Pagi itu, cuaca sangat cerah, Franky bangun dengan perasaan tak menentu.
Tiba-tiba perutnya terasa lapar.
Dia berjalan ke warung bu monika, di jalan dia berpapasan dengan Leon.
"Lho, Fran, mau kemana kamu?" tanya Leon.
"Mau makan, lapar Le, kamu sendiri dari mana?"
"Biasa hehe," Leon terkekeh.
"Hem, kamu itu beli persediaan perut setiap hari, di borong saja sekalian sama penjualnya Le," ledek Franky.
"Dih nggak maulah Fran, penjualnya laki-laki kok," kata Leon dengan wajah serius.
Franky terkekeh.
"Ya sudah, aku ke warung dulu."
"Oke Fran."
Franky kembali berjalan, sampai di warung, dia memesan nasi kemudian melahapnya.
Tiba-tiba seseorang menepuk bahunya.
Franky menoleh.
"Eh, kamu Ben."
Bento berdiri di belakang Franky.
"Lapar ya Fran?" seloroh Bento.
"Hehe, iya nih Ben, kamu sudah makan belum?" ujar Franky.
Belum sempat Bento menjawab, bu Monika sudah mendahului.
"Dia itu, nggak perlu di suruh kalau makan Mas, baru matang sebagian saja sudah di habiskan."
"Ah Ibu ini apaan sih," kata Bento sambil menggembungkan kedua pipinya.
Franky tertawa kecil, kemudian melanjutkan makannya.
Selesai makan Franky membayar makanannya, setelah itu dia berniat pulang.
"Fran, kamu suka main bola basket nggak?" tanya Bento.
"Suka Ben," jawab Franky.
"Kalau begitu, ayo kita main bola di lapangan sana, deket kok, mumpung masih pagi, hitung-hitung olah raga," ajak Bento.
"Boleh juga tuh Ben, ayo deh."
Franky dan Bento berpamitan kepada bu Monika, lalu mereka berdua berjalan menuju lapangan bola, tak jauh dari warung tersebut.
Sementara itu, di rumah kontrakan Leon sedang memainkan ponselnya.
"Franky makan di mana sih, kok lama sekali," gumamnya.
Leon pun mengambil gawainya kemudian menelpon Franky.
Panggilan tersambung...
"Halo Fran, kamu di mana? katanya makan, kok lama?" tanya Leon.
"Aku sekarang ada di lapangan bola, ini sama Bento," sahut Franky, dari seberang sana.
"Wah.. asik tuh, tunggu ya aku mau ikutan main juga."
Panggilan pun berakhir...
Leon berganti pakaian, dia memakai kaos oblong dan celana boxer pendek, kemudia menyusul Franky dan Bento ke lapangan.
"Woy! aku ikut!" seru Leon ketika tiba di lapangan.
"Ayo Le, kita tanding bertiga haha," Bento terbahak.
Mereka bertiga asik main bola di lapangan itu, tanpa menghiraukan waktu yang terus berputar.
Tanpa mereka sadari, hari sudah menjelang petang.
"Hah? Sudah jam setengah enam Frank, rupanya kita bermain bola cukup lama," kata Bento sambil berjongkok.
"Iya juga ya, terlalu asik bermain bola, kita sampai nggak merasa lapar haha," Leon terbahak.
Tiba-tiba, pandangan Franky mengarah ke sosok anak perempuan yang berdiri di sudut lapangan.
"Eh Le, siapa anak itu? Sedang apa juga dia di sana sendirian?" bisik Franky.
Leon menoleh ke arah yang di maksud, namun seketika dia merasa bingung, karena Leon tak menemukan siapapun di tempat itu.
"Mana, Fran? Nggak ada siapa-siapa selain kita," kata Leon.
"Kalian ini sedang membicarakan apa sih?" Bento menimpali.
"Itu Ben, Franky bilang, dia melihat anak kecil di pojok lapangan sana," tunjuk Leon.
Bento mencari apa yang di maksud oleh Leon, namun dia tak menemukan sesuatu, seketika bulu kuduknya meremang.
"Mana? Nggak ada siapa-siapa tuh," kata Bento.
"Masa kalian nggak lihat juga sih, itu lho di pojok lapangan," Franky berusaha meyakinkan kedua temannya itu.
Bento dan Leon saling berpandangan, kemudian Leon mengangkat kedua bahunya.
"Kok aku jadi merinding ya," lirih Bento.
"Merinding kenapa? Memangnya ada hantu?" tanya Leon.
Ketika Bento hendak menjawab pertanyaan Leon, tiba-tiba angin bertiup sangat kencang.
"Kita pulang saja yuk, lagi pula hampir malam ini," ajak Bento.
"Iya Ben, ayo Fran," ajak Leon.
"Aku nanti saja Le, kalian duluan saja, aku masih penasaran dengan anak itu," kata Franky.
"Ya sudah, kamu jangan pulang larut malam ya Fran, aku takut kamu nanti jadi halu lagi," cibir Leon.
"Dih, halu apaan? Sudah sana, kalian kalau mau pulang, silahkan."
Bento dan Leon pun meninggalkan Franky seorang diri di lapangan itu.
"Memang, Fran lihat apa sih, Le?" tanya Bento.
"Entahlah Ben, dia bilang lihat anak kecil di pojok lapangan," jawab Leon.
"Aneh sekali, padahal nggak ada siapa-siapa lagi kan, selain kita," Bento meyakinkan.
"Iya Ben, nggak tahu kenapa, dia jadi seperti itu, aku juga bingung," ujar Leon.
Mereka berdua berpisah di warung.
"Aku duluan ya Le, kamu hati-hati," kata Bento.
"Oke Ben, sampai ketemu lagi besok," kemudian Leon berlalu dari hadapan Bento.
Sementara itu, Franky berjalan ke arah sudut lapangan, di mana dia melihat anak kecil itu.
Setelah Franky mendekat, dia memang melihat anak itu, namun anak itu hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
"Adik ini siapa? Dan kenapa belum pulang? Ini sudah hampir malam, coba lihat itu, langit sudah gelap," kata Franky ramah.
Anak itu tetap diam tak bergeming sama sekali, membuat Franky menjadi bingung.
"Dik? Kenapa diam saja? Atau mau kakak antar pulang?" bujuk Franky.
"Pergilah, tinggalkan Pulau ini," bisik anak itu dengan posisi masih menundukkan kepalanya.
Franky terkejut mendengar bisikan anak itu.
"Memangnya kenapa? Kenapa aku harus pergi meninggalkan Pulau ini? Aku sudah nyaman tinggal di sini," jawab Franky, sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, memperhatikan pemandangan di sekelilingnya.
"Hey, kenapa nggak jaw..." belum selesai Franky berbicara, tiba-tiba anak itu sudah menghilang.
"Franky mengedarkan pandangannya ke sekeliling lapangan, tetapi dia tak menemukan anak itu.
"Ke mana anak itu? Cepat sekali menghilang, aku nggak lihat perginya," lirih Franky.
Setelah beberapa saat Franky mencari anak tersebut dan tak menemukannya, dia pun meninggalkan lapangan itu.
"Rinjani sedang apa ya? Sebaiknya aku ke Pantai saja, pulang nanti malam sekalian," batin Franky.
Setibanya di pantai, suasana malam itu sangat sepi, tak seperti biasanya, Franky pun duduk di bawah pohon kelapa.
Beberapa saat kemudian, muncullah sosok yang selama ini di rindukannya.
"Hey Rin," sapa Franky.
Rinjani menebarkan senyumnya, kemudian duduk di sebelah Franky.
"Sudah lamakah Anda berada di tempat ini?" tanya Rinjani.
"Enggak, aku baru saja sampai di sini," jawab Franky.
"Oh begitu," jawab Rinjani.
"Rin, kenapa kamu itu begitu misterius?" tanya Franky di sela-sela pembicaraannya.
"Misterius bagaimana maksud Anda?" Rinjani kembali bertanya.
"Ya, yang kamu nggak mau di antar pulang, terus orang-orang kampung ini juga melarangku masuk ke hutan itu, sebenarnya, ada apa dengan hutan itu?" selidik Franky.
Rinjani hanya tersenyum, dan senyumnya penuh makna.
"Fran, kalau saatnya tiba, nanti Anda pasti akan mengetahui semuanya," ujar Rinjani.
"Sepertinya kamu mencoba mengajakku bermain teka-teki, Rin," tukas Franky.
"Sudahlah Fran, Anda tak perlu membahas masalah yang tak penting, sudah cukup kita berteman saja," ucap Rinjani.
Franky menghembuskan nafas kasar, dia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Rinjani yang terasa aneh.
Franky ingin sekali menyelidiki tentang Rinjani, namun dia tak tahu, harus mulai dari mana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments