Aisa terus mengikuti Pak Ghibran dari belakang, akhirnya mereka sampai lah di Kantin. Pak Ghibran sudah duduk di kursinya, lalu ia menatap Aisa yang masih berdiri.
"Duduk!" titahnya.
"I----iya pak.." ucap Aisa gelagapan.
Bude yang jualan itu sudah datang dan memberikan kertas menu nya pada mereka, Pak Ghibran tampak sedang mencari menu makanan apa yang akan ia pesan..
"Neng, kamu kok sama pak Ghibran kesini? Apa kamu bermasalah?" Tanya bude itu ke Aisa sambil berbisik
Namun belum sempat Aisa menjawab, Pak Ghibran langsung berdehem, Aisa pun tak jadi menjawabnya.
"Saya pesan nasi goreng spesial ya sama lemon tea nya. Kamu pesan apa Aisa?" ujar Pak Ghibran
"Hem? anu, itu pak, saya es teh aja " sahut Aisa
"Jangan bude, sama kan aja dengan saya" tolak Pak Ghibran sementara Aisa hanya pasrah.
"Terimakasih pak" ucap Aisa
"Ha, iya.. saya baru ingat, sebentar lagi akan ada olimpiade, kamu apa mau ikut? biar saya masukkan nama nya"
"Tapi pak?"
"Ini kesempatan bagus buat kamu, sertifikat nya berguna untuk menjadi berkas pendukung saat melamar pekerjaan nanti tapi dengan catatan kamu harus menang dulu" Sanggah Pak Ghibran.
"Ba--baik pak "
"Sekalian minta nomor ponsel kamu" seru pak Ghibran. Sebenarnya ini hanya akal-akalan nya saja.
"Untuk apa pak?"
"Biar gampang hubunginya."
Aisa langsung mencatatkan nomor ponselnya di sebuah kertas lalu menyerahkannya kepada Pak Ghibran.
Pak Ghibran memasukkan kertas tersebut ke dalam tas, lalu mengeluarkan beberapa kertas yang lainnya dan menaruhnya ke depan mejanya Aisa.
"Ini materinya, kamu pelajari dulu . Jika ada yang tidak di mengerti kamu bisa menghubungi saya."
Aisa mengambilnya lalu melihatnya sekilas "Baik pak, Terimakasih"
'Berasa CPNS, banyak bener' gumam Aisa pelan.
"Ekhmm saya masih bisa dengar" tegur Pak Ghibran.
"Hah? hehehe sorry pak" Ucap Aisa tidak enak.
"Gak apa-apa, di luar kelas kamu bisa anggap saya teman kamu"
Degggg
Aisa tidak menjawab, ia menatap Pak Ghibran dengan penuh cinta, bagaimana tidak? orang yang selama ini terkenal dengan dinginnya namun ia sangat mengangumi nya saat ini berada di depannya dan menganggap nya sebagai teman?
Tak lama kemudian makanan datang, Mereka menikmati makanan tersebut namun tiba-tiba
dddrrrd ddrrrd
Ponsel Aisa bergetar ternyata itu panggilan dari Papa Baskoro.
"Sebentar ya Pak, ayah saya menelepon"
"Silahkan" Karena telah mendapat persetujuan, Aisa mengangkat telepon dari Papanya.
Pak Ghibran terlihat mengamati Aisa yang sedang menelpon sambil tersenyum tipis.
'Ternyata kamu bisa ceria juga' batin Ghibran.
Setelah mematikan ponsel Aisa langsung pamit pulang pada Ghibran.
"Pak, maaf, tapi saya pulang deluan ya pak " lirih Aisa pelan .
"Ayah kamu sakit ya?"
"Iya, tapi sudah baikan dan sekarang sudah di perbolehkan pulang. Saya deluan ya pak mau buatkan ayah saya makanan Pak, Permisi."
"Saya antarkan"
"Tapi pak --"
"Gak ada penolakan, Ayuk " Aisa pasrah dan menurut begitu saja.
Banyak mata yang melihat mereka dengan tatapan iri, bagaimana tidak? anak cupu seperti Aisa bisa jalan beriringan dengan dosen yang mereka idolakan. Mereka juga kaget ketika Aisa juga ikut masuk ke dalam mobil .
Aisa cukup di kagetkan dengan sikap Pak Ghibran yang jauh berbeda saat ini dengan waktu di kelas.
"Kamu jangan tertawa terus, Saya kan jadi enak gangguinya" ucap Pak Ghibran .
Seketika Tawa Aisa berhenti "Maaf pak, tapi Bapak jago banget melawaknya hahahha maaf pak kelepasan lagi, Astaga!"
"Kamu itu lucu ya" kata Pak Ghibran
"Bapak lebih lucu"
"Tapi saya heran lihat kamu, kenapa tahan di ejek terus sama teman-teman kamu?"
Aisa tersenyum "Gak apa-apa pak, saya punya selera dan mereka punya mata. Jadi ya anggap saja itu menjadi motivasi saya"
Pak Ghibran kagum dengan jawaban Aisa, gadis yang begitu cerdas dengan pemikiran yang terbuka, pikirnya .
"Boleh saya tanya sesuatu?"
Aisa terdiam lalu mengangguk
"Sebenarnya salah Kamu apa? kenapa Aira sangat membencimu?"
Deg!
Aisa diam, ia bingung harus menjawab seperti apa.
"Maaf jika saya menyinggung perasaan kamu, gak dijawab juga gak apa-apa" Kata Pak Ghibran merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Pak, Sebenarnya Aira itu saudara kembar saya pak. Bapak mungkin terkejut mendengarnya karena ya seperti Bapak lihat sendiri, Kami gak ada mirip-mirip nya hahha" Kata Aisa sambil tertawa kecil.
"Saya yang hitam, dekil, cupu, culun dan kampungan. Siapa juga yang mau jadi kembaran orang seperti saya? Gak ada sama sekali pak haha tapi ya walaupun begitu saya sangat menyayangi Aira karena dia adik saya " Sambungnya lagi.
Pak Ghibran mangut-mangut tanda mengerti lalu ia kembali diam karena merasa tidak enak soal pertanyaannya yang tadi .
"Rumah saya itu pak, sebelah kiri warna abu-abu " ucap Aisa . Pak Ghibran memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Aisa .
"Bapak mau mampir dulu?" Tawar Aisa
Pak Ghibran menggeleng "Saya langsung pulang saja"
"Baik pak, terimakasih sudah mengantar saya" Kata Aisa sambil tersenyum
"Sama-sama, titip salam buat calon mertua ya" goda Pak Ghibran
"Maksudnya Pak?,"
"Saya bercanda"
Aisa menatap kepergian Pak Ghibran, lalu ia masuk kerumahnya dengan senyuman yang masih melukis di wajahnya.
"Non Aisa lagi senang nih diantar pacarnya" Goda Mang Dadang , satpam di rumahnya.
Aisa menoleh "Ah Mang Dadang, ngeselin deh"
ceklek
Aisa masuk kerumah, Di lihatnya Aira yang sedang duduk di ruang tamu.
"Eh cupu, tunggu!" panggil Aira sedangkan Aisa hanya menghentikan langkahnya, ia sangat malas berdebat dengan Aira saat ini.
"Loe kenapa pulang dengan Pak Ghibran? loe lagi godain dia ya?" tuduh Aira membuat Aisa panik.
"Enggak, Pak Ghibran sendiri yang mau nganterin aku, tadi di kantin Pak Ghibran ngasih soal Olimpiade"
"Gue gak nanya! Awas loe kalau deketin Pak Ghibran, dia itu punya gue! ingat ya, Pak eh maksudnya KAK GHIBRAN punya gue!"
"Kak Ghibran?" tanya Aisa heran, berani sekali Aira memanggilnya 'kak' pikir Aisa.
Aira tersenyum licik "Kalau gue udah manggil kak itu tandanya apa dong? Hem? Loe udah mikir kan gue sama kak Ghibran sudah sedekat apa? Jangan jadi Pelakor Lo ya, awas aja! dah ah, Hush minggir gue mau ke kamar"
Aisa yang didorong pun langsung minggir, ia ke dapur sambil mikir dengan ucapan sahabat nya itu, 'apa maksud Aira tadi?' gumamnya.
Bi Inah yang sedang memasak pun langsung menyapa Aisa.
"Non, sudah pulang?"
Aisa sadar dalam lamunannya, lalu tersenyum pada Bi Inah. "Oh iya Bi, masak apa?"
"Ini Non, Capcai dan Sapi panggang "
Aisa mangut-mangut, lalu mengambil ayam dan kawan-kawannya.
"Mau ngapain Non?" tanya bi Inah sambil mengernyitkan alisnya.
"Papa hari ini pulang, katanya mau dimasakin semur ayam buatan ku Bi" sambil tersenyum
"Alhamdulillah, bibi bantuin ya Non?"
Aisa mengangguk "Bibi cuci ayamnya aja ya?"
Tanpa pikir panjang, Bi Inah langsung mencucinya.
Sementara di tempat lain, Aira sudah terlihat kesal dengan Aisa.
Prangggg
Beberapa barang melayang ke cermin, siapalagi pelakunya kalau bukan Aira yang sedang kesal .
'Gue benci loe Aisa!!!!'
'Ghibran harus jadi milik gue!!! dia punya gue!!!!!' Histerisnya Aira.
Lalu ia mengambil ponsel, dan menelpon seseorang.
**08xxxxxx
Halo?
Aira
Gue punya tugas buat loe!
08xxxxxx
Kebetulan nih, ada apa?
Aira
Dekatin saudara kembar gue mulai besok.
08xxxxxx
Maksud loe?
tutt...tutt**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments