"Mama sudah pulang?" ucap Papa Baskoro
"Papa kenapa jadi begini hikss "
"Jangan nangis ma, papa gak apa-apa. Hanya kelelahan saja. "
***
Dua hari kemudian,
Aisa kembali masuk ke kampus , seperti biasa Rere sudah menunggunya di gerbang.
"Lama ya" sindir Rere
"Hehe maaf dong Rere cantikku"
"iyuuuh, jijik kali aku dengarnya"
Saat sedang asyik ngobrol, tiba-tiba Pak Ghibran berjalan dari lawan arah.
"Pak Ghibran, tunggu!" panggil Aisa membuat Rere tercengang
Pak Ghibran menghentikan langkahnya "ya?"
"Terima kasih Pak"
"Untuk apa?"
"Karena bapak sudah menyelamatkan saya kemarin"
"Sama-sama. lain kali hati-hati, oh iya saya gak mau ya cuma ucapan terimakasih doang, kamu harus temani saya makan nanti siang"
"Tapi Pak ----"
"Ya sudah kalau gak mau" Pak Ghibran melanjutkan langkahnya.
"Saya mau Pak" ucap Aisa dengan terburu-buru.
Seketika Pak Ghibran menghentikan langkahnya lalu tersenyum tanpa menoleh ke belakang, setelah itu ia lanjut lagi berjalannya.
'Dasar kulkas berjalan, aneh' gerutu Aisa pelan
"Jangan mengumpat, nanti jodoh" celetuk Rere membuat Aisa tersentak.
Semenjak Aira masuk penjara memang membuat kehidupan Aisa di kampus menjadi tentram, karena tak ada yang mengganggunya apalagi kedua sahabatnya Aira yang lebih memilih menghindar dari pada ketemu langsung dengan Aisa.
Mereka pun sampai di kelas, Aisa sudah mendudukkan dirinya di sebelah Rere. Kebetulan sekali kelas sedang sepi, Aisa mengeluarkan bekal roti bakarnya dari dalam tas.
"Tumben bawa banyak?" Basa-basi Rere
"Aku juga belum sarapan" jawab Aisa sambil cengengesan
Rere mengambil roti bakar itu dan menikmatinya "Sa, gimana? udah bisa di hubungin si Rangga?"
"Belum Re, nomornya gak aktif" lirih Aisa
"Abang aku keknya bisa bantu kau Sa, coba sini nomornya biar aku kasih !" ucap Rere
"Beneran?" Dengan mata berbinar
Rere mengangguk "Ku tanyak kemarin sama dia, bisa ngelacak orang gak? terus katanya bisa asalkan nomornya aktif. Ya walaupun sudah gak aktif kan bisa di lacak dari kapan terakhir kali di aktifin, iya gak?"
Aisa langsung memeluk Rere "Kamu memang sahabatku Re!"
"Lebay" jawab Rere lalu mereka tertawa.
Namun tiba-tiba......
ekhemmm
Masuk lah 2 orang wanita cantik, feminim dan sepertinya berkelas juga.
"Loe yang namanya Aisa?" Mendapat Pertanyaan itu, Aisa menelan Saliva nya.
"I----iya kak"
"Loe kan si cupu itu? iya kan?"
"Betul kak"
"Cih! bagaimana bisa My Athar menyukai gadis cupu kaya loe gini? udah cupu, mukanya kusam gak terawat, iyuhhhh gak banget!"
"Mau kakak sebenernya apa?" Kali ini yang bertanya adalah Rere
"Loe jangan ikut campur! jangan nge gas sama kakak senior!" jawab teman wanita itu.
"Gue Dinda, pacarnya Athar. gue minta sama loe jangan pernah dekatin pacar gue, ngerti?"
"Tapi kak aku gak lagi Deket sama kak Athar " ucap Aisa
"Mun*Fik! awas loe kalau gue lihat dekatin dia lagi, dasar pelakor!" lalu mereka pergi, namun saat di depan pintu....
"Lakik siapa yang direbut kawan aku? lakik mu kak? enggak kan? masih pacaran aja udah sok" kesal Rere .
Dinda dan temannya pun pergi setelah mendengar ucapan Rere. Walaupun mereka sempat berhenti, namun sepertinya kedua wanita itu hanya berani di mulut saja.
"Sabar ya sa" ucap Rere saat melihat sahabatnya menangis
"Aku kan gak ngerebut siapa-siapa, kenapa sih pandangan orang negatif terus sama aku re.."
"Sudah, jangan nangis. Yang membenci kita akan selalu membenci, walaupun kebaikan yang kita berikan, itu gak akan pernah di lihat oleh mereka, jadi kuncinya kita sabar aja, dan jangan dipikirin"
Setelah tenang sedikit, tak lama kemudian dosen pun masuk, dan mereka memulai kuliahnya.
Sepulang kuliah, ternyata sudah ada yang menunggu Aisa di depan pintu kelasnya. Semua mahasiswa bersorak gembira melihat dosen tercinta nya di sana.
"Bapak nyari saya?"
"Bapak mau ketemu saya ya?"
Begitulah kehebohan dari mereka, Aisa dan Rere yang penasaran ada apa di luar sana mereka pun memilih keluar.
"Ada ap------" ucap Aisa terpotong
"Wah udah ditunggu nih" bisik Rere membuat Aisa salah tingkah .
"Saya mau bicara dengan kamu Aisa, saya tunggu di parkiran!" Suara bariton membuat Aisa menelan Saliva nya.
'wuuuuuu' sebagian menyorakinya
'Loe ada masalah apa Sa sama Pak Ghibran?' Tanya sebagian
Aisa tak menggubrisnya, ia langsung menarik tangan Rere keluar.
"Re kamu ikut yaa?"
"Aku kan gak di ajak"
"Aku yang ngajak, ayo lah aku takut nih"
Akhirnya Rere hanya bisa pasrah , dan ikut ke parkiran.
Sampai di parkiran Pak Ghibran heran kenapa Rere juga ada di sana.
ekhem
Rere yang menyadarinya langsung salah tingkah
"Maaf Pak, tapi Rere saya yang ajak ." ucap Aisa membuat wajah dingin itu berubah semakin dingin
"Sa, aku gak jadi ikut ya... Aku pulang aja " ujar Rere gak enak .
"Tapi re---"
"Kamu ikut saja" sahut Pak Ghibran
Lalu mereka masuk ke dalam mobil, namun mobil nya enggan jalan.
"Ada apa pak?" Tanya Aisa
"Kamu fikir saja sopir kalian?" ucap Pak Ghibran
Deg!
Aisa baru sadar kalau dirinya dengan Rere duduk di bangku belakang Membuatnya menepuk jidatnya sendiri
"Eh, hehehhe maaf Pak"
Akhirnya Aisa duduk di bangku depan, tepat di sebelah Pak Ghibran.
Di perjalanan tak ada kata yang terucap, suasana menjadi hening. Sesekali Pak Ghibran melirik Aisa yang tengah santai menghadap kaca.
"Pak, sunyi ya" celetuk Rere
Pak Ghibran hanya tersenyum tipis "Kamu suruh dong teman kamu nyanyi"
uhukkkk
Ada yang tersedak padahal sedang tidak minum, lucu ya.
"pfttttt hahahhaha!" Rere tak dapat menahan tawa nya.
"Puas kamu, Re?"
"Belum, kan kau belum nyanyi" sahut Rere
"Kok aku ?"
"Memang kau Aisa! Pak Ghibran pengen dengar suara kau!"
"Kalau gak mau juga gak usah di paksa, saya tadi hanya bercanda "
"Pak, nyanyi bareng yok!" sahut Rere m tiba-tiba sambil tersenyum licik, entah apa yang dipikirnya saat ini.
"Hmm boleh"
"Kau juga Sa, harus ikut"
"Ha? hmm oke " dengan gelagapan.
Pak Ghibran menoleh ke arah Aisa " lagu Andmesh Kamelang, cinta luar biasa".
Rere pun menghidupkan lagu yang di maksud dan sudah di sambung bluetooth ke mobilnya Pak Ghibran.
Waktu pertama kali
ku lihat dirimu hadir
Rere sengaja ikut nyanyi di awal lagu, agar Aisa terpancing, namun setelahnya ia diam dan merekam apa yang dinyanyikan sahabat dan dosennya itu.
Rasa hati ini inginkan dirimu
Hati tenang mendengar
Suara indah menyapa geloranya hati ini tak ku sangka
Rasa ini tak tertahan
Hati ini selalu untukmu
Rere yang mendengarnya pun ikut merasa terenyuh , ia tahu kedua insan yang didepannya saat ini pasti saling mencintai.
Begitupun dengan Pak Ghibran dan Aisa, saking meresapinya mereka tak sadar jika Rere tidak ikut bernyanyi sejak tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments