tidak mampu untuk bergerak, karena posisi kepala Raga yang menumpu pada bahunya.

"Aku ingin seperti ini selamanya bersamamu, mau ya?"

"Lalu Sandra?"

"Aku yang akan mengurus Sandra, aku akan meminta maaf kepada keluarganya, setelah semuanya beres aku akan bawa kamu kepada orang tuaku" Raga ikut turun dan duduk menyandar seperti Zivanna.

"Aku takut Raga"guman Zivanna.

"Takut apa? ada aku disamping kamu" Raga memutar dagu lancip Zivanna, hingga mereka bisa saling memandang.

"Aku sudah jahat sama kamu"

"Aku sudah melupakannya, dulu aku memang sempat menyimpan dendam sama kamu, aku memupuk kebencian kepadamu. Tapi semua hilang begitu saja, saat aku berjumpa lagi dengan kamu di lift itu" kata Raga dengan lembut.

Netra bulat Zivanna mengembun, dia menyesal mengapa dulu. begitu arogan kepada Raga, padahal pria ini begitu mencintai dirinya.

"Maafkan aku" bisik Zivanna lirih.

"Ssttt, aku sudah memaafkan kamu. Rasa cintaku begitu besar kepadamu, hingga bisa mengalahkan rasa benci dan dendam akibat penolakan kamu."

Zivanna terdiam, dia hanya mendengarkan setiap kata cinta yang terucap dari bibir Raga.

"makasih sudah menolak aku dulu, kalo saja dulu kamu tidak menolak dengan arogan, aku tidak mungkin bisa seperti ini," Raga tersenyum. Manik matanya mengunci netra sayu milik Zivanna.

"Tapi aku lebih suka Zivannaku yang dulu..".

"Kenapa?"

"Zivanna yang arogan, angkuh percaya diri tinggi, justru terlihat begitu seksi di mataku" Raga tergelak, dan membuat Zivanna merengut.

"Ah, jangan menggodaku.Aku saja merasa malu dengan sifatku dulu" Zivanna menundukkan kepalanya.

"Sstt, karena sifatmu yang seperti itulah, yang membuat aku tergila-gila kepadamu.bahkan aku dulu sempat berkhayal, bagaimana rasanya bisa mencium bibir yang selalu sinis kepada orang itu" Raga tergelak lagi.

"Raga..!"

*bersambung.

jangan lupa klik like love dan komen.

makasih..😘😘

🌸

🌸*

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!