Kedua Paruh baya itu mengantarkan Aisa sampai depan rumah, sebenarnya Aisa juga menawarkan mereka untuk masuk ke dalam rumah, tapi keduanya menolak karena masih ada urusan sebentar lagi.
"Yah, bunda kok ngerasa gak asing ya dengan rumah ini?"
"Ah perasaan kamu saja itu, ya sudah yuk Mang jalan lagi" ucap Ayah Fahri sambil mengajak pak supir untuk berangkat.
Sementara di sisi lain, Aisa sudah berada di kamarnya. Tadi ia berjumpa dengan bi Inah saat menuju kamar, Bu Inah tentu kaget melihat majikannya penuh perban. Aisa menjelaskannya dan menyuruh Bi Inah untuk tidak memberitahukannya kepada orang tuanya, apalagi kalau sampai Kak Andre tahu, bisa gempar seisi rumah, pikirnya.
ceklek
"Eh bi? ngagetin aja!" ucap Aisa
"Maaf non, ini makan sama minumnya"
"Makasih banyak ya Bi"
"Sama-sama non, kalau gitu bibi balik ke dapur dulu"
"Bentar bi" cegah Aisa saat melihat bi Inah sudah di depan pintu kamar
"Ya non?"
"Mama sama Papa kemana?"
"Ke kota sebelah non, katanya gak pulang hari ini" ucap Bi Inah, dan Aisa ber oh ria.
"Terus kalau Kak Andre? Aira?"
"Den Andre kerumah temannya, kalau Aira bibi gak tahu karena belum ada pulang dari tadi non"
"Oh begitu, ya sudah bi makasih ya"
***
Dua hari kemudian, Aisa di jemput oleh Rere untuk ke kampus. Karena hanya Rere yang tahu jika dia sempat terjatuh, Rere kasihan melihat sahabatnya itu harus mengendarai angkutan umum padahal jika dia mau, dia juga bisa bawa mobilnya karena Aira sudah dihukum dan tidak boleh membawa mobilnya ke manapun.
"Sa, aku mau nanya"
"hmmm"
"Kau apa gak mau perawatan wajah? yuk Sa, aku punya tempat langganan ini"
uhukkkkk
"Kebiasaan kau ini, di ajak ngomong serius malah responnya gitu, kau ini sebenarnya cantik Lo sa"
"Mana ada gitu... ngawur kamu!"
"Betul loh, gak percaya kali kau sama ku "
"Ya sudah nanti aku pikir lagi " sahut Aisa santai.
"Pokoknya kau harus mau, aku gak terima bantahan. Lagian apa salahnya sih perawatan? gak ngerugiin kau juga"
Aisa tampak berfikir sejenak, memang benar selama ini dia tak pernah kepikiran untuk merawat dirinya. Untuk bedaknya saja dia hanya memakai bedak tabur Bayi, untuk bibirnya pun hanya di olesin lip tint sedikit.
"Memangnya aku cocok ya kalau ngerawat diri?"
"Pake kali pun kurasa cocoknya "
"pfttt lebay banget sih Rere nya aku"
Akhirnya keduanya tergelak.
Dosen kali ini adalah Pak Ghibran, entah kenapa saat ini Pak Ghibran seperti tidak semangat mengajar, ia hanya membagi kelompok dan masing-masing kelompok mempersiapkan bahan makalah yang akan di persentase kan kelompoknya.
Kebetulan, Aisa satu kelompok dengan Rere tentu membuat keduanya senang riang.
"Sa, Pak Ghibran kenapa gak mood ya ngajar? tumben?" tanya Rere pelan.
Aisa mengernyitkan bahunya "Meneketehe"
Rere berfikir sejenak, wajahnya terlihat lucu sampai Aisa ingin sekali menyubitkan lengan Rere tapi ia takut ketahuan Pak Ghibran.
"Apa itu Meneketehe?" tanya Rere polos
"Jadi kamu dari tadi mikirin itu?" tanya Aisa , Rere mengangguk
"Artinya itu manakutahu, tapi pake vokal E "
"Eh kurang asam!" teriak Rere membuat semua orang menoleh ke arahnya.
"Ya, kamu? ada apa ?" suara bariton membuat suasana kembali hening
"Emh.. maaf pak, anu------"
"Jangan harap nilai kamu diatas C kalau kamu berisik lagi" Tegas Pak Ghibran
glekkkk
"Mampus aku!" gumam nya pelan.
***
Hari berganti siang, sesuai dengan ucapan Rere kalau siang ini akan mengajak Aisa ke tempat perawatan wajah.
"Re, kamu saja deh " tolak Aisa padahal sudah sampai.
"Aku iya, kau juga. Ini memang jadwal kontrol ku, dan kau harus ikut merasakannya. Enak kok, nanti facial juga, pijitan mbaknya bikin pusing seketika hilang"
Aisa berfikir sejenak. Lalu mengangguk.
ceklek
"Wahhhh keren banget Re"
"Astaga Aisa, kau kek orang kampungan aja. Biasa aja kali" ketus Rere tiba-tiba.
"Ya maaf, eh lihat itu, kenapa wajahnya digituin?" tanya Aisa heran
"Itu namanya laser wajah, kau cobain aja nanti, enak kali pokoknya"
Aisa kembali mengangguk .
Rere sudah mendaftarkan namanya dan juga nama Aisa, sekarang mereka duduk manis di bangku antrian.
"Mbak Aisa? mari mbak" ucap petugasnya lembut.
deg!!!
Rere benar-benar takut, karena ini kali pertamanya. Beruntung disebelahnya adalah Rere, mereka satu ruangan.
Setelah dokter mengecek permukaan wajah Aisa, Dokter pun memberikan tawaran apa saja yang akan di pakai Aisa nanti.
Aisa menyetujui semuanya, Kali ini bukan Aisa yang menentukan tapi Rere.
Rere hanya bisa menggelengkan kepala saat sahabatnya itu terlihat Maruk dan kampungan, padahal uang Aisa sebenarnya lebih banyak darinya tapi sahabatnya itu terlalu sederhana dalam hidupnya.
"Masih lama ya mbak? aku bisa ketiduran ini, apalagi mataku ditutup kaya gini" ujar Aisa
"Maaf mbak, tapi memang belum waktunya" ucap petugasnya
"Etttt dah! kalau kau mau tidur ya tidur aja , Aisa! gak ada yang larang"
"Oh , boleh ya Re?" tanya Aisa polos
"Ya boleh lah Aisa Nafeeza! arghhh naek darah tinggi ku bah"
Aisa tergelak melihat kelakuan sahabatnya itu yang cukup sabar dengan tingkahnya.
"Mbak, maafkan kawan aku ya, dia memang agak kampungan tapi kantongnya gak sekampung itu" ucap Rere dengan kesalnya.
Mbaknya hanya bisa tersenyum, mungkin jika tidak sedang bekerja pasti saat ini dia tertawa terbahak-bahak.
Empat jam sudah, akhirnya Aisa dan Rere selesai dengan ritualnya.
"Gimana Sa? enak kan?"
Aisa mengangguk "Enak banget, jadi gak sabar nunggu bulan depan"
Rere tersenyum ngejek "Tadi aja sok nolak, sekarang gak mau udah"
"Jangan lupa cream nya kau pake tiap hari, itu ada yang di pake siang ada yang di pake malam, kau lihat aja aturan pakainya" ucap Rere lagi
"Terus , ini?" tanya Aisa sambil menunjuk beberapa jenis botol lainnya
"Ih kau lihatlah sendiri, ada namanya, ada aturan pakainya juga, capek aku" ketus Rere membuat Aisa tertawa.
Namun tiba-tiba tawa itu lenyap begitu saja, saat mata tertuju pada dua insan yang sedang tertawa riang.
"Pak Ghibran?" gumam Aisa .
Rere melihat wajah Aisa yang tiba-tiba masam, seketika pandangan nya ikut tertuju ke arah yang dilihat Aisa
"Astaga!" gumam Rere
"Sa, kau aman?" tanya Rere
Aisa mengangguk "Memangnya aku harus gimana?"
"Kebiasaan ini anak, ditanya malah nanya balik"
Aisa mengajak Rere untuk cepat masuk ke mobil Rere.
"Kira-kira wanita itu siapa nya ya Sa? kayanya akrab banget sama Pak Ghibran" ucap Rere sambil menyetir
"Ya aku mana tahu, pacarnya kali"
"Cemburu ni Yee"
"Ogah"
"Yakin?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments