"Kamu pergi malam-malam, memangnya nggak ada yang mencarimu?" tanya Franky.
Rinjani tersenyum kecil.
"Saya sudah biasa keluar malam, lagi pula rumah saya dekat sini saja."
"Terus, anda sendiri dari mana dan sedang apa di tempat ini?" Rinjani balik bertanya.
"Oh ... aku berasal dari desa yang jauh, namaku Franky, aku ke tempat ini dengan tujuan mencari inspirasi untuk menghasilkan ide-ide cemerlang untuk sebuah novel yang sedang aku tulis, karena akhir-akhir ini bukuku buruk sekali dan selalu ditolak oleh beberapa bahkan hampir seluruh penerbit," papar Franky.
Rinjani terbelalak, dia tampak terkejut.
"Ja ... jadi, anda adalah novelis terkenal itu? Saya sungguh kagum dengan anda, saya tak menduga bisa bertemu anda," ujar Rinjani.
Franky tak kalah terkejutnya.
"Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Ya, karena saya selalu membaca setiap karya-karyamu, dan saya suka sekali," sahut Rinjani.
"Benarkah?" Franky terbelalak tak percaya.
Rinjani mengangguk sambil tersenyum manis membuat Franky terlena di buatnya.
"Terus, anda datang ke tempat ini bersama siapa? Apakah seorang diri saja?"
"Aku bersama sahabat lelaki, dia sedang mengobrol dengan temannya di tepi pantai."
"Maksud saya, apakah anda tak bersama keluarga, kekasih atau istri mungkin?"
Franky terdiam sejenak.
"Istriku sudah meninggal dalam keadaan mengandung lima bulan yang lalu."
"Maaf, Fran, saya tidak tahu," kata Rinjani.
"Nggak masalah kok, aku pun hanya menjawab pertanyaan kamu," jawab Franky dengan wajah sayu.
Beberapa saat kemudian....
"Saya harus pulang," pamit Rinjani.
"Biar saya antar," Franky menawarkan bantuan.
Rinjani menggelengkan kepala.
"Tak perlu, saya bisa sendiri."
"Tapi, apakah kamu nggak takut, sama hewan buas di dalam hutan itu?" heran Franky.
Rinjani tersenyum sekali lagi kemudian berjalan masuk ke dalam hutan dan menghilang seketika sedangkan Franky hanya diam terpaku dengan raut wajah penuh tanda tanya.
"Cepat sekali dia menghilang, sebenarnya siapa dia? Kenapa nggak mau aku antar pulang? Apakah di dalam hutan itu ada kehidupan? Dan apakah dia asli penduduk sini? Karena logat bicara dan bahasanya sangat asing." Berbagai macam pertanyaan muncul di dalam benak Franky.
Tanpa di sadari ada sosok yang memperhatikan Franky dari kejauhan, dia adalah Bento.
Sementara itu di tepi pantai, Leon mengkhawatirkan Franky.
"Kemana si Franky? Sudah jam segini belum kembali juga."
Tiba-tiba Bento berlari kecil ke arah Leon.
"Le, aku melihat Franky sedang bicara sama senyum-senyum sendiri di dekat hutan itu."
"Hah? Yang bener kamu Ben? Ayo kita hampiri dia."
Leon dan Bento menuju ke tempat yang dimaksud, dan di sana terlihat Franky sedang berdiri seorang diri.
Mereka berdua pun menghampirinya.
"Ya ampun, Fran, aku cari kamu ke mana-mana ternyata kamu ada di sini, sedang apa kamu? Sendirian lagi." tanya Leon.
Franky melebarkan senyumnya.
"Aku sudah berkenalan dengan Rinjani, perempuan Pulau ini, ayo kita pulang, yuhu!"
Karena terlalu gembira Franky tidak sadar dia menari-nari sambil tertawa-tawa sendiri.
Leon dan Bento saling berpandangan heran.
"Rinjani?" gumam Leon sambil menatap ke arah Bento.
Bento menaikkan bahu dan mengerutkan keningnya.
"Ayo Ben, kota pulang," ajak Leon.
"hey tunggu, Fran!" Leon mengejar Franky, sementara Bento berjalan ke arah rumahnya.
Tak lama, Franky dan Leon tiba di rumah kontrakannya.
Leon hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah temannya.
Franky bernyanyi dan bersiul dengan riang, kemudian masuk ke dalam kamarnya.
"Kenapa Franky mendadak jadi berubah ya? Apakah benar, dia bertemu dengan seorang perempuan? Tapi malam-malam begini, masih ada perempuan yang keluar? Ya syukurlah, kalau perempuan itu bisa membuat Franky ceria lagi," batin Leon mengelus dada.
Sementara di kamar Franky, dia sibuk dengan laptopnya, dia juga menuliskan inspirasi yang dia dapat hari ini dalam sebuah bab.
Seketika Franky kembali terbayang wajah Rinjani nan jelita itu.
****
Sedangkan Bento telah sampai di rumahnya.
"Kamu dari mana, Nak, jam segini baru pulang?" tanya bu Monika.
"Dari pantai, Bu, tadi aku berkenalan dengan dua anak pendatang, Leon sama Franky," jawab Bento.
"Oh ... jadi kamu sudah bertemu mereka? Mereka sepertinya anak yang baik, mereka juga suka makan di warung ini," jawab bu Monika.
"Eh ... Ibu kenal sama Rinjani nggak? Apakah dia penduduk Pulau ini juga? Karna nama itu sangat asing dan aku belum pernah mendengar sebelumnya, apalagi bertemu muka," ujar Bento.
Seketika kedua bola mata bu Monika membulat.
"Da ... dari mana kamu tahu nama Rinjani?"
"Tadi itu si Franky bilang, katanya dia bertemu dan berkenalan sama Rinjani," jawab Bento polos.
"Hah? Serius kamu Ben?" bu monika semakin terlihat cemas.
"Iya benar, Bu, memangnya ada apa? Kok Ibu sepertinya khawatir sekali, apa Ibu tahu tentang Rinjani?" tanya Bento sekali lagi.
Bu Monika terdiam sejenak, dia bingung harus mengatakan apa kepada anaknya itu.
"Lebih baik aku nggak kasih tahu si Bento, kalau Rinjani itu bukan manusia biasa, nanti dia ketakutan lagi, dan pikirannya nggak tenang," batin bu Monika.
"Bu? Kok malah melamun."
Bu Monika terkesiap.
"Eh ... ibu nggak tahu, Ben, ya sudah, inikan sudah malam, kamu tidur sana."
"Hem ... iya deh Bu."
Terlihat jelas gurat kekecewaan pada wajah Bento lantaran dia tak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya itu. Dia pun masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia menatap ke arah langit-langit kamar.
"Sebenarnya, siapa Rinjani itu? Sepertinya, ibu menyembunyikan sesuatu," batin Bento.
Namun dia tak mau ambil pusing, dia pun memejamkan matanya hingga terlelap dalam tidurnya.
Sementara bu Monika masuk ke dalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur, dia terlihat gelisah.
"Apakah Rinjani akan menjadikan salah satu dari kedua pendatang itu, sebagai tumbal untuknya? Aku nggak tega dengan kedua pendatang itu, tapi aku juga nggak bisa membantu mereka, duh ... semoga saja mereka dilindungi," batin bu Monika cemas.
Bu monika membalikan tubuhnya, dia tak dapat tidur, pikirannya tak menentu, setelah membolak-balikan tubuhnya, akhirnya dia tertidur juga.
Pagi itu matahari bersinar sangat cerah, Franky keluar kamar dan berlari-lari kecil di depan rumahnya.
"Hey, sudah bangun kamu, Fran?" suara Leon mengejutkan pria berdada bidang itu.
"Sudah dari tadi, Le, ini sedang olah raga sebentar," sahut Franky yang masih berlari-lari kecil.
"Oh iya, Fran, aku tadi baru sempat menata barang-barangku yang ada di koper, ternyata tante Nur memasukkan mie instan sama kopi banyak sekali, di dapur kan ada alat masak lengkap, nanti aku akan masak mie sama bikin buat kopi untuk sarapan kita," ujar Leon antusias.
"Benarkah Le?" tanya Franky.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Jhulie
makasih kak ❤️
2022-11-01
0
A̳̿y̳̿y̳̿a̳̿ C̳̿a̳̿h̳̿y̳̿a̳̿
hadir kak👍💙
2022-11-01
1