"Aisa! Kemari...." Panggil Rere yang melihat kedatangan Aisa .
Aisa tersenyum pada Rere yang sedang melambaikan tangannya "Aku telat ya?"
"Enggak, kenapa ngos-ngosan? kau naik Angkot lagi?"
"Iya"
"Keterlaluan si Aira! segitunya sama kakak sendiri, Astaga!"
"Aku gak masalah kok Re, Kamu sudah sarapan belum? ini aku bawakan sandwich"
Rere langsung mengambil bekal yang dibawakan Aisa dan duduk di pinggir taman. Aisa menggeleng saat melihat tingkah sahabat nya itu.
"Dasar, perut karet" ejek Aisa
"Eh jangan salah kau ya, gini-gini badanku itu impian semua wanita " Kata Rere dengan bangganya.
"Masa? aku enggak tuh" sahut Aisa lagi
"Ya karena kau langsing hahah maksud aku itu body aku tuh impian orang-orang yang cita-citanya kurus tapi hobinya makan, kaya aku hahahhha" Jawab Rere yang langsung membuat Aisa ikut tertawa , namun tiba-tiba...
ekhemm
Deheman lelaki itu membuat Aisa dan Rere menoleh "Aisa ya?"
Aisa mengangguk "Iya, saya sendiri. Kenapa ya?"
"Oh, kenalin.. Nama aku Rangga, aku satu jurusan dengan kalian tapi aku masuk malam makanya gak pernah ketemu ." terangnya membuat Aisa ber oh ria, sedangkan Rere menikmati makan nya.
"Boleh gabung gak?" Tanyanya membuat Aisa dan Rere mengangguk
"Tapi jangan minta makananku ya" Celetuk Rere sehingga Aisa kembali tertawa.
"Oh, enggak kok Mbak" Sahut Rangga.
"Aisa, aku butuh bimbingan.. Maksudnya seorang mahasiswa yang mau ngajar aku privat gitu, maklum aku siang kerja sampai jam 3 sedangkan malam aku sering telat masuk kelas" Modus Rangga.
Mata Aisa berbinar karena memang ia sangat senang jika ilmu yang ia dapat itu berguna untuk orang lain, sedangkan Rere mendelikkan matanya.
"Ya sudah, aku ajarin tapi kita di perpustakaan saja ya, dari jam 4 sampai jam 5. Bagaimana? tidak apa-apa kan kalau cuma 1 jam?"
'Ya, bagus cuma 1 jam , aku pun ogah lama-lama ' batin Rangga.
"Hei? mas Rangga? gimana?" tanya Aisa lagi saat melihat Rangga melamun..
"I----iya, segitu saja aku sudah senang banget, terimakasih ya,"
"Eh tunggu!" celetuk Rere
"Ada apa?" Tanya Aisa dan Rangga
"Kau boleh Privat sama Aisa tapi dengan satu syarat, aku harus ikut." Rere berhenti bicara sambil minum sejenak . "Karena aku gak percaya sahabat aku didekat orang baru kaya kau ini"
"Re, jangan aneh-aneh deh" Protes Aisa
"Eh , gak apa-apa kok Aisa, oke Mbak deal" jawabnya singkat.
Sejak saat itu mereka kelihatan sangat akrab walaupun kemana-mana harus di dampingi oleh Rere sebagai nyamuk. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang selalu melihatnya dengan kesal.
Siang ini Aisa sudah ada janji dengan Pak Ghibran untuk membahas tentang olimpiade itu.
"Maaf Pak, telat" Tutur Aisa sambil nafas yang masih ngos-ngosan
Pak Ghibran melirik jam tangannya sekilas "Lima belas menit, kamu sudah telat 15 menit Aisa"
"Ma--maaf pak"
"Saya tahu kamu sedang dekat dengan seseorang, tapi kamu juga harus profesional dalam hal lain, kalau memang tidak niat ikut Olimpiade kamu bisa batalin, jangan buang waktu saya sia-sia begini"
"Maaf pak, tapi saya tidak lagi dekat dengan siapa-siapa, soal itu saya----" ucapnya terpotong karena tiba-tiba Aira datang
"Permisi kak, eh maksudnya pak" kata Aira tanpa ragu .
"Kamu?" ucap Aisa dan Pak Ghibran barengan.
"Ada apa?" Tanya pak Ghibran datar
"Maaf, mengganggu ya?" tanyanya dengan sok polos.
Pak Ghibran memanfaatkan kesempatan itu untuk meluapkan kecemburuannya pada Aisa. Tunggu, cemburu? berarti.... Ah skip~
"Emh, tidak. Ayo gabung aja Aira tidak apa-apa kok" sahut Pak ghibran dengan lembut
"Husttt minggir" kata Aira dengan menggeser kan tubuh Aisa dengan lengannya.
Sontak membuat tubuh Aisa menggeser dan hampir terjatuh.
"Kalau begitu saya pamit dulu ya Pak, untuk Olimpiade saya mohon biarkan saya tetap mengikutinya pak... " ujar Aisa sambil pergi. ia tak mau berlama-lama menyaksikan kedekatan Aira dengan Pak Ghibran.
"Aisa, tunggu!" kata Pak Ghibran tiba-tiba membuat Aira mendengus sebal
"Iya pak?" tanya Aisa dengan lega.
"Kamu datang sendiri saja besok, sepertinya kamu tidak membutuhkan saya, ini alamat tempat olimpiade nya, semoga kamu beruntung" sambil memberikan sebuah kertas yang berisi alamat dan nomor hp panitia acara.
Dengan hati yang tersayat, tangan pun ikut gemetar, Aisa mengambil kertas tersebut dengan ragu "Maaf pak, Terimakasih"
"Hmm" singkatnya lalu pergi duduk kembali di sebelah Aira.
Pak Ghibran menatap ke arah Aisa yang sudah menjauh darinya.
"Kak, jangan ditatapin terus dong" ujar Aira cemberut.
"Maksud kamu apa?" tanya Pak Ghibran bingung.
"Kakak mulai suka ya sama Aisa?"
"Jangan panggil saya 'kak' kalau di kampus" tegasnya.
"Tapi jawab dulu dong kak, eh pak"
"Kalau iya kenapa? kalau enggak kenapa? Saya hanya pernah menolong kamu dulu, tapi bukan berarti kamu seenaknya saja dekatin saya" tegas Pak Ghibran lalu pergi.
Hal itu membuat Aira berdecak sebal, apalagi ia terkenal karena kecantikannya, siapa sih yang tidak menyukainya, pikirnya. Namun saat ini, ada seorang pria yang bukan hanya tidak menyukainya, tapi meninggalkan dan menolaknya juga secara tidak langsung.
'ck, ini baru permulaan Aisa' gumam Aira sambil tersenyum sinis.
Sedangkan di tempat lain, terlihat Aisa hampir menangis, ia berjalan gemetar, entah kenapa sikap Pak Ghibran membuatnya menjadi sakit sekarang.
"Aisa! sini" titah Rere yang melihat keanehan Aisa
"Apaan sih Re" jawab Aisa males.
"Kau kenapa? kusut kaya tali layangan ku tengok (lihat)?"
"Aku--- aku gak apa-apa"
"Ah kau ini, sama kawan sendiri gak mau ngaku. Malesin ah"
"Ke kantin yuk"
Aisa menggandeng tangan Rere sahabatnya, Walaupun banyak yang mengejeknya tapi mereka tak menggubrisnya.
"Woy!" panggil seseorang
"Mau ngapain kau ha?" tanya Rere dengan emosinya
"Gue gak ngomong sama loe ya, minggir loe" sambil menggeser Rere. "Loe itu cupu, gak pantes dengan pak Ghibran"
deggg!!
Sepertinya Aisa sudah sangat geram melihat Aira, dengan tangan yang sudah mengepal Aisa pun menampar segala ucapan Aira dengan mulutnya
"Diam kamu Aira!" geram Aisa membuat nya diam seketika.
"Ra, jangan diam dong, di gertak doang sama si cupu" Ebi memanasi.
"Tauk tuh" sahut Mikha juga.
"Kalian juga diam!" kata Aisa dengan nada sedikit tinggi.
"Dan kamu Aira, tadi kamu bilang apa? Aku gak pantas dengan Pak Ghibran? memangnya siapa yang lagi dekatin beliau? ck! Kamu ini berlebihan Aira. Aku hanya lagi ada urusan dengan nya"
"hahaha loe kira gue bego? loe memang lagi ada urusan, tapi loe juga memanfaatkan keadaan itu untuk dekatin dia, iyakan? ngaku loe cupu"
"Loe takut kalah saing sama aku yang cupu ini? bukankah aku itu gak termasuk lawanmu? hm?"
"Ngeselin banget sih loe, awas loe ya "
Lalu Aira memberikan selembar kertas yang sebelumnya ditempelkan di mading.
"Apa ini?" Tanya Aisa heran
"Loe bisa baca kan?" jawab Aira sinis
"Eh maksud kau apa? kau nyuruh Aisa ikut ini? gak guna kali" celetuk Rere
"Ree... udah" tegur Aisa pelan.
"Ayo, ikut gue" kata Aira sambil menarik tangan Aisa.
"lepasin! aw!!! sakit Aira!!!!" pekik Aisa yang terus di tarik oleh Aira.
Hingga mereka berada di depan Mading, semua mata tertuju pada mereka. Ramainya suasana dimanfaatkan oleh Aira untuk menjatuhkan Aisa.
"Gue, Aira Nazeera.. nantangin loe untuk mengikuti audisi ini, yang menang bebas melakukan apa saja, dan yang kalah harus siap menurutinya, bagaimana Aisa Nafeeza?" tanya Aira sambil tersenyum sinisnya.
"Kau ini apa-apaan sih Aira?" kata Rere sambil menggelengkan kepalanya, lalu ia menatap Aisa "Sa, jangan kau dengar Sa, udah yuk kita pergi aja" sambil menarik tangan Aisa.
Namun Aisa menahannya , apalagi banyaknya desakan dari para mahasiswa lainnya .
"terima... terima... terima"
"ayo cupu terima, pasti loe kalah hahaha"
"cupu kok dilawan"
"Aira pasti menang"
"Tapi bakal sia-sia sih guys kalau si cupu ikut, sudah pasti kalah hahahha"
Itulah desas-desus dari teman-temannya yang lain membuatnya semakin kepada puncak emosinya.
"Aku menerima tawaranmu Aira Nazeera" tegas Aisa dengan lantang membuat semua tercengang, terlebih lagi Rere.
"Pergi yuk sa, Awas minggir Kelen" kata Rere sambil menarik tangan Aisa agar menjauh.
Setelah agak jauh Rere melepaskan cengkraman tangannya "Kau ini kenapa? kau tahu keputusanmu itu menyangkut harga dirimu Aisa? Aku gak ngerti sama jalan pikiran kau ini"
"Iya aku tahu, tapi aku hikssss" Aisa tiba-tiba terisak
Rere tidak tega, hingga membawanya kepelukannya "Jangan nangis"
"Apa aku salah re? aku harus bagaimana? hiksss"
"Ya sudah, semua sudah terjadi, kita ikuti permainannya. Aku akan bantu kau. Tapi kalau kau kalah, kau harus terima itu. Kau tahu kan kembaran kau itu jelmaan iblis? kau harus siap itu"
"huss kamu ini, nenangin aku sih nenangin, tapi gak sekalian ngejek yang lain juga hahah" kata Aisa sambil tertawa.
"Eh dari pada situ, nasehatin tapi sambil ketawa " sindir Rere membuat Aisa kembali tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
zahra
Halo kak, semangat untuk karyanya ya kak.
mohon dukungannya untuk karya saya juga. terima kasih
2022-03-29
1