Aisa kebingungan untuk pergi kemana sedangkan saat ini ia tidak di perbolehkan masuk ke kelas.
'ke kantin aja kali ya' gumamnya.
Ia berjalan menuju kantin, lorong yang begitu ramai membuatnya menjadi tidak percaya diri. Semua mata tertuju padanya dengan gayanya yang begitu kampungan membuat semua orang menertawainya.
'Liat tuh si cupu'
'Pintar sih, tapi kalau cupu gitu siapa yang mau coba ahhahaha'
'Iya benar loe semua, gue aja yang cowo upnormal masih mikir buat jadikan dia pacar '
Begitulah desas-desus yang ia dengar, Aisa mengepalkan tangannya, seketika ia membalikkan badannya dan menatap orang yang membicarakannya.
'Wih, cabut yuk cabut' ucap mahasiswa tadi.
Ia berlari menuju kantin dan memesan makanan di tempat biasa ia pesan.
"Bude, mie ayamnya 1 ya" ucap Aisa
"Iya neng, nanti bude antar, neng duduk aja dulu"
Aisa makan dengan lahapnya, kebetulan sekali memang ia belum ada sarapan setelah pergi dari rumah sakit tadi.
"Bude, jus jeruk nya satu ya, pakai cup aja" pesan Aisa lagi setelah selesai makan.
Tak lama kemudian Budenya membawakan jus tersebut beserta uang kembaliannya Aisa.
Aisa berjalan membawa jus jeruk itu menuju kelasnya, karena ia tahu sebentar lagi mata kuliah Pak Ghibran akan usai, dan sahabatnya Rere pasti haus.
Tapi tiba-tiba.....
"hus...hus.... minggir!!!" sambil mendorong Aisa hingga terjatuh ke lantai.
Semua orang melihatnya, apalagi saat ini mereka berada di tengah lapangan.
"Aw! Aira??? kamu ??" ucap Aisa lalu ia melihat tangannya yang berdarah akibat menopang badannya saat di lantai "Aw! sakit"
"Sakit ya? hahahhaha mampus loe!!!" ucap Aira dan teman-temannya.
"Woi culun! bangun loe, betah amat sama lantai" celetuk Mikha sahabatnya Aira.
Aisa pun bangkit tapi ia terjatuh lagi akibat Ebi sahabatnya Aira itu mendorongnya lagi ke lantai...
"Kalian hikss jahat banget hikss sama aku hikss salah aku apa hikss"
byuuurrrrr
Minuman yang berada di cup itu melayang ke baju Aisa, siapa lagi pelakunya kalau bukan Aira saudara kandungnya sendiri.
"Nah, gini baru cantik warna baju loe " ujar Aira tanpa dosa.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata melihatnya dengan iba. Ya, dia adalah Pak Ghibran. Mata kuliah Pak Ghibran memang selesai lebih awal, karena kebetulan Pak Ghibran di panggil ke perusahaan miliknya tadi melalui telepon. Tapi pada saat ia akan ke parkiran beliau melihat ada kerumunan dari arah lapangan.
Entah kenapa tiba-tiba saja ia tertarik untuk melihat kerumunan itu, Pak Ghibran semakin dekat dan.....
deg!!!
Hatinya iba melihat sosok mahasiswi yang tadi ia hukum sedang dipermalukan oleh mahasiswi lainnya yang kebetulan juga sedang akrab dengannya.
"Astaga? ada apa ini?" tanyanya pada diri sendiri
"Itu bukannya...." ia mencoba mengingatnya "Ah iya, gadis cupu itu, dan itu? Aira? astaga!!!"
Hatinya berdetak tapi kakinya seakan beku tak dapat melangkah untuk memisahkan keduanya.
Kembali lagi ke Aisa,
Cuaca yang panas ditambah lagi hati yang sudah memanas membuatnya bangkit, ia menghapus air matanya, dan menuangkan sisa air dari cup tadi itu ke baju milik Aira.
byurrrrr
"****!!! loe berani sama gue?" kata Aira langsung sambil membersihkan bajunya pakai tangan. Sementara teman-temannya dan orang yang menonton hanya bisa melongo melihatnya, termasuk pak Ghibran.
"Kalau iya kenapa?" sahut Aisa dengan tegasnya.
"Dengar ya Aira, selama ini aku diam tapi tidak untuk kali ini. Aku diam bukan berarti aku kalah, hanya saja aku ingin mengalah untuk orang yang gak mau kalah." sambung Aisa lagi.
"Loe----" ucap Aira terpotong
"Jangan bantah aku! aku ini kakak kamu, asal kamu tahu ya aku juga gak mau satu Bali sama kamu, semuanya sudah cukup ya Aira!!!!! kamu jangan lagi ganggu aku!" emosi Aisa sudah dipuncak .
"Dasar culun"
"Memangnya kenapa kalau aku culun? apa itu mengganggu uang jajanmu? Setidaknya, aku tidak merampas tugas orang lain dan mengganti namanya seperti apa yang kamu lakukan sama aku"
Aira terbahak-bahak "Oh jadi karena tugas itu? kasian banget loe hahhahah, yuk cabut guys"
Aira sengaja mengajak teman-temannya pergi, ia gak mau semakin malu apalagi Aisa sudah membuka salah satu aibnya.
'Astaga, apa yang aku lakukan? ternyata gadis itu benar ' batin pak Ghibran lalu ia teringat dengan rapat yang sebentar lagi mulai di perusahaan nya.
Sementara Aisa kini terduduk lemas, ia menyesal karena sudah memarahi adiknya itu.
"Aisa!!!!" panggil Rere dari jauh.
Aisa mendongak lalu melihat Rere semakin dekat .
"Keren kau! gitulah, baru namanya kawan aku. Sekali-sekali adik kau itu harus digituin biar kapok" ujar Rere dengan semangat nya.
"Aku khilaf Re, aku khilaf" sambil menundukkan wajahnya
"Sudah , gak apa-apa. Yang kau lakuin itu benar, ah sudahlah ayok kita ke kelas aja"
***
Hari berlalu, Papa Baskoro sudah sembuh dan kembali ke rumah sedangkan Kak Andre sudah kembali ke Perancis untuk melanjutkan kuliahnya. Lalu bagaimana dengan Aira?
Sejak kejadian itu, Aira sudah tidak pernah lagi mengganggu Aisa di kampus. Setiap berpapasan hanya ada wajah sinis yang di lontarkan Aira dan teman-temannya namun Aisa dan Rere tidak perduli itu.
"Aisa!!!" panggil seseorang saat berjalan di lorong pintu .
Aisa menoleh, "Iya pak?"
"Saya bisa minta tolong?"
"Bisa pak"
"Tolong bawakan buku dan tas saya ya, saya mau ke ruang dosen sebentar" pinta Pak Ghibran.
Aisa mengangguk "Baik pak".
Sebentar lagi memang jadwal mata kuliah Pak Ghibran di kelasnya , Sebenarnya Ghibran hanya akal-akalan saja menyuruh Aisa membawakannya karena ia hanya ingin mengobrol dengan Aisa.
Nah loh, kok?..
ekhemmm
Aisa sudah di dalam kelas dan meletakkan barang Pak Ghibran di meja dosen lalu ia duduk di sebelah Rere.
"Kok kau yang bawa tas pak Ghibran? dia gak masuk ya?" tanya Rere sambil berbisik
"Hussttt kamu ini, datang kok..." ucapnya terpotong saat melihat Pak Ghibran berjalan ke kelasnya "Nah, itu dia" lanjutnya lagi .
Kedatangan pak Ghibran membuat semuanya menjadi hening, hanya hembusan nafas yang terdengar . Hari ini adalah mata kuliah Ekonometrika. Mungkin kebanyakan akan tertidur dengan pulas nya kalau dosen nya tidak sekiller Pak Ghibran.
"Baik, All... hari ini saya tidak memberikan materi" ucap Pak Ghibran yang membuat kelas menjadi ribut dengan spontan.. "yeeeee" ucap sebagian dari mereka.
"Karena kalian sudah senang, saya akan memberikan kuis kepada kalian" tegas Pak Ghibran dengan dinginnya.
"Apa????"
"Yang pintar makin pintar dan yang bodoh makin bodoh jika kalian tidak bersungguh-sungguh. Oke langsung saja, nilai dari kuis ini 80% akan menjadi nilai hasil untuk IPK kalian"
Semua diam, hening, bergidik ngeri... Bahkan beberapa orang ada yang sudah keringatan .
"Jelaskan secara singkat, apa itu ekonometrika?"
Tanpa jeda, Aisa langsung mengangkat tangannya .
"Iya , kamu?"
"Pengukuran secara ekonomi , pak"
"Oke, good.. kita lanjut ya"
Beberapa pertanyaan sudah dilontarkan Pak Ghibran, dan lagi-lagi Aisa selalu menjawabnya. Sementara Aira hanya berdengus melihat Aisa, rasanya ia ingin mencekik Aisa saat itu juga.
Tak terasa senyum lebar mengukir di wajah pak Ghibran melihat Aisa terus menjawab dengan sempurna. Secara tidak langsung ia dikit demi sedikit sudah menaruh hati pada Aisa .
"Oke selesai, untuk kamu Aisa, ikut saya ke kantin . Saya ingin memberikan hadiah untuk orang yang sudah menjawab penuh dari kuis tadi.."
Aisa kaget, ia hanya bisa melongo . Bagaimana bisa idola sejuta umat saat ini sedang mengajaknya makan, pikirnya.
"Ciyeee" goda Rere
"Apaan sih Re" Sambung Aisa namun wajahnya masih memerah.
***
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments