Pulau Abadi
Brakkk ....!
"Apa ini, Fran? Buku kamu sangat buruk sekali, alur ceritanya lemah, karakter tidak jelas, dan endingnya pun tidak meyakinkan, saya benar-benar tidak habis pikir, seorang Franky penulis terbaik dan sudah terkenal dengan ribuan karyanya, tiba-tiba turun popularitas, semua kantor pusat penerbit menolak karyamu, sebenarnya ... apa yang kamu pikirkan? Apa kamu masih belum ikhlas, dengan kepergian istri kamu?"
Di sebuah kantor penerbit novel, seorang wanita paruh baya bertubuh tidak terlalu tinggi, dia berusia sekitar empat puluh tahun dan bernama Nurdiana, tampak terlihat sangat kesal dan membanting beberapa lembar kertas berisi salinan naskah ke atas meja.
Pria bermata elang, bersurai kecoklatan dan berahang tegas itu terdiam sejenak, dia tampak tengah berfikir ....
"Maafkan saya, Nyonya, saya memang sedang banyak pikiran, jadi tidak begitu fokus dengan apa yang saya tulis, tolong kasih saya kesempatan sekali lagi, dan saya berjanji untuk menulis dengan lebih baik lagi," mohon Franky dengan wajah sayu.
"Fran, kita ini bukan hanya sekedar penulis dan penerbit, tapi sudah seperti keluarga sendiri, kalau ada masalah, berbagilah dengan saya, siapa tahu saya bisa memberi solusi yang terbaik," tutur Nurdiana.
Franky menggelengkan kepala, dan Nurdiana pun menghembuskan napas kasar.
"Ya sudah, Fran, pokoknya kamu harus membuat ulang novel ini, perbaiki letak kesalahannya, intinya novel ini harus jadi sempurna, kamu paham, kan?" tegas Nurdiana.
Franky mengangguk lemas.
"Sekarang, kita pergi makan dulu, saya akan menghubungi suami saya, kita makan bertiga sekaligus berbincang-bincang, supaya kamu tidak terlalu merasa stress."
Franky mengangguk, dan dengan langkah gontai dia mengikuti Nurdiana masuk ke dalam mobil. Nurdiana mengendarai mobilnya menuju sebuah warung makan. Sesampainya, mereka berdua turun dan masuk ke dalam untuk mencari tempat duduk. Tak lama, Abdul Rozak sang editor sekaligus suami dari Nurdiana datang menghampiri Franky dan Nurdiana.
"Halo, Fran, bagaimana kabar kamu?" tanya Abdul Rozak sambil mengulurkan tangannya mengajak Franky untuk bersalaman.
Pria berwajah tampan itu, hanya membalas jabatan tangan Abdul Rozak dengan senyum terpaksa.
Nurdiana merasa prihatin dengan Franky, dia menatap pria itu dengan tatapan iba. Akhirnya Nurdiana menceritakan masalah karya Franky yang dianggapnya buruk.
Setelah berpikir sebentar, Abdul Rozak pun mempunyai sebuah ide.
"Em, bagaimana kalau kamu pergi, ke Pulau Abadi? Nanti asisten saya akan mengantar dan menemani kamu selama di sana, tempat itu sangat tenang, jadi kamu bisa mencari inspirasi untuk cerita yang akan kamu buat, dan saya yakin, kamu pasti bisa membuat novel yang sempurna," papar Abdul Rozak.
"Pulau Abadi? Tempat apa itu? Seumur hidup, saya belum pernah mendengarnya sama sekali," ujar Franky heran.
"Iya, Fran, saya pun sama, belum pernah pergi ke tempat itu, jadi saya pun tidak tahu, seperti apa tempat itu, tapi teman saya pernah bercerita kepada saya, dia juga seorang penulis sama seperti kamu, dia pernah gagal menulis karena sebuah masalah juga, dan dia mendengar dari seseorang, kalau ada sebuah tempat bernama Pulau Abadi dan tempatnya sangat tenang. Awalnya temanku itupun hanya iseng-iseng pergi ke tempat itu, tapi sungguh tidak diduga, sepulang dari Pulau itu, dia membawa sebuah karya yang sangat luar biasa. Dia bilang, dia mendapat inspirasi untuk membuat novel di Pulau tersebut." Abdul Rozak bercerita dengan sangat antusias.
"Bagaimana, Fran? Apakah kamu tertarik, untuk pergi ke tempat itu? Siapa tahu, kamu mendapatkan banyak inspirasi untuk menulis," sambung Nurdiana penuh harap.
"Saya bersedia, Nyonya, tapi jangan mendadak, saya minta waktu untuk mempersiapkan semuanya."
"Tidak masalah, Fran, saya pun tidak menyuruh kamu, untuk terburu-buru," ujar Nurdiana.
Franky tampak berfikir sejenak ....
"Em, bagaimana kalau lusa?" ujar Franky.
"Tidak masalah, besok lusa, biar asisten saya menjemput langsung, ke rumah kamu." Abdul Rozak menimpali.
Tak lama, makanan yang dipesan sudah datang.
"Ayo, Ron, silahkan dimakan," kata Nurdiana.
"Iya, Nyonya," angguk Franky.
Selesai makan, Franky berpamitan untuk pulang.
"Terimakasih untuk makan siangnya, Nyonya, Tuan, saya permisi."
"Oke, Fran, lusa jangan lupa," sahut Nurdiana tersenyum lega.
Franky mengangguk, dan berlalu dari hadapan pasangan suami istri itu.
"Kasihan dia, jiwanya sangat terguncang sejak kematian istrinya," gumam Nurdiana.
"Saya pun ikut merasakan, bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat kita sayang, tapi yang namanya takdir, kita mana sanggup melawan?" sambung Abdul Rozak.
***Rumah Franky
Di dalam kamar, Franky masih terbayang akan tragedi yang menimpanya.
Kemudian Franky mengambil sebuah handycam yang ada di laci di dalam lemari pakaiannya. Franky membuka galeri kemudian memutar video-video kenangannya bersama sang istri tercinta.
Terdapat video pernikahannya bersama dengan istrinya, ada juga video istrinya nan jelita, bertubuh padat, sedang berakting dan berjoget.
Kemudian, Franky memandangi foto-foto berpigura yang tergantung di sepanjang dinding kamarnya.
Feanky terlihat sangat sedih dan terpukul meratapi kepergian istrinya, setiap hari dia menjalani hidup yang hampa seorang diri.
****
Franky adalah anak sebatang kara, yang berasal dari sebuah Pondok. Kedua orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, dan saat itu usia Ronaldo menginjak lima tahun.
Kemudian para tetangga membawa Franky ke sebuah Pondok untuk dirawat di sana, karena orang tuanya pun sudah tidak mempunyai sanak saudara.
Framky bersekolah dan tumbuh menjadi pemuda tampan, dia mudah bergaul dengan siapa saja. Bahkan kalau dia mempunyai sesuatu yang lebih, dia akan membaginya dengan teman-temannya.
Selain tampan, Franky pun dikaruniai otak yang sangat cerdas. Dia bercita-cita ingin menjadi seorang author terkenal.
Setelah dewasa dan tamat sekolah, Franky mengontrak sebuah rumah kecil untuk ditinggali. Dia mulai mencoba menulis cerita sesuai dengan inspirasinya kemudian iseng-iseng mengirimkannya ke sebuah kantor penerbit. Franky sungguh tak menyangka bahwa karyanya akan diminati oleh banyak pembaca.
Akhirnya dia menjadi author ternama dengan penghasilan yang sangat lumayan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Dan Franky bisa membeli sebuah rumah yang cukup mewah dari hasil membuat novel.
Suatu hari, Franky bertemu dengan seorang wanita cantik bersurai indah bernama Soraya, di sebuah kantor penerbitnya.
Singkat cerita di antara mereka tumbuh benih-benih cinta, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.
Franky dan Soraya saling saling mencintai satu sama lain. Franky merasa sangat bahagia bisa hidup satu atap bersama Soraya yang sangat dicintai.
Hari demi hari berlalu, Franky dan Soraya menjalani kehidupan rumah tangganya dengan penuh kebahagiaan. Soaraya merawat dan melayani Franky sebagai suaminya dengan sepenuh hati.
Enam bulan pernikahan Franky dan Soraya akhirnya menghasilkan buah cinta. Soraya mengandung anak dari Franky.
Hal tersebut membuat Franky bertambah bahagia, dan lebih bersemangat lagi dalam menulis.
Franky melarang Soraya melakukan pekerjaan berat, dan setiap bulan Franky akan mengantar Soraya ke Rumah Sakit untuk memeriksakan kandungannya.
Usia kandungan Soraya saat itu berjalan tujuh bulan.
****
Dan seketika, lamunan Franky buyar ....
"Soraya ... aku rindu."
Bab.2 Sebuah Tragedi
Flashback***
Pagi itu, Soraya sedang berada di halaman depan rumahnya, dia nampak ceria hari itu, dia menyirami bunga-bunga yang ada di halaman itu sambil bernyanyi riang.
Tak lama, Franky keluar dari dalam rumahnya dan menghampiri Soraya.
"Sayang, hari ini kamu jadi akan membeli perlengkapan untuk calon bayi kita kan? Aku akan mengantarmu ke supermarket.
"Jadi dong Mas, lagian usia kandunganku sudah tujuh bulan, ngga lama lagi aku akan melahirkan, sebentar ya ini tinggal satu pot bunga lagi, aku siram dulu terus aku mandi dan siap-siap," jawab Soraya sambil tersenyum.
Selesai menyirami bunga, Soraya masuk ke dalam dan melaksanakan ritual mandinya.
Selesai mandi Soraya berpakaian dan bermake-up tipis-tipis.
Kemudian Soraya keluar menuju ke mobil yang sudah terparkir di depan halaman rumahnya, dan Franky sudah menunggu di dalamnya.
"Wah, kamu hari ini cantik sekali sayang," puji Franky, setelah Soraya masuk ke dalam mobil.
"Hanya hari ini saja Mas? Berarti dari kemarin nggak cantik dong?" tanya Soraya sambil menggembungkan kedua pipinya.
Franky terbahak.
"Hahaha, ya cantik lah sayang, hanya saja semenjak hamil kamu semakin bertambah cantik, kata orang tua jaman dahulu, kalau waktu hamil terlihat cantik, berarti anaknya perempuan," kelakar Franky.
Wajah Soraya memerah bak kepiting rebus.
"Benarkah? Ya semoga saja kalau memang anaknya perempuan, dia cantik seperti aku hehe," sahut Soraya sambil terkekeh.
Franky tersenyum, kemudian melajukan mobilnya menuju ke Supermarket terbesar yang ada di kota itu.
Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di sebuah Supermarket.
"Sayang, kamu turun sendiri nggak apa-apa kan? Aku tunggu di mobil ya, silahkan kamu memilih apa saja yang kamu butuhkan, dan bayarlah dengan ini," kata Franky, sambil mengeluarkan dompet dari saku celananya, dan mengeluarkan sebuah kartu kredit lalu menyerahkannya kepada Soraya.
"Baiklah Mas, kamu tunggu disini ya, awas jangan nakal lho," sahut Soraya sembari menerima kartu itu.
"Nakal sama siapa sih? tanya Franky merasa lucu.
"Ya genit-genit atau godain perempuan lain gitu," kelakar Soraya.
"Mana? Nggak ada perempuan pun disini, tuh yang ada ibu-ibu penjual gorengan, masa iya aku godain dia, ya cantikan kamu lah say," Franky menggombal.
Soraya terkekeh, kemudian turun dari mobil dan menuju ke dalam Mall.
Sampai di dalam, Soraya memilih barang-barang yang di butuhkannya, setelah di rasa cukup dia menuju ke kasir untuk membayarnya.
Tak lama Soraya keluar menuju mobil.
"Sudah dapat semua barangnya sayang?" tanya Franky
"Sudah Mas, ayo kita pulang, oh iya lewat jalan pintas saja, biar cepat sampai," kata Soraya.
Seketika Franky mempunyai firasat buruk, dan jantungnya berdetak menjadi tidak beraturan.
"Ada apa denganku?" batin Franky.
"Mas? Kok malah melamun?" tanya Soraya penasaran.
"Sayang, apakah nggak sebaiknya kita mengikuti jalur yang ada di jalan ini saja?" tanya Franky ragu.
"Ah.. jalannya macet Mas, tuh lihat di depan, antrian mobil berhenti banyak sekali, terus kita mau sampai rumah jam berapa, aku sudah nggak tahan ingin bersantai di rumah, lagian panas sekali cuacanya," Soraya bersikeras.
Akhirnya, dengan terpaksa Franky menuruti kemauan Soraya.
"Baiklah sayangku."
Lalu Franky melajukan mobilnya hendak pulang, dia memutar balik hendak melewati jalan pintas, karena jalan utama memang sedikit macet.
Kini mobil Franky telah berada di sebuah jalan kecil, suasana jalanan itu sangat sepi, hanya terlihat beberapa kendaraan yang lewat di jalan itu, dan beberapa orang yang sedang berjalan.
Ketika melewati sebuah tikungan dari arah yang berlawanan, sebuah truk bermuatan pasir melintas dengan kecepatan yang sangat tinggi, sepertinya truk tersebut sedang terburu-buru membawa muatan.
Bersamaan dengan itu, mobil yang di kendarai oleh Franky dan Soraya beradu dengan truk itu.
Terjadilah tabrakan antar kedua kendaraan itu, truk itu menabrak mobil Franky hingga terpental kepinggir jalan dan membentur sebuah pohon besar.
Sementara sopir truk tadi pun kehilangan keseimbangan dan akhirnya oleng dan guling ke dalam sawah di dekat pinggiran jalan itu.
Semua orang yang melihat kejadian tersebut berlarian menghampiri kedua kendaraan tersebut.
Sopir truk, Franky, dan Soraya tampak tak sadarkan diri, akhirnya mereka di bawa ke Rumah Sakit terdekat oleh orang-orang sekitar.
****
Di dalam ruangan di sebuah Rumah Sakit, Franky kini telah siuman, dia bangun dari tidurnya dan memperhatikan sekelilingnya, dia tampak keheranan.
"Di mana aku?" gumamnya lirih.
Tak lama seorang dokter laki-laki masuk.
"Bapak sudah sadar?" tanya dokter tersebut.
"Dokter, mengapa saya berada di tempat ini?" Franky balas bertanya.
"Maaf Pak, tadi ada beberapa warga membawa tiga orang korban tabrakan, Bapak dan istri Bapak, lalu seorang sopir truk.
"Terus, istri saya di mana Dokter?" tanya Franky yang terlihat semakin panik.
"Yang sabar ya Pak, istri Bapak meninggal di tempat kejadian beserta bayi yang di kandungnya, dia mengalami pendarahan hebat akibat sebuah benturan yang keras, dan mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menolong mereka, tapi sayangnya Tuhan berkehendak lain," jawab Dokter itu dengan wajah penuh penyesalan.
"A... ap... apaaa? Nggak Dok, Dokter pasti hanya bercanda saja kan?" tukas Franky.
Akhirnya dokter itu mengajak Franky menuju ke kamar mayat, sekujur tubuh Franky lemas seketika melihat jenazah Soraya, istri tercintanya itu terbaring kaku di tempat tidur, wajahnya sudah pucat dan suhu tubuhnya sangat dingin.
"Sopir yang mengendarai truk juga meninggal, jadi hanya Bapak saja yang selamat, saya tinggal dulu ya," kata dokter itu.
Tangis Franky pecah seketika, dia meratapi nasibnya di tinggal istri tercintanya.
Setelah jenazah istrinya di bawa pulang dan di sucikan, Franky menguburkannya di makam dekat rumahnya atas ijin keluarga dari Soraya.
Semenjak kepergian Soraya, Franky jadi sering murung, mentalnya down dan dia pun kehilangan konsentrasinya untuk menulis sebuah novel.
Flashback off...
****
Franky terisak di dalam kamar itu, sambil memandangi foto-foto Soraya yang tergantung di dinding kamarnya.
Dia masih belum percaya kalau Soraya akan pergi secepat itu.
Terbesitlah sebuah penyesalan dalam dirinya.
"Kalau saja aku nggak mengikuti kemauan Soraya untuk lewat jalan pintas, pasti ini semua nggak akan terjadi dan Soraya masih hidup, ah sudahlah, ini adalah takdir, aku nggak bisa melawannya, lagi pula kalau aku bersedih terus Soraya pun nggak mungkin hidup lagi," gumam Franky dalam hati.
Bulir-bulir bening kembali menetes di kedua pipinya, dia merasakan kehilangan yang amat sangat, karena dia begitu mencintai Soraya.
"Aku nggak mau berlarut-larut dalam kesedihan, karena bagaimana pun, hidup harus di teruskan.
Dan besok aku akan pergi ke Pulau Abadi seperti yang di katakan oleh nyonya Nurdiana, mungkin di sana aku bisa melupakan semua yang telah terjadi, dan aku bisa berkonsentrasi untuk menulis lagi," pikir Franky.
Akhirnya Franky mempersiapkan segala sesuatunya, dia mengemasi pakaiannya ke dalam koper, dia berencana akan berada di Pulau itu untuk beberapa lama.
Tak lupa Franky membawa handycam berisi video-video Soraya, dan beberapa lembar foto Soraya tak lupa dia masukan ke dalam kopernya.
Setelah semua tertata rapi, Franky berjalan menuju kamar mandi hendak membasuh muka dan kakinya, kemudian dia berganti pakaian hingga akhirnya tertidur karena merasa lelah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
«╬♥ₛₙₒwy♥╬«
mampir kakak....
2024-08-07
1
Tampan_Berani
Rupanya, tragedi kecelakaan. Semua memang sudah takdir. Menyembuhkan trauma dan kesedihan, membutuhkan waktu yang sangat lama 🙃
2022-09-30
0
🐾🐾🎯Chandra Dewi♐🐾🐾
ternyata Soraya meninggal bersama anak yg di kandungnya karena kecelakaan ya.. pantas saja Franky begitu terpukul.. dalam waktu yg sama, hari yg sama dia harus kehilangan dua org yg dicintainya.. istri dan calon anak tercinta.. semoga kamu kuat dan tabah ya Franky..🥺🥺
2022-04-14
5