"Nggak!" Sangkal Fika, membuat Ema menaik turunkan alisnya dan tersenyum manis.
Please jangan tersenyum kayak gitu, adek nggak tahan bang. Batin Fika meronta.
"Kenapa? Hem?" Ema mengernyit heran saat melihat Fika menatapnya dengan malu-malu.
"Nggak apa-apa." Jawab Fika, lalu memalingkan wajahnya.
Duh, kamu ganteng banget tahu gak sih. Dan senyumanmu juga, ya ampun bikin aku diabetes. Batin Fika.
"Ih! Kok gitu sih." Ucap Ema, lalu menggigit gemas pundak Fika dan membuat gadisnya memekik sakit.
"Kamu suka gitu main gigit saja." Fika mencebikkan bibirnya kesal dan menatap sengit calon suaminya itu.
"He he he hee, gemes sama kamu." Ucap Ema terkekeh geli, lalu semakin mengeratkan pelukannya.
Sedangkan Fika juga melakukan hal yang sama, kedua tangannya melingkar ke badan tegap itu dan kepalanya ia sandarkan di dada bidang Ema, sesekali Fika mengusakkan wajahnya di dada bidang itu membuat Ema kegelian.
"Jangan memancingku, sayang." Ucap Ema, sembari mengusap pipi mulus Fika dengan lembut. Namun Fika tidak mendengarkan ucapan Ema, malah gadis sekarang mengendusi dada Ema.
"Kamu wangi banget." Ucap Fika, disela aktifitasnya.
"Masa? Aku nggak pakai parfum loh." Jawab Ema jujur, karena ia tidak begitu suka dengan yang namanya parfum.
"Tapi, ini wangi banget." Ucap Fika, mulai memejamkan matanya dengan posisi wajahnya menghadap ke dada bidang Ema.
Sungguh berada di dekapan sang kekasih membuat dirinya sangat nyaman dan aman, itu yang dirasakan Fika saat ini. Ema memberikan ketenangan yang luar biasa untuk jiwa dan raganya.
Ema tersenyum bahagia saat melihat sang kekasih hati ternyata sudah terlelap di dalam dekapannya, lalu Ema mengecup kening Fika dengan lembut dan penuh kasih sayang
Perlahan Ema mengangkat gadis itu menuju sebuah kamar yang ia yakini jika kamar itu adalah kamar Fika.
Ema menggelengkan kepalanya saat ia memasuki kamar tersebut, bagaimana tidak? Jika kamar Fika tidak seperti kamar gadis pada umumnya. Ema melihat ada samsak tinju yang menggantung di sudut kamar itu dan beberapa poster petinju dunia dan juga foto atlet karate menghiasi dinding bercat putih itu. Tatapan Ema beralih ketempat tidur yang tidak terlalu besar namun cukup untuk tidur dua orang. Ema ingin tertawa terbahak saat melihat motif sprei yang membungkus kasur tersebut. Ya, motif sprei tersebut adalah Motif Tayo berserta teman-temannya yaitu Rogi, Gani dan Lani.
"Kamu gemesin banget sih." Gumam Ema terkekeh geli, kemudian ia berjalan menuju tempat tidur Fika dan merebahkan gadisnya diatas sana dengan perlahan.
"I love you." Bisik Ema lalu mengecup kening dan bibir manis itu sekilas, kemudian Ema ikut berbaring diatas tempat tidur itu tepat di sebelah Fika.
Ema memandangi wajah damai kekasihnya yang terlelap itu, kemudian ia memeluk erat tubuh ramping itu dari samping. Fika yang merasakan kehangatan dari pelukan itu pun tanpa sadar langsung mencari kenyaman di dada bidang Ema dan membalas pelukan sang kekasih.
Ema tersenyum senang saat Fika semakin mengeratkan pelukannya dan tanpa terasa rasa kantuk itu mulai melanda dirinya dan akhirnya ia pun ikut terlelap disana, diatas tempat tidur yang sama dengan kekasihnya.
*
*
*
Fika menggeliat dalam tidurnya dan matanya masih terpejam, rasanya ia malas sekali bangun dari tidur nyamannya itu.
"Em, nyaman sekali sih. Mana harum lagi nih guling." Gumam Fika, semakin mengeratkan pelukannya.
Bondan yang melihat tingkah anak muda yang tidur berpelukan diatas tempat tidur itupun sampai mengelengkan kepalanya berulang kali dan berdecak kesal.
"Ehem.... Ehem... Ehem...." Bondan berdehem sangat keras agar pasangan yang ketahuan bobok bareng itu terbangun, namun bukannya bangun kedua pasangan itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Ya ampun!" Keluh Bondan, lalu keluar dari dalam kamar putrinya dan menuju dapur untuk mengambil panci setelah itu ia kembali lagi kedalam kamar putrinya dan membanting panci itu dengan sangat keras dan menghasilkan bunyi yang sangat keras juga.
KLONTANG
Ema dan Fika berjingkat kaget dan langsung mendudukan diri bersamaan saat mendengar suara yang memekakan telinga itu.
"Ayah...." Fika mengucek kedua matanya saat melihat bayangan Bondan ada di dekat tempat tidurnya dengan keadaan bertelanjang dada dan memperlihatkan badannya yang berotot dan dihiasi tato.
Sedangkan Ema meraup wajahnya dengan kedua tangannya dan ia belum menyadari keberadaan Bondan yang tengah menatapnya tajam.
"Enak ya bobo bareng!" Sindir Bondan terdengar ketus dan menatap putri dan calon menantunya itu dengan kesal di iringin senyuman sinis.
Ucapan Bondan membuat Fika dan Ema menatap Bondan bersamaan.
"Ayah? Om?" Ucap Fika dan Ema bersamaan. Fika langsung menoleh dan menatap Ema yang duduk di sebelahnya, seketika itu matanya membulat sempurna kemudian ia menyilangkan kedua tangannya di dada.
Ah, mati aku. Batin Ema.
"Sayang, kamu ngapain disini?!" Tanya Fika sedikit berteriak.
"Aku menemanimu tidur." Jawab Ema jujur.
"Keluar kalian berdua!!" Sentak Bondan, lalu melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan kesal dan juga marah.
Fika dan Ema beranjak dari tempat tidur dan mengikuti Bondan dari belakang menuju ruang keluarga.
"Memangnya tidak bisa ditahan ya sampai besok?" Tanya Bondan, saat pasangan yang baru tertangkap basah bobo bareng itu sudah duduk di berhadapan dengannya.
"Maaf Om, ini semua salahku dan aku juga—'
"Diam kamu!!!" Sentak Bondan, membuat Ema dan Fika terkejut.
"Ayah ini juga salahku." Ucap Fika, langsung mendapat pelototan tajam dari Ayahnya dan membuat Fika langsung menundukkan kepalanya.
"Kalian semua sama saja, untung saja kalian besok menikah, jika tidak maka kalian akan Ayah habisi." Ucap Bondan tegas dan menatap tajam kedua orang itu.
"Ya maaf Yah, Om." Ucap Fika dan Ema bersamaan.
"Ayah baru pulang kerja ya?" Fika mengalihkan pembicaraan.
"Ya, tapi saat memasuki rumah malah lihat kalian lagi kelonan." Sindir Bondan.
Sedangkan yang merasa tersindir pun menjadi salah tingkah.
"Pulang sana!" Usir Bondan kepada Ema.
"Om, sebenarnya kedatanganku kesini itu ada perlu sama Om mengenai hari pernikahan besok." Ucap Ema pelan.
"Katakan!"
Kemudian Ema mengatakan maksud dan tujuannya menunggu Bondan dirumahnya dengan jelas.
"Oh, seperti itu?" Ema mengangguk dan tersenyum.
"Oke, sudah sana pulang, karena besok kalian harus berangkat pagi-pagi sekali, bukan!" Ucap Bondan masih terdengar ketus.
"Iya Om, maaf sekali lagi dan aku pamit." Ucap Ema dan diangguki Bondan.
"Sayang aku pulang dulu ya." Ucap Ema kepada Fika.
"Iya." Jawab Fika pelan dan tersenyum tipis.
Kemudian Ema berjalan keluar rumah itu dan memasuki mobilnya lalu segera memacu kendaraanya.
"Kalian berdua tadi ngapain saja?" Tanya Bondan mulai mengitrograsi putrinya saat mobil Ema sudah terlihat menjauh dari rumahnya.
"Kami tidak melakukan apa-apa." Jawab Fika, mulai gugup.
"Benarkah? Lalu bibirmu itu kenapa bengkak?" Tanya Bondan penuh selidik.
"Ah, ini tadi di gigit semut." Jawab Fika, sembari menutupi bibirnya dengan telapak tangannya..
"Iya semutnya besar segede gajah ya!" Sindir Bondan membuat Fika bersemu merah.
"Dasar anak muda!" Gerutu Bondan, beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri.
Ketahuan kelonan nihh.....😆
Sabar bentar lagi udah sah kok,
Persiapkan gaun terbaik kalian ya, karena sebentar lagi ada pesta pernikahan Nue dan Fika....
Dukungannya jangan lupa ya seyeng....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
ini beda asuhan orsng tua ibu dan bapak
2024-10-24
0
bhunshin
njiiiiiirrrrr visual ayah Bondan maCho bgt maaaakkkkk
2024-06-04
0
Niko Valen
terlalu cantik untuk ukuran cowok bule
2024-01-03
2