Saya pulang dulu, sudah larut malam, nanti ayah saya mencari saya," pamit Rinjani
"Aku antar kamu ya," kata Franky antusias.
Rinjani menunduk bingung.
"Tak perlu lah, saya berani sendiri," sahutnya.
"Tapi, apakah kamu nggak takut, di dalam hutan itu pasti banyak binatang buas," ujar Franky.
Rinjani tersenyum, "saya sudah terbiasa sendiri, anda tak perlu repot-repot mengantar saya."
"Saya ingin tahu, apa alasannya, setiap kali aku hendak mengantarmu, kamu selalu menolak?"
Lagi-lagi Rinjani hanya tersenyum, "ya sudah, saya pulang dulu."
"Hey tunggu!" seru Franky.
Rinjani menghentikan langkahnya, dia pun menoleh ke arah Franky.
"Ada apa lagi?"
"Besok siang kita jalan-jalan yuk, aku tunggu di tempat ini," ajak Franky.
"Maaf, saya tak bisa keluar pada siang hari, kalau mau besok malam saya akan menemui anda di sini," papar Rinjani.
"Tapi kenapa?" Franky mengerutkan keningnya.
"Saya bekerja," jawab Rinjani singkat.
"Kerja? Kerja apa kamu?" Franky setengah tak percaya.
"Saya membantu ayah saya."
"Rin, aku mohon, kita bertemu besok siang sebentar saja, kamu pasti terlihat lebih cantik di bawah pancaran sinar matahari," paksa Franky.
"Maaf, kalau mau besok malam saya temui anda di sini."
Rinjani pun pergi begitu saja, meninggalkan Franky yang diam terpaku di tempat.
"Aneh, kenapa sih dia nggak mau aku ajak bertemu siang-siang?" tanya Franky dalam hati.
Kemudian Franky berjalan pulang dengan langkah gontai.
Sementara di seberang pesisir pantai itu, seorang pria dewasa sedang mengayuh sepeda sambil menggerutu, dia baru saja menghadiri acara arisan keluarga di seberang pantai itu.
"Sial sekali aku malam ini, ban sepeda pakai bocor segala, mana jauh juga tukang tambal bannya, di tambah antri banyak, huft, sekalinya jadi sudah malam sekali, jalanan sudah sepi juga, nggak ada teman deh aku."
Ketika melewati pepohonan, pria itu berhenti mengayuh sepedanya, dari arah samping kiri posisinya saat ini, dia merasa seperti ada seseorang yang berjalan.
Kemudian pria itu menoleh ke arah orang itu, betapa terkejutnya karena yang dilihatnya adalah seorang wanita memakai baju kebaya dan kerudung berwarna serba putih sedang melayang menjauh membelakanginya.
Pria itu terkejut bukan kepalang, dan langsung mempercepat laju sepedanya.
****
Malam itu di rumah kontrakan, tepatnya di dalam sebuah kamar, Franky tak dapat memejamkan matanya, dia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan seperti sedang gelisah memikirkan sesuatu.
Sementara di kamar sebelah, terdengar jelas dengkuran Leon yang telah tertidur pulas.
"Huuu itu anak, selalu saja mendengkur," gumam Franky dalam hati.
"Kenapa ya, aku selalu memikirkan wanita Pulau itu? Ada perasaan aneh ketika aku berada di dekatnya, apakah aku... ah mana mungkin dia ada rasa denganku, dia sangat cantik, pasti mampu memilih lelaki yang lebih istimewa dariku," ungkapan isi hati Franky.
Franky pun beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil laptopnya, dia menuliskan apa yang baru saja terbesit di dalam benaknya.
Selesai menulis, akhirnya pria itu tertidur karena lelah.
Pagi hari, Franky mencium sesuatu, dia bangun dan berjalan keluar kamar, terlihat Leon sedang memasak mie instan di dapur.
Aroma sedap menusuk hidungnya sehingga membangkitkan rasa lapar.
"Kamu masak mie lagi Le?" tanya Franky yang sudah berada di samping Leon.
"Hehe, iya Fran, sayanglah kalau di biarin saja," jawab Leon.
"Lama-lama kriting nanti, kalau makan mie terus hahaha," Franky terbahak.
"Nggak apa-apa, yang penting perut kenyang hahaha," Leon ikut terbahak.
"Kamu mau nggak Fran?" tanya Leon.
"Nggak ah Le, aku nanti saja makan di tempat bu monika."
Leon pun melahap sendiri mie buatannya.
"Bagaimana hubungan kamu sama wanita Pulau itu Fran?" tanya Leon.
"Hubungan apa? Baru saja kenal berapa hari sudah tanya hubungan," Franky menggelengkan kepalanya.
"Aku pikir, kamu sudah jadian," ujar Leon.
"Entahlah Le, tapi perasanku aneh."
"Aneh bagaimana Fran?"
"Ya, aku itu selalu memikirkan dia," lirih Franky.
"Wah, wah, wah, sudah jelas kamu terkena penyakit tuh," seloroh Leon.
"Hah? Penyakit apaan Le?" Franky mengerutkan keningnya.
"Iya, kamu itu terkena penyakit malarindu hahaha!" Leon terbahak lagi.
"Uhuk... uhuk...!" Leon terbatuk.
"Rasakan Le, makan kok sambil tertawa hahaha," Franky ikut terbahak.
Akhirnya mereka berdua tertawa bersama, entah apa yang di tertawakannya.
*****
Siang hari Franky merasa lapar, dia pergi ke warung bu Monika setelah sebelumnya berpamitan kepada Leon.
"Permisi Bu, saya mau makan," kata Franky sesampainya di warung bu Monika.
"Oh, silahkan Mas, lho temannya nggak ikut?" tanya bu Monika.
"Dia sudah bikin mie instan Bu hehe," kekeh Erlangga.
"Oh begitu, ya sudah silahkan mau makan apa?" bu Monika mengambil piring dan sendok.
"Itu apa Bu?" Franky menunjuk sebuah makanan yang terbungkus dengan daun pisang.
"Oh itu.. itu pepes tahu Mas," jawab bu Monika.
"Baiklah Bu, saya mau nasi pakai lauk itu ya."
"Baiklah Mas."
Kemudian Franky menikmati nasi pepes tahu di dalam warung bu Monika.
"Bu, saya mau tanya sesuatu," ucap Franky.
"Tanya saja Mas, saya akan jawab kalau saya memang tahu jawabannya," sahut bu Monika santai.
"Ibu kenal nggak, sama Rinjani, yang tinggal di dalam hutan itu?"
Praaaang!
Pertanyaan Franky mengejutkan bu Monika yang sedang memegang sebuah gelas, hingga gelas itu tanpa sengaja terjatuh.
"Aduh maafkan saya Bu, kalau saya mengejutkan Ibu," Franky ikut panik.
"Eh, nggak apa-apa Mas, gelasnya memang sedikit licin," jawab bu Monika berbohong.
"Duh bagaimana ya, aku kasih tahu atau enggak tentang siapa Rinjani yang sebenarnya? Aku takut nanti pikirannya jadi kacau dan mengganggu liburannya, dia kan ke tempat ini ingin mencari inspirasi untuk novel yang di tulisnya, sebaiknya aku tidak ikut campur dengan urusan orang lain, nanti malah aku yang kena dampaknya," Ungkapan isi hati bu Monika.
"Memangnya, kamu bertemu dia di mana Mas?" tanya bu Monika.
"Sudah dua malam ini, saya bertemu dan mengobrol dengannya di pantai."
"Em, maaf Mas, saya kurang tahu," ucap bu Monika dengan nada berat.
"Oh, ya sudah kalau begitu Bu."
Bu Monika mengangguk pelan.
Selesai makan, Franky membayar lalu pulang.
"Maaf ya, bukannya aku nggak mau memberitahu yang sebenarnya, tapi rasanya ini bukan urusanku, biarlah semua berjalan sesuai alurnya," gumam bu Monika dalam hati sambil membereskan peralatan makan.
Franky terus berjalan, hingga sampai di tempat kontrakannya, kemudian dia mengambil laptopnya dan duduk di teras depan rumah, dia mulai menuliskan inspirasi yang di dapatnya.
"Leon ke mana ya? Kok sepi sekali rumah ini," batin Franky, yang tak melihat temannya itu.
"Hai Fran, sedang nulis ya, aku ganggu nggak?" kata sebuah suara.
"Siapa ya?" Franky menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments