"Kenapa tidak bilang sejak tadi? Ayo kita bicarakan tanggal pernikahannya sekarang." Ucap Rima bahagia, membuat semua orang disana tercengang termasuk Fika yang sudah merasa ingin pingsan ditempat.
"Tidak!!" Batin Fika, berteriak histeris.
"Bagaimana? Kalian setuju, kan?" Tanya Rima, kepada Fika dan Ema.
"Eike setuju Mam." Jawab Ema gemulai, sembari melirik Fika yang berdiri tak jauh dari Ayahnya.
"Tunggu! Bagaimana bisa kamu bisa berubah pikiran secepat ini?" Tanya Bondan, keheranan.
"Karena aku sudah menyukai putrimu saat aku pertama kali bertemu dengannya." Jelas Rima, membuat Bondan dan Fika mengernyit heran, sedangkan Ema sudah paham maksud perkataan Ibunya.
"Maksud kamu apa?" Tanya Bondan lagi dan juga mewakili pertanyaan Fika.
"Putrimu sudah pernah kerumah ku." Jelas Rima, Membuat Fika terkejut.
Berarti tadi siang itu, beliau melihatku di dalam mobil Miss Em. Batin Fika, sembari memejamkan matanya kesal.
"Oh, jadi hubungan kalian sudah sejauh itu ya. Fika, Ayah minta dengan sangat sama kamu untuk menerima pernikahan ini. Karena Ayah tidak ingin kalian terjerumus dalam dosa yang indah dan Ayah tidak ingin kalian Khilaf, jadi kalau kalian sudah menikah mau apa saja bebas dan mau kikuk-kikuk juga bisa." Jelas Bondan, diangguki oleh Rima. Sedangkan Fika hanya diam tertunduk sembari memikirkan perkataan Ayahnya.
"Ayah harap kamu mengerti." Lanjut Bondan.
"Tapi Yah, Fika 'kan masih sekolah?"
"Masalah itu gampang nanti itu biar jadi urusan Ayah." Jawab Bondan dan diangguki putrinya.
"Jadi kamu mau 'kan menikah dengan pria itu secepatnya?" Tanya Bondan, dan Fika hanya mengangguk pasrah.
Fika tidak menyangka hidupnya akan berakhir seperti ini. Karena terpergok sedang berciuman, ia harus dinikahkan dengan pria yang baru di kenalnya. Dan parahnya lagi pria itu gemulai dan ia tidak tahu lagi dengan kelanjutan hidupnya kedepannya nanti.
"Fika mau tapi ada syaratnya." Ucap Fika tersenyum sinis, tiba-tiba ide licik itu terlintas di kepalanya.
"Katakan saja syaratnya." Jawab Ema, ia sudah membaca gelagat aneh gadis itu.
"Setelah kita menikah, aku ingin tetap tinggal bersama Ayah dan kamu juga tinggal di rumahmu sendiri dan aku juga ingin pernikahan kita di rahasiakan." Pinta Fika dengan mantap, saat mengucapkan hal tersebut.
"Mana boleh seperti itu!" Protes Rima, saat mendengarkan permintaan calon menantunya.
"Apa alasanmu meminta permintaan aneh itu? Apa kamu tahu jika suami istri yang sudah menikah itu harus tinggal satu atap!" Ucap Bondan dengan tegas kepada putrinya.
"Fika tahu! Tapi, aku belum siap dengan keadaan ini, jadi beri aku waktu." Lirih Fika, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Ema mengehela nafasnya pelan, ia berfikir jika yang di ucapkan gadis itu ada benarnya juga, apalagi semua ini serba mendadak. Dia sendiri saja syok, akan tetapi ia akan menerima semua ini dan menjalaninya dengan ikhlas.
"Baiklah aku menerima persyaratanmu! Tapi biarkan aku tetap memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami! Aku tidak akan menuntut hak ku, aku hanya ingin memberimu nafkah secara lahir. Dan ijinkan aku untuk mengunjungimu setiap hari." Ucap Ema tegas dan dengan suara jantannya, membuat semua orang disana terkesiap lantaran mereka tidak percaya jika pria gemulai itu bisa tegas dan juga mengerikan.
Bondan menyunggingkan senyumannya, ternyata ia tidak salah memilih. Jika pria gemulai di hadapannya itu hanyalah sampul belaka.
Sedangkan Fika masih ternganga karena syok mendengar suara bariton Ema yang begitu menggetarkan jiwanya.
Lain halnya Rima yang sudah ingin meneteskan air matanya karena Putranya ternyata masih tulen.
"Bagaimana Fik?" Tanya Ema, masih dengan suara jantannya dan juga menatap tajam Fika.
"A aku iya aku setuju." Jawab Fika gugup, sembari menganggukan kepalanya pelan.
"Tapi Mami keberatan dengan keputusan kalian, bagaimana bisa sepasang suami istri tinggal di tempat yang terpisah!" Protes Rima lagi.
"Mami!" Ema memperingati Ibunya agar tidak ikut campur masalahnya, dan Rima langsung terdiam walau dalam hatinya kecewa.
"Beri aku waktu tiga bulan tante." Ucap Fika sendu, ia tidak tega saat melihat wajah calon mertuanya itu sedih.
"Baiklah." Jawab Rima mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
"Terimakasih Tante" Fika tersenyum lega.
Setelah kedua pihak setuju, mereka pun akhirnya mencari hari baik untuk melangsungkan pernikahan Fika dan Ema. Dan hari baik itu akan di lakukan dua hari lagi.
"Dua hari lagi, tidak perlu ada pesta atau lainnya hanya kita saja yang hadir!" Ucap Fika tegas.
"Baiklah." Ema menyetujuinya begitu pula yang lainnya.
Setelah urusan mereka selesai Ema dan ibunya pamit untuk pulang.
"Om tidak perlu memikirkan persiapan pernikahan kami, semua akan aku urus." Ucap Ema, sebelum berpamitan.
"Baiklah." Jawab Bondan, tersenyum tipis.
*
*
*
Ema mengendarai mobilnya dengan perasaan yang berkecamuk di dadanya, awal mula ia memang sudah tertarik dengan gadis kecil yang bernama Afika itu. Akan tetapi, Saat mendengar gadis kecil itu berkata ingin merahasikan pernikahannya, ia kecewa tapi ia juga tidak bisa menolak permintan gadis kecil itu.
Disisi lain Fika tengah teremenung di dalam kamarnya, berulang kali ia menghela nafasnya dengan kasar.
"Ayah melakukan ini demi kebaikanmu." Entah sejak kapan Bondan sudah berada di dekatnya
"Kebaikan apa yang Ayah maksud? Ayah, usiaku masih sangat muda dan aku masih ingin bersenang-senang dan juga ingin meraih mimpiku." Lirih Fika, terisak.
"Apa kamu tahu kehormatan seorang wanita itu adalah harga diri itu sendiri. Bibirmu itu termasuk harga dirimu juga! Jadi kamu pasti paham dengan maksud Ayah 'kan?"
DEG
Jantung Fika berdetak dengan cepat saat mendengar ucapan Ayahnya. Ini bukan masalah ciuman itu akan tetapi ini adalah masalah harga diri wanita.
"Sebagai orang tua, Ayah merasa gagal mendidikmu" Ucap Bondan lagi.
Fika menatap Ayahnya yang duduk di sampingnya, terlihat jelas sekali jika raut wajah itu menyiratkan kekecewaan yang mendalam terhadap dirinya.
"Yah, maafkan Fika karena tidak bisa menjaga diri Fika." Ia memeluk tangan kekar Ayahnya lalu menyandarkan kepalanya di bahu kokoh itu, air matanya mengalir begitu deras tanpa di minta.
"Maka dari itu menikahkanmu dengan pria yang telah menngambil ciuman pertamamu adalah hal tepat, karena dialah pria pertama yang berani menyentuhmu dan dia juga yang berhak atas dirimu dua hari yang akan datang nanti. Dia pria yang baik dan bertanggung jawab, walaupun sampulnya seperti itu" Jelas Bondan panjang lebar.
"Ayah harap setelah menikah nanti, kamu bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu. Terima dia apa adanya dengan segala kekurangannya, dan jalani dengan semua ini dengan ikhlas." Jelas Bondan lagi, membuat Fika semakin terisak dan mengeratkan pelukannya di lengan kekar itu.
"Beri aku waktu untuk menerima semua ini, Yah." Pinta Fika masih terisak.
Nyatanya kisah cinta Miss Em dan Fika tidak semulus kisah cinta Om Xander dan Mami Jeje.🤭
Banyak bebatuan terjal yang akan mereka lalui yang akan menguji kesabaran mereka berdua.
Penasarankan sama kelanjutannya???
Kasih dukungan semampu kalian ya dan jangan lupa kasih likenya, biar emak semakin semangat.
love kalian semua......😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Othor Bahenol 😍
ya dosa yang indah 😍💓
2024-09-13
0
Minyoong_lily 🦢⃝◯
Keren ayah👍 Ayah mah hebattt, anaknya cantikkk, body nya bagusss..
2024-08-29
1
Kurnaesih
jadi ini awal mula pernikahan Miss Ema sama fika...
nanti punya anak 2 yang cewe nikah Ama jaidan namanya Gwen...soalnya sy kblik Thor baca nya anak2nya dulu😁😁🙏💖💪💪💪💪
2023-11-24
2