Eps 2. Apa salah Aisa?

Bi Inah iba melihat Aisa, ia mendekati Aisa lalu memeluknya dari belakang .

"Yang sabar ya non" lirih bi Inah

"Bi, memangnya aku salah ya perduli dengan Aira? dia kan adik aku?" lirih Aisa.

"Non gak salah, tapi non jangan terlalu lembut dengannya. Bibi bukannya mau ngajarin yang engga-engga non, tapi non gak mungkin terus-terusan dijahatin sama adik non sendiri"

Bersamaan dengan ucapan Bi Inah itu ternyata Papa Baskoro sudah pulang dan mendengar semuanya.

ekhemm

"Pa----papa?" Sangking terkejutnya membuat Aisa gelagapan.

"Ada apa lagi dengan Aira?" Tegas papa Baskoro tanpa basa-basi.

Aisa berhamburan memeluk Papanya, dia benar-benar butuh pelukan saat ini .

"Aisa, jawab papa"

"Gak apa-apa Pa.. Aira mungkin lagi lelah karena memang tugas kami di kampus banyak banget pa " ucap Aisa ngasal

"Tapi kamu tidak apa-apa kan nak?"

"Enggak apa-apa Pa" dengan senyumnya yang tulus.

Papa Baskoro mengangguk "Ya sudah Papa ke kamar dulu"

Aisa tersenyum lalu ia pergi ke dapur mendekati Bi Inah yang sedang mencuci piring.

Aisa membuka kulkas dan mengambil beberapa bahan makanan, lalu ia letak di meja.

"Non sedang apa disana?"

"Aisa mau masak Bi"

"Eh jangan non, biar bibi saja... non sebaiknya mandi saja dulu"

Aisa menggeleng "Gak apa-apa Bi.."

Aisa kekeuh untuk masak, ia mulai merajang bumbu, mencuci ayam lalu menumisnya. Hampir setengah jam ia bergulat dengan bumbu dapur. Aisa senang memasak tapi bukan hanya itu saja karena Aisa juga sering membantu bi Inah untuk membersihkan rumah.

Masakan sudah selesai dan sudah tertata rapi di atas meja makan. Satu persatu anggota keluarga turun ke bawah.

"Ini kamu yang masak dek?" Tanya Kak Andre yang baru turun dari kamarnya.

Belum sempat Aisa menjawab tiba-tiba Papa Baskoro yang juga keluar dari kamarnya pun menyahutinya "Ya gimana? wangi kan? pasti enak juga nih Ndre, mumpung kamu di rumah, kamu harus cobakin masakan adik kamu"

Aisa tersenyum , dia sangat senang karena di rumah ini masih ada yang menerima keadaannya "Ya sudah, Aisa ke kamar bentar ya Pa, Kak.."

"Jangan lama-lama" Teriak kak Andre dari bawah.

Aisa masuk ke kamarnya, ia mandi sebentar hanya untuk menghilangkan keringat saja. Lalu ia mengambil baju kaos yang oversize juga celana kodoknya. Tak lupa pulak ia mengepang rambutnya.

Aisa pun keluar dari kamarnya, perlahan ia turunin anak tangga itu, ternyata di meja makan semuanya sedang asik makan, kekecewaan sedikit menyelimutinya, 'kenapa aku gak ditunggu?' batinnya.

Suara kakinya terdengar di telinga Papa Baskoro "Aisa? sini nak, ayo, kami baru saja mulai makan"

"Iya pa"

Baru saja Aisa ingin duduk di kursinya, tiba-tiba...

"Aku kenyang" Celetuk Aira sambil berdiri bersiap untuk pergi dari meja makan itu.

"Loh kok gak dihabisin nak?" tanya mama Risa

"Kenyang ma" sambil menaik-turunkan alisnya ke arah Aisa.

Mama Risa melihat Aira yang pergi ke kamarnya lalu kembali menghadap Aisa dengan tatapan tajam

"Tuh, Aira pergi gara-gara kamu! malah makannya masih dikit pula"

"Tapi kan ma---"

"ck! sudah lah ma, kenapa harus nyalahin Aisa?" lerai Papa Baskoro.

"Tauk ah, aku ke kamar saja" Mama Risa juga ikut ke kamar.

"Mama disini saja, biar Aisa yang ke kamar" celetuk Aisa merasa bersalah.

Tapi tiba-tiba......

Brukkkkk

Semua mata tertuju ke bangku utama di meja makan itu "Papaaaaa!!!!"

Ya, Papa Baskoro jatuh ke lantai sambil memegang bagian dadanya yang sakit, semua panik tanpa terkecuali .Bahkan Aira yang sedang di tangga langsung buru-buru turun melihat papanya.

Tiba di Rumah Sakit, semua orang menunggu keadaan Papa Baskoro di luar ruangan sementara Dokter dan suster sedang memeriksanya di dalam. Aisa tak henti menangis di bawah pelukan kak Andre.

"Sudah, Papa gak apa-apa dek.." kata Kak Andre

"Semua salah Aisa kak, kalau tadi Aisa gak turun pasti ini gak terjadi" kata Aisa yang masih menangis .

namun tiba-tiba

Plakkkk!

"Aw!!!" pekik Aisa

"Puas loe sekarang? loe udah buat papa sakit Sa, loe gak ada gunanya , selalu buat masalah. Dasar jelek, culun, cupu, kampungan ... iwhhh jijik gue liat loe" geram Aira dengan wajah murkanya.

"Aira, apa yang kamu lakukan? Aisa ini kakak kamu juga, bersikap lah semestinya" kata kak Andre sambil memeluk Aisa , sementara Aisa hanya bisa diam sambil menangis.

"Sudah, cukup! itu dokternya keluar" kata Mama Risa menunjuk dokter yang membuka pintu kamar itu.

Kamar terbuka, terlihat seorang dokter dan dua orang suster berdiri disana, mereka pun mendatangi dokter tersebut.

"Bagaimana kondisi suami saya dok?" tanya mama Risa

"Kondisi Pak Baskoro saat ini lebih baik, sebelumnya ada gumpalan darah yang menyumbat arteri. Untuk kedepannya hindari apapun yang membuatnya stres karena saat ia tak dapat mengontrol emosinya, serangan jantung bisa saja kambuh. Mengerti?"

"Baik dok, terimakasih"

"Sama-sama. kami permisi dulu, mari..."

Seusai dokter pergi, mama Risa menatap kedua anaknya dengan bergantian

"Sudah dengar kan apa kata dokter? boleh masuk tapi jangan buat papa emosi, paham?" tegas Mama Risa

"Iya ma..."

***

Pagi hari Aisa dan Aira beriringan keluar dari kamar Papa Baskoro, sesuai yang dianjurkan oleh dokter mereka harus terlihat akur didepan Papanya.

"Sa, loe sudah siap tugas dari pak Ghibran gak?" tanpa basa-basi dengan nada sok lembut.

"Sudah, tapi ketinggalan di rumah. Ini aku mau ambil" Jawab Aisa santai

'waw ada gunanya juga loe Aisha' batin Aira sambil tersenyum licik

"Kalau gitu bareng gue aja"

"Aku naik angkutan umum saja" tolak Aisa dengan halus

"Gue gak Nerima penolakan, yok!!" paksa Aira sementara Aisa hanya nurut mengikutinya dari belakang.

Suasana menjadi hening di sepanjang jalan, Aira yang memang tak suka bicara dengan Aisa pun lebih memilih menghidupkan musik sekuat mungkin, sedangkan Aisa lebih memilih menatap jalan.

Sampai di rumah, Aisa langsung ke kamarnya untuk bersiap-siap begitupun juga dengan Aira namun ia ingat sesuatu 'eh gue kan malu kalau pergi bareng sama si cupu itu'

"Aisa!! tunggu kak" katanya membuat Aisa berhenti seketika.

'Aira memanggilku kakak?' gumamnya sambil tersenyum.

"Ya? ada apa Ra?"

"Kak, aku boleh lihat tugas punyamu gak? aku lupa ngerjain nih " sambil cengengesan.

"Boleh, sebentar ya" Aisa buru-buru ke kamarnya untuk mengambil tugas yang dimaksud Aira, ia dengan senang hati memberikannya karena Aira sudah memanggilnya 'kakak' dan itu terdengar sangat lembut sekali .

"Ini" kata Aisa saat kertasnya sudah ketemu. "Aku mandi dulu ya" lanjutnya lagi.

"Makasih ya , Eh iya kak aku nanti ga bisa pergi bareng ya, soalnya-----" ucapan Aira terpotong

"Iya gak apa-apa, aku naik angkutan umum saja" sanggah Aisa.

"Baiklah, bye " sahut Aira lalu ia dengan cepat pergi ke kamarnya .

ceklek

Aira masuk ke kamar lalu mengunci pintu kamarnya.

"Hahahahhahaha" Ia tertawa terbahak-bahak

"Aisa, Aisa..... selain cupu ternyata loe bego ya"

"Ya kali gue sebaik itu sama loe, hmm loe liat aja apa yang gue lakukan ke loe, selamat berjumpa di kampus ya Aisa Nafeeza" Ucap Aira sambil bercermin dengan melipat tangannya.

***

Aira dengan gembiranya pergi ke kampus karena hatinya saat ini sedang bahagia, bagaimana tidak? Adik yang disayanginya kini menganggapnya sebagai kakak, pikirnya.

Aisa sudah turun dari angkutan umum, sekitar lima menit untuk berjalan kaki dari halte ke gerbang kampusnya, namun tiba-tiba..

BYUUURRRRR

"Ya ampun!" pekik Aisa saat melihat bajunya penuh tersiram air becek yang ditindas dengan sengaja oleh mobil .

'Itu mobil bukannya hadiah dari Papa ya? tapi kok-----' gumam Aisa terhenti saat melihat mobil itu berhenti lalu tertawa terbahak-bahak, terlihat jelas dari kaca spionnya.

"Astaga! Aira???? kamu????" Pekik Aisa

"Iya, ini gue? kenapa? baju loe basah ya? upss sorry, tapi loe lebih pantas kaya gitu , biar nampak kampungannya hahah, dah ya byeeee"

"Airaaa!!! hiksss Aira... kamu kok jahat banget sama aku? apa salahku Aira? hiksss" Aisa terduduk sambil menangis.

Tak lama kemudian ia bangkit karena sebentar lagi adalah mata kuliah dari Pak Ghibran yang terkenal dingin seperti kulkas berjalan .

Ia berjalan dengan menundukkan kepalanya. Rasa malu dan sakit hati sudah bercampur jadi satu, tapi apa dayanya? yang menyakitinya adalah saudara kembarnya sendiri.

Saat di gerbang kampus banyak sekali yang menjelek-jelekkan nya..

"Eh cupu, habis mulung dimana?" Kata salah satu mahasiswa, lalu temannya yang lain tertawa .

"Pergiiiii!!!!" teriak Aisa yang sudah tidak tahan lagi . Lalu yang lainnya pun pergi dengan masih tertawa.

Kegaduhan itu sampai di telinga Rere lalu ia berlari mendekati Aisa.

"Aisa!!!" panggil Rere, Aisa tidak menjawab tapi dia langsung memeluk Rere sambil menangis.

"Aisa, kau kenapa? jangan buat aku khawatir, siapa yang buat kau kaya gini?" sambil memegang bahu nya.

"Aisa!!!!!" bentak Rere

"hiksss hiksss Aira"

"Makjang, udah ku duga dari tadi kalau pelakunya si ular kepala manusia!" geram Rere dengan logat bataknya.

"Sudah, jangan nangis. kau pake aja dulu rompi jeans ku , untung aku bawa " sambil menyodorkan rompinya

Sambil menunggu Aisa memakai rompinya, Rere yang sudah geram langsung menasehatinya "Sa, aku tahu kau itu orang baik, tapi jangan mau di tindas terus. Kau harus berubah Sa, kau harus bisa bangkit, Setidaknya untuk dirimu sendiri Sa. Pikirkan ucapanku ini, nanti pulang kuliah aku temenin kau buat beli baju baru, kau harus ganti selera pakaian kau Sa, dan kau harus lebih berani lagi"

"Aku pikir-pikir dulu ya Re"

Rere hanya bisa mengangguk, ia tahu bahwa menjadi orang lain itu sulit tapi kondisinya sekarang Aisa gak boleh larut seperti ini.

***

Semua mahasiswa di kelas itu sudah masuk ke ruangan, Aisa celingak-celinguk mencari dimana saudara kembarnya berada.

"Kau cari siapa?" Tanya Rere

"Aira, dia minjam tugas aku tadi"

Rere yang mendengar hanya menghela nafas, ia sudah kehabisan kata untuk sahabatnya satu ini.

Disisi lain, Aira dan teman-temannya memang sengaja telat datang, minimal saat Pak Ghibran itu terlihat mau masuk ke kelas.

Benar saja, Aira dan teman-temannya masuk ke dalam kelas. Saat Aisa ingin berdiri untuk meminta tugasnya, Pak Ghibran pun masuk ke dalam kelas.

ekhemmm

Semua kembali ke tempat duduk masing-masing, tak ada yang berani berkutit di jam mata kuliah Pak Ghibran.

"Selamat siang semuanya" sapa Pak Ghibran

"Siang pak"

"Sebelum saya mulai mata kuliah hari ini, saya minta pada kalian kumpulkan tugas Minggu lalu" tegasnya.

Satu persatu mahasiswa pada maju ke depan untuk mengumpulkan tugas termasuk Aira.

Aira tersenyum licik melihat Aisa yang sedang panik.

"Siapa yang tidak mengumpulkan tugasnya?" Tanya Pak Ghibran. Suaranya begitu menggelegar kan se isi ruangan. Tak ada yang berani untuk membantahnya, karena sekali saja berbuat salah maka nilai lah yang menjadi taruhannya.

"Oke, tidak ada yang mau mengaku?" tanya nya kembali.

"Baiklah, perkuliahan sampai disini. permisi "

"Tunggu pak!" Aisa memberanikan diri untuk maju kedepan, ia tahu jika sekarang tidak jujur maka nantinya akan ada masalah yang baru.

"Ada apa?"

"Saya--- saya yang tidak mengumpulkan tugas"

"Kenapa kamu tidak mengerjakannya? saya kecewa sama kamu! katanya mahasiswi berprestasi, IPK sampai 4 tapi tugas saya kamu remehkan begitu saja!"

Ya, Aisa juga terkenal dengan prestasinya, bukan hanya penampilan saja.

"Maaf pak, tapi saya sudah mengerjakannya. Tugas saya diambil Aira tadi pagi" lirih Aisa dengan jujur.

"Eh bohong itu pak, jangan fitnah dong Aisa, itu hasil kerjaan saya, saya gak ada ngambil tugas kamu" bantah Aira

"Tapi kan----"

"Sudah! cukup! saya lebih percaya dengan Aira. Sekarang, kamu keluar ruangan selama mata pelajaran saya hari ini, mengerti?"

"Emh tapi Pak ---"

"Saya atau kamu yang keluar?"

"Baik pak " pasrah Aisa, lalu semuanya bersorak mengejek Aisa. Sungguh Hari yang menyebalkan, pikirnya.

Episodes
1 Eps 1. Prolog
2 Eps 2. Apa salah Aisa?
3 Eps 3 A. Aisa vs Aira
4 Eps 3 B. Dekat dengan Pak Ghibran
5 Eps 4. Tantangan dari Aira
6 Eps 5. Aisa latihan
7 Eps 6 A. Persiapan
8 Eps 6 B. Kemenangan
9 Eps 7 Ketahuan
10 Eps 8 A. Jebakan
11 Eps 8 B. Di Penjara
12 Eps 9 A. UMKM
13 Eps 9 B. Kecemburuan
14 Eps 9 C. Aisa
15 Eps 10. Dilabrak Dinda
16 Eps 11 Tolong bebaskan Aira, Rangga!!
17 Eps 12. Akhirnya......
18 Eps 13. Perawatan wajah
19 Eps 14 . Rencana jahat Aira
20 Eps 15. Salah Skin Care
21 Eps 16. Mencari Kebenaran
22 Eps 17. Terungkap ...
23 Eps 18 Disayang Keluarga
24 Eps 19. Aisa di Kurung
25 Eps 20. Ternyata...
26 Eps 21. Maaf
27 Eps 22. Harus Kuat
28 Eps 23. Memilih pergi
29 Eps 24. Sakit palsu
30 Eps 25. Oh ternyata...
31 Eps 26. Aisa mengetahuinya
32 Eps 27. Di Terima Kerja
33 Eps 28. Pak Reno cenayang?
34 Eps 29. Benar-benar cenayang!
35 Eps 30. Teringat Rere
36 Eps 31. Ghibran murka
37 Eps 32. Enam Bulan kemudian
38 Eps 33. Sepupunya Pak Reno
39 Eps 34. Sisi lain Pak Reno
40 Eps 35. Aisa, anakku!!!
41 Eps 36. Papa Baskoro
42 Eps 37. Kak Nando?
43 Eps 38. Rara nya Nando
44 Eps 39. Menikah?
45 Eps 40. Bertemu
46 Eps 41. Kehancuran
47 Eps 42. Menikah
48 Eps 43. Mengelabuhi Aira
49 Eps 44
50 Eps 45. Sah cerai
51 Eps 46. Hampir Terjebak
52 Eps 47. Lima bulan Kemudian
53 Eps 48. Bangun dari koma.
54 Eps 49. Kepulangan Aisa
55 Eps 50. Ending
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Eps 1. Prolog
2
Eps 2. Apa salah Aisa?
3
Eps 3 A. Aisa vs Aira
4
Eps 3 B. Dekat dengan Pak Ghibran
5
Eps 4. Tantangan dari Aira
6
Eps 5. Aisa latihan
7
Eps 6 A. Persiapan
8
Eps 6 B. Kemenangan
9
Eps 7 Ketahuan
10
Eps 8 A. Jebakan
11
Eps 8 B. Di Penjara
12
Eps 9 A. UMKM
13
Eps 9 B. Kecemburuan
14
Eps 9 C. Aisa
15
Eps 10. Dilabrak Dinda
16
Eps 11 Tolong bebaskan Aira, Rangga!!
17
Eps 12. Akhirnya......
18
Eps 13. Perawatan wajah
19
Eps 14 . Rencana jahat Aira
20
Eps 15. Salah Skin Care
21
Eps 16. Mencari Kebenaran
22
Eps 17. Terungkap ...
23
Eps 18 Disayang Keluarga
24
Eps 19. Aisa di Kurung
25
Eps 20. Ternyata...
26
Eps 21. Maaf
27
Eps 22. Harus Kuat
28
Eps 23. Memilih pergi
29
Eps 24. Sakit palsu
30
Eps 25. Oh ternyata...
31
Eps 26. Aisa mengetahuinya
32
Eps 27. Di Terima Kerja
33
Eps 28. Pak Reno cenayang?
34
Eps 29. Benar-benar cenayang!
35
Eps 30. Teringat Rere
36
Eps 31. Ghibran murka
37
Eps 32. Enam Bulan kemudian
38
Eps 33. Sepupunya Pak Reno
39
Eps 34. Sisi lain Pak Reno
40
Eps 35. Aisa, anakku!!!
41
Eps 36. Papa Baskoro
42
Eps 37. Kak Nando?
43
Eps 38. Rara nya Nando
44
Eps 39. Menikah?
45
Eps 40. Bertemu
46
Eps 41. Kehancuran
47
Eps 42. Menikah
48
Eps 43. Mengelabuhi Aira
49
Eps 44
50
Eps 45. Sah cerai
51
Eps 46. Hampir Terjebak
52
Eps 47. Lima bulan Kemudian
53
Eps 48. Bangun dari koma.
54
Eps 49. Kepulangan Aisa
55
Eps 50. Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!