Bento telah berdiri di teras.
"Eh kamu Ben, enggak kok aku santai, sini ngobrol-ngobrol."
"Leon mana Fran?"
"Nggak tahu tuh, mungkin sedang beli apa gitu."
"Eh Fran, aku mau tanya, apakah kamu pernah bertemu sama Rinjani?"
Franky terkesiap.
"Eh, iya Ben, apakah kamu juga kenal sama dia?"
"Nggak tahu Fran, makanya aku tanya sama kamu."
Tiba-tiba Leon datang, dan Bento pun mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pembicaraannya tentang Rinjani.
"Eh ada tamu tak di undang rupanya," kelakar Leon.
Franky dan Bento sudah paham, kalau temannya yang satu itu selalu berbicara lepas.
"Dari mana kamu Le," tanya Franky.
"Aku dari toko di seberang sana, biasalah membeli kebutuhan laki-laki," jawab Leon sambil tersenyum-senyum tak jelas.
Franky mengerutkan keningnya.
"Memangnya, apa Kebutuhan laki-laki itu Le, paling ya isi perut."
Leon hanya tertawa dan masuk ke dalam kamarnya untuk menaruh barang yang dia beli.
"Hey bento, apakah kamu suka kopi?" tanya Leon.
"Wah cocok sekali kita ngopi sambil ngobrol-ngobrol," ujar Bento.
Leon pun berjalan ke arah dapur, dia merebus air, setelah mendidih dia menuangkan air ke tiga gelas yang sudah berisi kopi racikan, lalu membawanya ke teras depan rumah.
"Ayo, silahkan kopinya di minum," kata Leon.
"Ya nantilah Le, masih panas, bisa-bisa lidah kita melepuh," sahut Franky sambil menggembungkan kedua pipinya.
"Hahaha, ya maksudku nantilah Fran," sahut Leon.
Franky dan Bento hanya tersenyum menggeleng melihat tingkah Leon.
"Eh, bagaimana perkembangan hubungan kamu sama Rinjani?" tanya Leon lagi.
"Entahlah, aku bingung, semakin sering bertemu, semakin ada rasa tersembunyi, tapi semakin aku mengejarnya, dia seolah menjauh, sungguh misterius wanita itu," tutur Franky.
"Nah, ini dia yang aku maksud penyakit demam malarindu," kata Leon spontan.
"Apaan sih kamu Le hem," Franky tersipu.
Sedangkan Bento hanya diam saja mendengarkan pembicaraan kedua temannya itu.
Saat mereka bertiga tengah asik mengobrol, lewatlah seorang perempuan bertubuh mungil, berkulit kuning dan berwajah oval.
"Ssstt, siapa itu?" bisik Leon.
"Namanya Aisyah," kata Bento.
"Oh, imut ya hehe," kekeh Leon.
"Kamu naksir Le?" tanya Bento penuh selidik.
"Ya wajar dong, kalau aku naksir, kan aku masih normal, kecuali kalau aku naksir sama kamu Ben, nah itu berarti aku sudah nggak normal hahaha," Leon terbahak.
"Kamu ini ada-ada saja Le, kalau kamu suka kejar sana," kata Bento.
"Memang rumahnya di mana Ben?" tanya Leon.
"Di belakang rumahku," ujar Bento.
"Wah, besok kalau aku makan di warung kamu, aku akan cari dia," kelakar Leon.
Franky dan Bento kembali tersenyum.
Tak terasa hari sudah sore.
"Ya sudah Fran, Le, aku pulang dulu, nanti ibuku mencari," kata Bento.
"Iya pulang sana, lagi pula kopinya juga sudah habis," kelakar Leon.
Bento meringis, dan dia pun berlalu meninggalkan mereka berdua.
Karena hari sudah hampir petang, Franky dan Leon masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.
Mereka berdua masuk ke kamar masing-masing.
Di dalam kamar, Franky seperti mendengar sebuah suara memanggilnya.
"Seperti ada yang memanggilku, tapi siapa? Ah mana mungkin, rumah ini kan sepi jarang ada orang main kesini, tapi.. kenapa tiba-tiba aku jadi kangen sama Rinjani ya, apakah ini sebuah perasaan? Apakah aku sudah jatuh cinta sama dia?" ungkap isi hati Franky.
"Sebaiknya, nanti malam aku menemuinya lagi, dia kan kemarin bilang akan menemuiku di pantai itu."
Sementara di warung bu Monika, Bento duduk bersama ibunya sambil menunggu warung.
"Kamu dari mana Nak?" tanya bu monika.
"Aku tadi main di rumah kontrakan Franky dan Leon Bu," jawab Bento.
"Oh, tapi kamu nggak bicara soal Rinjani kan?"
Deg...
"Eh, eng.. enggak kok Bu, kita hanya ngobrolin tentang novel yang sedang di buat sama si Franky," Bento berbohong.
"Permisi Bu, saya beli nasi sama lauknya di bungkus ya," sebuah suara menghentikan pembicaraan ibu dan anak itu, dan ternyata dia adalah Aisyah.
"Baik Nak Aisyah, sebentar ya, ibu bungkuskan dulu," kata bu Monika.
Aisyah tersenyum dalam anggukannya.
Setelah membungkus nasi yang di pesan oleh Aisyah, bu Monika memberikannya kepada Aisyah dan Aisyah pun membayarnya kemudian pamit pulang.
"Nggak main-main dulu nak Aisyah, ngobrol-ngobrol sama nak Bento," seloroh bu monika.
"Em, mungkin lain waktu Bu, permisi."
Wajah Aisyah merona, kemudian dia segera berlalu dari warung itu.
"Ibu ini apa-apaan sih, pakai bilang seperti itu, aku kan jadi malu," kata Bento sambil memonyongkan kedua bibirnya.
"Halah, ya ngga apa-apa Ben, eh Aisyah itu cantik soleha dan baik hati, kamu pantas sama dia," kata bu Monika.
"His, Ibu ini, sekarang bukan jaman Siti Nurbaya Bu, sudah jaman modern, bisa cari sendiri kok," ujar Bento langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari warung.
Bento memang tidak mempunyai perasaan apa pun terhadap Aisyah, bahkan dia terbilang pria yang dingin dengan wanita.
"Yeee, itu anak, kalau di kasih tahu malah membantah," batin bu Monika.
Malam hari tiba, Franky bersiap akan pergi ke Pantai.
"Aku tinggal ya Le."
"Pantai teruuusss, sampai pagiii, hahaha!" ledek Leon.
Franky tersenyum kemudian keluar dan menutup pintu rumah.
"Mau kemana Mas Franky?" tanya Pak yusuf ketika berpapasan di tengah jalan.
"Ini Pak, biasa.. mau mencari inspirasi di Pantai untuk menulis hehe."
"Sepertinya Mas Franky ini, suka sekali dengan Pantai ya?" tanya pak Yusuf.
Franky hanya tersenyum.
"Ya sudah, saya permisi pak."
"Hati-hati Mas, semoga sukses, dan ingat baik-baik, jangan memasuki kawasan hutan itu ya," pak Yusuf mengingatkan sekali lagi.
"Baik Pak."
"Kenapa ya, pak Yusuf selalu melarangku masuk ke hutan itu? tapi Rinjani juga tinggal di dalam hutan itu kan? Ada apa sebenarnya di dalam hutan itu?" Franky nampak bingung, dia terus berjalan ke arah pantai.
Sampai di pantai, Franky duduk di bawah pohon kelapa, sambil bernyanyi seperti biasa.
"Anda sudah datang?" suara Rinjani dari arah belakang mengejutkan sang novelis tersebut.
"Kamu selalu saja membuat aku terkejut, datang tiba-tiba, pulang pun nggak mau di antar hem," ujar Franky dengan nada datar.
Rinjani tersenyum, kemudian duduk di samping Franky.
Kamu dari mana Rin?" tanya Franky.
"Saya dari rumah, dan ingin menepati janji untuk menemui anda," jawab Rinjani.
"Em, gitu ya? Oh iya Rin, aku ingin berbicara sesuatu," kata Franky.
"Katakanlah," jawab Rinjani.
"Maukah kamu menjadi kekasih hatiku?" tanya Franky dengan malu-malu.
Kedua bola mata Rinjani membulat sempurna, mendengar ucapan Franky yang spontan itu.
Hening sesaat...
"Hey kenapa kamu diam saja?" gemas Franky.
"Maaf, bukannya saya menolak, tapi... bagaimana ya cara menjelaskannya?" ujar Rinjani.
"Kamu hanya bilang, mau menerimaku atau nggak? Oh iya aku belum bertanya, apakah kamu mempunyai perasaan yang sama denganku?"
"Fran, sebenarnya saya juga suka dengan anda, anda adalah pria yang baik, tapi kita tak bisa bersatu, kalau hanya berteman okelah, tapi untuk hidup bersatu itu mustahil," papar Rinjani.
"Tapi kenapa? Aku ingin tahu alasannya," Franky bersikeras.
"Terlalu mudah, untuk saya jatuh cinta kepada anda," tutur Rinjani.
"Jadi, kamu mau kan menerimaku?" tanya Franky antusias.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 186 Episodes
Comments
Jhulie
wkwkwk.. makasih kk dah mampir
2023-01-04
0
ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠Hana Nurul Azizah🍩ᴬ∙ᴴ࿐
Yaampun Becandanya bener Bener ya 🤭🤣🤣..Bisa aja kamu 🤭
2023-01-04
1
Jhulie
duh maaf kak typo, aku revisi 🙏 maklum pas nulis malem dah ngantuk hehe
2022-04-11
0