Athar mengikuti Pak Ghibran hingga ke depan pintu kamar , ia mengerutkan alisnya "Ada apa Pak?"
Pertanyaan itu membuat Pak Ghibran tersentak kaget, hampir saja ia meninju wajah Athar.
"Kamu?" kaget Pak Ghibran
"Ada apa Pak?" Athar mengulangi pertanyaannya
"Jadi, bukan kamu yang didalam?"
"Maksud bapak?"
Pak Ghibran pun menceritakan kejadiannya, Athar juga tampak kaget mendengarnya. Sebenarnya siapa laki-laki berninja itu?, gumamnya.
"Ayo kita dobrak saja Pak"
"Kamu jangan gegabah, apa kamu akan mendobrak dengan tangan kosong? sekarang, ambil parang di sebelah sana!"
Athar pun menuruti Pak Ghibran, setelah itu ia kembali dengan membawa parang. Pak Ghibran juga menjelaskan rencananya.
Sementara di sisi lain, Aisa sudah sadar dan melihat sosok pria di hadapannya begitu menyeramkan dengan memakai penutup wajah seperti maling saja.
"Siapa kamu?" tanya Aisa membuat lelaki itu tertawa.
"Itu tidak penting sayang, namun yang penting adalah...... mari kita bersenang-senang"
"Tidak, aku tidak mau. Siapa yang menyuruhmu?"
"cih! Kau kira aku akan memberitahukannya? hahahhaha! tidak semudah itu sayang"
"Lepaskan hikss..."
Namun, lelaki itu malah semakin dekat, sampai hampir tidak berjarak lagi, jaket milik Aisa sudah berhasil ia lepas, kancing pertama bajunya juga lolos begitu saja, namun saat ingin melanjutkan aksinya, tiba-tiba....
brukkkk
Lelaki itu berhasil tersungkur dengan tangan kebelakang, tentu sudah di borgol oleh Athar yang menahannya.
"Kauuuu!!!" geram lelaki itu.
Aisa menangis histeris, ia memeluk Pak Ghibran sampai membuat sang empunya kaget bukan main. Athar juga sama kagetnya, namun ia lebih ke cemburu saat ini.
"Pak , takut hikss "
"Tenanglah"
Pak Ghibran menatap lekat lelaki itu "Siapa yang menyuruhmu?"
"Aku mau sendiri hahahaha!"
Athar sudah tak tahan, ia membuka topengnya Lelaki itu namun tetap saja mereka tidak mengenalinya.
"Katakan, siapa yang menyuruhmu? atau kau mau habis disini sekarang?" ancam Pak Ghibran sambil menunjukkan sebuah parang .
"Saya berjanji tidak akan membawamu ke jalur hukum jika anda mau jujur sekarang!"
Mendengar itu, Lelaki itu tampak ciut, dan senang juga karena tidak di laporkan polisi.
"A-------aira"
"APA?"
"Saya sudah mengatakannya, sekarang biarkan saya pergi"
"Tapi, bagaimana bisa adik aku?" tanya Aisa heran
"Hahahha! kau ini memang gadis bodoh! walaupun dia dipenjara, tapi dia selalu mengikutimu. Gara-gara dirimu, dia jadi masuk penjara, bodoh!"
plakkkk
"Diam! jangan anda biarkan mulut anda itu menghina orang tanpa anda tahu kebenarannya!" ucap Pak Ghibran, lalu ia melihat Athar "Buka tangannya!"
"Baik Pak "
Setelah berhasil terbuka, ia bukan pergi baik-baik malah menunjang Athar dan Pak Ghibran secara bergantian lalu ia berhasil kabur.
***
Dua hari sudah mereka melaksanakan UMKM, akhirnya hari ini mereka kembali ke kota W.
Lelah? pasti!.
Setelah ini, Aisa memutuskan untuk menjenguk Aira, ia ingin mengetahui kabar saudara kembarnya itu.
Sesampai di rumah Aisa merebahkan dirinya di atas kasur, kamar yang sudah ia tinggalkan selama dua hari ini membuatnya menjadi sangat merindukan setiap inchi nya.
ceklek
"Dek" Sapa kak Andre
Baru saja Aisa ingin menutup matanya tiba-tiba kakaknya masuk ke kamar "Eh, hai kak"
"Capek ya?" Aisa mengangguk
"Ya sudah, kamu istirahat lah. kakak mau jenguk adik kamu . Kakak titip papa ya, semalaman papa merindukan Aira makanya papa sampai drop dan sekarang tinggal lemas nya aja "
"Papa sempat drop?" tanya Aisa dengan kagetnya
"Iya, tapi sudah mendingan kok. Kakak pergi dulu ya?"
"Tapi, aku mau ikut."
Kak Andre diam sejenak, lalu mengangguk "Ya sudah, boleh. Sekalian pulangnya kita jemput mama di rumah sakit"
"Kakak tunggu di bawah ya?" ucap Andre lagi sambil mengacak rambut adiknya.
Aisa langsung turun dari tempat tidurnya, secepat kilat ia mandi, tidak mungkin ia pergi dalam keadaan badan lelah begini pikirnya, setidaknya jika mandi terlihat lebih segar sedikit.
Tiga puluh menit kemudian,
Aisa dan Kak Andre sudah di penjara, dan saat ini Aira sedang di panggil oleh salah satu pengawasnya.
"Kak Andre "lirih Aira
"Aira" ucap Andre dan Aisa barengan
"Loe ngapain kesini?" tanya Aira dengan nyolot
"Aku rindu sama kamu, bagaimana kabar kamu?" Jawab Aisa dengan tenang
"Menurut loe? kabar gue baik dan saat ini sedang bahagia jingkrak-jingkrak? gitu?" sedikit nyolot tapi mengundang tawa para pengawas
Aira mendengus kesal karena ia ditertawakan , lah wong dia yang salah kenapa dia kesal? ckckckc Aira, Aira~
"Dek, lembut dikit kamu tuh jadi perempuan" Tegur Kak Andre
"Maaf kak! hm kak aku kapan keluar? aku capek di dalam sini kak, aku mau keluar hiks" lirih Aira
"Sabar, kakak masih cari buktinya." jawab kak Andre
"Kamu tenang aja, kami akan mengusahakan agar kamu keluar Aira!! aku juga sudah mencari tahu dimana rumah si Rangga" kali ini yang menjawab adalah Aisa
"Cih! jangan sok baik loe,. Padahal dalam hati loe senang kan gue di sini? jadi loe bisa sesuka hati mendekati pak Ghibran, iya kan?"
plakkkk
Satu tamparan mendarat, kak Andre cukup terkejut melihat keberanian adik nya itu.
"Stop! berhentilah menuduhku, Aira! kenapa kamu selalu negatif thinking sama aku? apa salahku? bahkan saat acara kemarin saja kamu masih sempat menyuruh orang untuk mencelakai ku? menodaiku? kamu sadar tidak? aku ini kakak kamu! bukan musuhmu!"
Kak Andre tampak lebih terkejut lagi mendengar semuanya, ia tak menyangka perseteruan kedua adiknya sampai sejauh itu.
"Ap--apa? apa maksudnya ini? Aira? apa kamu bisa jelaskan semuanya dengan kakak?" tanya kak Andre
degggg!
Aisa keceplosan membuatnya membungkam mulutnya, ia tahu apa yang dilakukan adiknya memang salah, tapi ia juga gak mau kesalahan adiknya diketahui banyak orang.
Aira tampak tegang, ia bingung harus bersikap bagaimana lagi.
"Loe!!!!" ucap Aira sambil menunjuk Aisa
"Aira! cukup. mau sampai kapan kamu nyalahin Aisa? ini semua salah kamu! asal kamu tahu, mama sekarang di rumah sakit, dia syok lihat kamu di penjara, dan papa pun sempat drop! ini gara-gara kamu Aira Nazeera!!!" tegas kak Andre membuat Aira terkejut.
"Ap--apa? ma--mama?" ucapnya terbata-bata
"Iya! berhentilah berbuat ulah." kata Kak Andre sambil menarik Aisa untuk pergi dari situ.
Aira semakin membenci Aisa, ia tetap menyalahkan Aisa dalam hal ini "Gue benci sama loe Aisa!!!!!!" pekiknya.
***
Aisa kini sedang berada di perjalanan menuju rumah, tadi sehabis dari penjara mereka langsung ke rumah sakit untuk menjemput mamah tercinta.
Mama Risa hanya diam di sepanjang jalan, entah apa yang dipikirkannya.
Sesampai di rumah, Aisa mengantarkan sang mama ke kamarnya, mama terlihat syok ketika melihat Papa Baskoro terbaring lemah di tempat tidur.
"Papa...." lirih Mama Risa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments