Pagi hari Franky bangun kemudian mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke Pulau Abadi.
Setelah mandi dan berpakaian, Franky mengemasi barang-barang yang akan di bawanya termasuk laptop untuk menulis.
Setelah semua siap Franky menghubungi Nurdiana supaya mengirim orang yang akan mengantarkannya ke Pulau Abadi.
Beberapa jam kemudian seseorang mengetuk pintu rumah Franky dan Franky pun membukakan pintu.
"Halo, Frank," sapa seorang lelaki yang yang tak asing bagi Franky. Ya ... dia adalah Leon keponakan Nurdiana yang akrab dengan Franky, usia mereka hanya selisih tiga tahun dan lebih tua Franky.
Kebetulan Leon sedang libur kuliah jadi dia bisa menemani Franky
"Rupanya kamu, Le," ujar Franky.
"Iya, Frank, aku yang akan menemani kamu selama di Pulau Abadi, aku akan mendukung kamu mencari inspirasi untuk novel kamu," jawab Leon antusias.
"Lho, katanya asisten dari pak Abdul Rozaq yang akan mengantarku," ujar Franky.
"Kebetulan asisten pak Abdul sedang pergi ke Luar Kota Frank, jadi dia nggak bisa," ujar Leon.
"Ya sudah, malah asik kita berduaan, hitung-hitung kita sambil liburan," kelakar Franky.
"Dih, masa sesama lelaki asik berduaan, bahaya lho Fran," kata Leon mengejek.
"Hahaha ... kamu itu pikirannya kotor, Le," Franky terbahak, sedangkan Leon hanya meringis merasa salah tingkah.
Franky segera memasukkan barang-barang yang akan di bawanya ke dalam mobil Leon, kemudian dia memasukan mobilnya sendiri ke garasi rumahnya.
Leon mengemudikan mobilnya, di sepanjang jalan mereka berdua mengobrol dan bersenda gurau dengan riangnya bak kakak beradik.
"Tempatnya jauh ya, le?" tanya Franky.
"Lumayanlah, Fran, makan waktu lima jam perjalanan, karna memang Pulau itu terletak paling terakhir di antara kepulauan lainnya," jawab Leon.
"Hah? Tapi kenapa harus Pulau Abadi?" heran Franky.
"Di pulau itu sangat damai Fran, tempatnya dekat dengan pesisir pantai, nah kita bisa main-main di pantainya kalau sedang jenuh, dan kamu juga pasti bisa menulis dengan tenang tanpa ada yang mengganggumu," kata Leon.
"Oh begitu, tapi apakah di sana ada kehidupan?" tanya Franky lagi.
"Jelas ada dong, di sana ada sebuah kampung lengkap dengan para penduduknya, kita bisa membeli apa yang kita butuhkan, warung ada, penjual makanan pun ada. Nah di seberang kampung itu terdapat sebuah hutan, tapi aku juga kurang tahu apa yang ada di dalam hutan itu, paling hanya pepohonan saja." Leon menjelaskan secara detail.
"Memangnya, kamu sudah pernah kesana, Le? Kok sepertinya kamu paham sekali keadaan di sana," ujar Franky.
"Dulu kan aku pernah mengantar temannya omku ke pulau itu, dia juga penulis novel sama seperti kamu, Fran," ungkap Leon.
"Apakah dia yang diceritakan pak Abdul kemarin ya?" gumam Franky dalam hati.
"Tapi ngomong-ngomong, dari mana kamu bisa tahu tempat itu, Le?" Franky merasa penasaran.
"Biasalah, namanya juga anak muda, jelajah kesana sini," kelakar Leon.
Franky pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Beberapa jam kemudian sampailah Franky dan Leon di sebuah tempat yang bernama Pulau Abadi, saat itu hari sudah siang.
Mereka masuk ke sebuah perkampungan dan memarkirkan mobilnya di suatu tempat.
"Permisi, Pak, apakah disini ada rumah kontrakan kecil-kecil?" tanya Leon kepada seorang Bapak yang kebetulan lewat di depan mereka membawa sebuah arit karena dia hendak pergi ke sawah.
"Apakah kalian akan mengontrak?" tanya bapak tersebut.
"Iya, Pak," jawab mereka bersamaan.
"Kebetulan sekali, rumah saya yang di bagian belakang sudah lama kosong, halamannya cukup luas bisa untuk parkir mobil juga, saya memang berniat akan mengontrakkannya, ya sudah, mari ikut saya, akan saya tunjukkan tempatnya, setelah itu silahkan jadi mengontrak atau tidak yang penting kalian sudah melihatnya," kata bapak tadi.
"Baik, Pak," jawab mereka berdua.
Franky dan Leon berjalan kaki mengikuti bapak tersebut.
Mereka sampai di sebuah rumah yang kecil namun bersih, mereka masuk ke dalam dan melihat-lihat sekelilingnya.
Franky berjalan ke belakang, dia melihat kalau tempat itu lengkap dengan kompor dan peralatan memasak, dan di pojokan dapur terdapat kamar mandi.
Ada dua buah kamar beserta kasur, sebuah meja kursi, dan lemari kecil juga, kemudian ruang tamu, rumah itu sungguh minimalis.
kemudian Franky dan Leon berkumpul di ruang depan.
"Bagaimana? Apa kalian suka dengan rumahnya? Oh iya, perkenalkan saya Yusuf, saya hanya tinggal berdua dengan anak saya karena istri saya sudah meninggal," kata pak Yusuf memperkenalkan diri.
"Saya Leon, dan ini teman saya Franky," Leon balas memperkenalkan diri.
"Kami tertarik dengan rumah kontrakan ini, rencananya kami akan tinggal beberapa bulan, dan teman saya ini seorang novelis yang kebetulan kehilangan inspirasi untuk menulis, jadi saya mengantar dia ke pulau ini dengan tujuan mencari inspirasi supaya bisa menulis dengan tenang dan jauh dari keramaian," kata Leon lagi.
"Oh begitu, baiklah kalau kalian mau menyewa rumah ini, silahkan ini kunci rumahnya, dan saya berpesan kepada kalian, jangan sekali-kali kalian memasuki kawasan hutan terlarang di seberang pantai sana," pesan pak Yusuf.
"Memangnya kenapa, Pak?" tanya Leon penasaran.
"Sudah, jangan banyak bertanya, tolong patuhi saja larangan yang saya berikan, jangan sampai melanggar kalau kalian masih sayang dengan nyawa kalian, saya permisi dulu mau ke sawah semoga kalian betah tinggal di sini," kata pak Yusuf kemudian mengambil aritnya dan pergi meninggalkan kedua pria tersebut.
"Memangnya ada apa dengan hutan itu, ya?" tanya Franky.
"Sudah, ikuti saja peraturan yang ada di sini, Fran, kalau kita ingin selamat, mungkin hutan itu memang hutan terlarang," tegas Leon.
"Hem ... ya, ya, ya," lirih Franky.
"Ya sudah, kamu tunggu di sini sebentar ya, aku akan memindah mobilku kemari," kata Leon.
Franky mengangguk dan Leon pun berjalan menuju di mana mobilnya di parkir tadi.
Setelah memindah ke halaman depan rumah kontrakan itu, Leon turun membawa barang bawaannya dan juga barang kepunyaan Franky.
"Ini Fran, koper dan laptop kamu, kamu bisa menatanya di kamarmu, aku juga akan menata barangku di kamar, setelah ini kita pergi makan," kata Leon.
Franky mengangguk kemudian masuk ke kamarnya dan menata barang-barangnya, dia memasukan pakaiannya di lemari yang sudah tersedia dan menaruh laptop dan handycam nya di atas meja kemudian Franky mengambil handycamnya dan membuka kembali video-video Soraya.
"Istriku sayang, semoga engkau tenang di alam sana, aku akan selalu mengingat dan mengirim doa untukmu, aku pergi ke Pulau ini bukan niatku untuk melupakanmu, aku hanya ingin meneruskan cita-citaku menjadi Novelis terkenal, karena kehidupan memang harus di teruskan," gumam Franky dalam hati.
"Iya sayangku."
Franky terkejut seketika mendengar sebuah bisikan lembut di telinganya.
"Soraya? Kaukah itu?" Franky menoleh ke kiri dan ke kanan, namun seketika suasana menjadi hening kembali.
"Ah ... mungkin perasaanku saja, Soraya sudah tenang di alamnya, jadi nggak mungkin dia mengikutiku."
Franky pun melanjutkan menata barang-barangnya.
Selesai menata barang-barangnya, Franky mengetuk pintu kamar Leon.
"Le ayo pergi makan, aku sudah lapar nih," kata Franky.
"Iya, Fran, sebentar aku ganti baju dulu," sahut Leon.
Tak lama kemudian Leon keluar.
"Kita cari makan di mana? tanya Franky.
"Tadi aku melihat rumah makan, di tempat kita bertemu dengan pak Yusuf," ujar Leon.
Akhirnya kedua insan itu berjalan menuju rumah makan tersebut.
Sesampainya, mereka masuk.
"Permisi, Bu, kami mau makan," kata Leon kepada ibu pemilik warung itu.
"Mari silahkan, Mas, kalian mau makan apa?" tanya ibu pemilik warung ramah.
"Saya nasi sama telur rendang saja, Bu," kata Leon.
Sementara Franky memesan nasi dengan lauk ayam goreng dan sambal.
Kedua insan itu pun menikmati makan siang yang tertunda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Tampan_Berani
Semoga Franky betah
2022-10-01
0
🐾🐾🎯Chandra Dewi♐🐾🐾
puasa² bayangin makan nasi, ayam plus sambel.. ya Allah.. caprutku langsung bergejolak..😅😅
2022-04-14
2
Yukity
Hadir Thor..
Salam dari Chef Cinta
2022-03-24
1