"Kamu ragu samaku?" ucap Aisa sambil mendelikkan matanya
"Sa, jangan keluarkan kata-kata kaya gitu di depan umum ya, aku gak mau dikira orang kita gay! kamu ragu samaku? dih apaan itu!!" kesal Rere sambil meniru ucapan Aisa.
Ucapan Rere membuat Aisa tergelak, wajah sahabatnya itu benar-benar lucu saat ini. "bhahahahha, benar juga kamu Re!"
"Dah ah, turun!" ucap Rere
"kamu ngusir aku?" lirih Aisa tiba-tiba
"Yeeey ni anak baperan! tadi ketawa, sekarang sedih. Aku bukan ngusir tapi memang kita udah sampai! Apa kau mau ikut kerumah ku?" tutur Rere membuat Aisa seketika mendongak .
'benar juga, kenapa aku ga sadar kalau sudah sampai rumah' gumam Aisa sambil menggaruk kepalanya.
"Sekarang malah melamun, aneh kali kau kutengok! makanya jangan jatuh cinta , jadi linglung gini kau kan hahahah"
"Berisik! Ngomong-ngomong thankyou BESTie "
"Idih, lebay. Oh iya, saranku cream mu harus kau simpan di tempat aman biar gak diganggu sama si nenek lampir, firasatku gak enak aja kalau sama dia"
Aisa mengangguk "Aku turun dulu ya, hati-hati dijalan Re"
"Iya bye"
***
Hari menjelang malam, seperti biasa Aisa membantu bi Inah di dapur . Tak lama kemudian semua anggota keluarga sudah duduk di meja makan.
"Wiiih makan enak nih" celetuk Kak Andre
"Pasti dong, kan adik kamu yang masak" sahut Papa Baskoro membuat Aisa tersipu malu.
"Udah ah, jangan buat nafsu makan Aira kurang dong kak, Pa" sambung Aira membuat Kak Andre dan Papa Baskoro menggelengkan kepala nya.
Mereka langsung makan, tapi mata Aira tak lepas dari wajah Aisa. Ia seperti merasakan ada yang beda dari saudara kembarnya itu.
"Sa, loe---- eh maksudnya kamu ganti sabun wajah?" tanya Aira tiba-tiba
deggg!
'Dari mana dia tahu?' gumam Aisa
"Woy! ditanyain juga!" kesal Aira
"Eh iya? apa? maaf aku gak fokus" ucap Aisa pelan
"Kamu ganti sabun wajah?" tanya Aira lagi, dan Aisa menggeleng.
"Cream wajah?"
Lagi-lagi Aisa menggeleng
"Terus?"
"Terus apanya sih dek? Dari tadi kakak lihat nanya Mulu" kali ini yang bicara adalah Kak Andre.
Aira berdengus kesal, pasalnya Kak Andre tak pernah berpihak padanya. "Tauk ah kak "
***
Aisa masuk ke kamarnya dan mengambil botol-botol yang akan menjadi rutinitas nya mulai hari ini.
"Kata Rere, aku harus pakai ini" ucapnya sendiri
"Night creamnya mana ya?" sambil mencari-cari botolnya "Ah iya, ini"
Namun saat ia ingin mengoleskannya tiba-tiba....
ceklek
Aisa menoleh "Kamu?"
Aira tercengang melihat saudara kembarnya yang sudah mulai merawat dirinya. bagaimana bisa? gumamnya.
"Hahaha! loe perawatan? cih! loe kira loe bakal cantik, gitu? jangan mimpi, Aisa!"
"Ka---kamu ma---mau ap-a?" ucap Aisa terbata-bata.
"Loe kenapa? hahahha! sini gue lihat creamnya, merek apa sih?"
"Jangan! ini privasi!" tegas Aisa
"S*alan Loe, awas aja loe!"
brakkkkk
Aira menutup kamar Aisa dengan sekuat tenaga nya, ia benar-benar kesal dengan Aisa. Jika Aisa merawat dirinya, maka Aisa lah yang akan jadi primadona nya, pikirnya.
"Gue harus cari cara biar dia jelek lagi! iya, harus!"gumam Aira
"Harus apa?" suara bariton terdengar membuat dirinya ingin kabur saja
"Pa----papa?"
Papa Baskoro semakin mendekat, kini ia mensejajarkan tubuh nya di depan anaknya itu "Nak, berdamailah dengan takdir. Memusuhi saudara kandung sendiri itu tidak benar nak, Aisa itu kakak kamu, mau kamu terima atau tidak tapi dia akan selalu menjadi kakak bagimu. Suatu saat kalian akan saling membutuhkan."
"Tapi pa?"
"Papa tahu, sejak tadi kamu mengumpat kakakmu kan?" tanya papa Baskoro tapi Aira menggelengkan kepala.
"Papa ini orang tua kamu, jadi jangan fikir kamu bisa bohongin papa! "
Aira menundukkan kepalanya "Bukan begitu pa, aku hanya tak ingin dia lebih menarik daripada aku"
"Aira, kamu harus sadar dengan ucapan kamu! harusnya kamu mendukungnya untuk menjadi cantik, jangan kira saat dia cantik nanti kamu akan kehilangan kecantikan kamu, itu salah besar nak!" ucap papa Baskoro.
"Pada dasarnya, setiap wanita itu memang cantik. Namun cantik wajah saja tidak cukup, yang penting itu cantik akhlak dan perilaku nya. Ya sudah, kamu masuk ke kamar, anak gadis gak boleh tidur terlalu larut. Papa juga mau istirahat ini. Malam nak" sambungnya sambil mengacak rambut Aira
"Uuuh papa! Malam juga pa."
***
Di kampus, Aira tampak mondar-mandir sejak tadi. Saat mendengar Aisa ingin merawat dirinya, jiwa tersainginya saat ini sedang meronta-ronta.
"Loe kenapa sih Ra?" tanya Ebi
"Iya udah kaya setrikaan aja" sahut Mikha
"Berisik! gue lagi pusing nih" jawab Aira membuat kedua sahabatnya mendekat.
"Cerita dong"
"Gue kesal banget! masa iya, si cupu perawatan wajah"
"Apa??????"
"Iya, dan dia ke dokter yang terkenal itu loh, gue kalah. kesal banget gue!"
"Maksud loe dengan dokter Reni?" tanya Mikha, kemudian Aira mengangguk
"Gil* itu sih udah kebangetan Ra"
pletakkkk
"Aw! sakit Ra!" ucap Ebi saat mendapatkan sentilan dari Aira
"Habisnya loe sih, bukannya ngasih saran malah ngomporin" jawab Mikha, sementara Aisa masih kalut dengan pikirannya.
"Ah iya, gue punya ide" ujar Ebi
"Apaan?" sahut Aira memutar matanya dengan malas.
"_____________" bisik Ebi
Seketika Aira tersenyum, "Benar juga ide loe, oke thankyou"
Pagi menjadi siang,
hari ini Aira pulang dengan cepat, ia sengaja karena ingin masuk ke kamar Aisa, namun langkahnya sempat terhenti karena mendengar Bi Inah keluar dari kamar Aisa .
"Hufftttt hampir saja" Kata Aira sambil menghela nafasnya.
Akhirnya Aira masuk ke kamar Aisa dan menjalankan misinya, setelah itu ia keluar dan masuk ke kamarnya untuk merendamkan dirinya.
"Hahahaha wajah cantik loe akan menjadi Cinderella Aisa, hahahhaha!" ucapnya sambil berendam.
Sementara di sisi lain,
Aisa sedang di dalam angkutan umum menuju rumahnya, entah kenapa jalanan tak seperti biasanya, karena macetnya yang begitu parah saat ini.
"Wadoooh! kurang asam! pasti ada demo lagi itu, tahapa lah! jijik kali aku!" ucap Pak supir
"Iya kan pak?. malah panas banget lagi di dalam" sahut emak-emak di dalam angkot.
"Woy Bu, kalau mau dingin jangan naik angkot!" sahut pak supir angkot tak terima
Seketika Ibu itu diam saat semua mata tertuju padanya. Malah harinya panas, telinga juga panas. Ah lengkap sudah.
Hampir dua jam Aisa berada dalam Angkot itu, akhirnya ia sampai di simpang ke rumahnya.
Aisa memang harus berjalan lagi dari simpang pos satpam itu ke rumahnya, karena angkot dilarang masuk ke perumahan elit milik mereka.
ceklek
"huh" gumam Aisa, lalu ia menghempaskan badannya ke Sofa.
"Tumben lama non?" suara bi Inah terdengar dari arah berlawanan.
Aisa menoleh "Ha? ah iya Bi, tadi ada demo. Huh kepalaku pusing"
"Sini biar bibi pijitin non "
Aisa menggeleng "Gak perlu Bi, oh iya, tolong buatkan teh jahe ya Bi"
"Iya non, sebaiknya non mandi aja dulu non"
Aisa mengangguk patuh .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments