Mobil yang dikendarai oleh Ema kini sudah sampai di halaman rumah Fika, dan terlihat jelas jika Bondan sudah berkacak pinggang menyambut kedatangan pasangan itu.
"Ayah." Sapa Fika, saat sudah turun dari mobil dan di ikuti oleh Ema.
"Hem." Bondan hanya berdehem dan menatap tajam pria yang berjalan di belakang Fika, dan pria itulah yang sebentar lagi akan menjadi menantunya. Setelah berada di hadapan Bondan, keduanya itu mencium punggung tangan Bondan bergantian.
Bondan menarik Fika dan memutar tubuh putrinya itu beberapa kali hingga membuat Fika pusing kepala.
"Ayah ada apa sih?" Tanya Fika heran, sembari memegangi kepalanya.
"Masih utuh." Ucap Bondan, tanpa memperdulikan pertanyaan putrinya.
"Maksud Ayah apa?" Tanya Fika sekali lagi.
"Kamu masih utuh." Jawab Bondan, membuat Fika mengernyit heran.
"Ya utuhlah memangnya aku ini di makan kucing apa?" Jawab Fika sedikit kesal dengan Ayahnya.
"Ya, dimakan kucing garong!" Bondan berkata sembari menatap tajam Ema, membuat Fika terkejut dan langsung melipat kedua bibirnya.
Sedangkan Ema yang sudah tahu maksud dari perkataan calon mertuanya itu hanya berdehem pelan sembari mengendarkan pandangannya di sekitar teras rumah itu.
"Sepertinya mau hujan ya, Om. Aku pamit dulu."
"Hujan?" Beo Bondan, sembari mendongak dan menatap langit yang cerah di sore hari itu.
"He he he he." Ema tersenyum manis bahkan sangat manis sekali memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih.
"Huh! Sini kamu!" Bondan meminta Ema mendekat kepadanya.
"Awwww." Pekik Ema, saat ia sudah mendekati Bondan ternyata telinganya ditarik keras oleh Calon mertuanya itu.
"Ayah, lepas!" Fika panik lalu melepaskan tangan Ayahnya yang masih melekat di telinga Ema.
"Lain kali kalau mau bawa anak gadis orang itu ijin dulu sama orang tuanya!!" Kesal Bondan.
"Iya maaf, lain kali tidak lagi karena lusa Fika sudah menjadi milikku." Jawab Ema terkekeh, sembari mengusap salah satu telinganya yang terasa panas.
"Huh!" Bondan mendengus kesal lalu pergi begitu saja dan masuk kedalam rumah, meninggalkan Fika dan Ema yang masih di teras rumah.
"Sakit ya?" Tanya Fika, saat Ayahnya sudah tak terlihat.
"Sakit banget." Jawab Ema, menyatukan kedua alisnya dan memperlihatkan tampang melasnya.
"Sini menunduk." FIka menarik tangan Ema agar pria itu menundukan badannya, dan Ema hanya menurut saja.
CUP
Oh! tidak disangka ternyata Fika mengecup bibir Ema sekilas, membuat Ema sangat terkejut.
Kenapa aku malah mencium bibirnya? Kan niatku tadi mau cium telinganya. Ya ampun. Fika merutuki dirinya sendiri.
Bibirnya Ema terlalu menggoda sih, jadi Fika nggak tahan untuk 😚.
Bondan yang mengintip dari balik celah horden rumahnya pun sampai syok dibuatnya.
"Tidak salah jika aku segera menikahkan mereka. Ya ampun Fika, kamu kok agresif sekali." Gumam Bondan, sembari menutup mulutnya karena ia masih syok dengan tingkah putrinya yang agresif.
Ema tersenyum senang lalu ia menarik tengkuk Fika dan menyesap bibir manis itu sesaat.
"Wah tidak bisa di biarkan ini." Gumam Bondan lagi, saat ia melihat siaran langsung burung elang mematuk burung merpati.
"AFIKA!!!!" Teriak Bondan dari dalam rumah.
Fika dan Ema yang tengah saling memandang dengan tatapan malu-malu pun sampai terkejut dibuatnya.
"Iya apa?" Sahut Fika.
"Masuk!" Sahut Bondan lagi dari dalam rumah.
"Iya!" Jawab Fika. "Aku masuk dulu ya, kamu pulangnya hati-hati." Ucap Fika kepada Ema.
"Iya, kamu juga cepat mandi dan istirahat" Ucap Ema dan diangguki Fika.
"Nomer ponselmu." Ema menyerahkan ponselnya kepada Fika. Kemudian Fika mengetik nomer penselnya dan menyerahkan kembali ponsel itu kepada Ema.
"AFIKA!!!" Teriak Bondan lagi.
"Iya!! Yah." Jawab Fika.
"Sudah ya, bye." Fika segera berlari masuk kedalam rumah.
"Bye." Ema melambaikan tanganya lalu ia menyimpan nomer ponsel Fika di kontaknya dengan nama 'Manis ku'.
Owhhh, manis banget sih Miss Em. Pengen jadi Fika nihh. 😁
Setelah itu Ema memasuki mobilnya dan segera memacu kendaraannya menuju Salonnya.
"Ayah kenapa sih teriak-teriak? Malu tahu di dengar tetangga." Ucap Fika saat sudah di dalam rumah.
"Ck, dari pada sosor-sosoran di teras rumah mending teriak-teriak!" Sindir Bondan kepada putrinya.
"Bilangnya kemarin nggak mau sampai nangis-nagis tidak jelas, eh sekarang sudah kayak soang!" Sindir Bondan lagi, membuat Fika tersenyum malu.
"Sana buruan mandi dan masak buat makan malam!" Titah Bondan kepada putrinya.
"Iya." Jawab Fika lalu menuju kamarnya.
*
*
*
Malam hari telah tiba, dirumah minimalis bercat putih itu dua penghuni rumah tersebut tengah menonton acara Televisi di ruang keluarga.
"Yah, persiapan pernikahan Fika sudah sampai mana?" Tanya Fika kepada Bondan.
"Nggak tahu." Jawab Bondan, sembari mengangkat kedua bahunya.
"Loh kok?"
"Tanya saja sama Nue! Karena dia yang mengurusi semuanya." Jawab Bondan apa adanya.
"Kenapa memang? Sudah nggak tahan pengen di sosori?" Sindir Bondan.
"Ih, nggak. Aku cuma tanya doang, Yah." Kesal Fika, lalu beranjak duduknya dan berjalan menuju kamarnya.
"Ha ha ha, ngambek nih ye." Ledek Bondan sedikit berteriak.
"Tau ah! Ayah nyebelin." Balas Fika sedikit berteriak, karena saat ini dirinya sudah berada di dalam kamar sembari merebahkan tubuhnya disana.
Terdengar suara gelak tawa dari ruang keluarga dan Fika yakin jika Ayahnya itu tengah menertawakan dirinya.
Fika menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih, sembari membayangkan kejadian di Restoran tadi siang saat Ema menciumnya dengan panas.
Ya ampun! Bibirnya lembut banget sih. Ternyata begini rasanya berciuman itu. Bikin nagih. Batin Fika, lalu menutup wajahnya dengan bantal dan menggerakan kedua kakinya asal. Hatinya kini tengah diliputi rasa bahagia dan juga malu.
Kok dia jadi manly banget sih? Bikin aku jadi gerah.
Dia juga jago berciuman, apa jangan-jangan dia sudah terbiasa ya?
Ting
Ting
Bunyi pesan notifikasi dari ponsel Fika, membuat Fika langsung beranjak dari tempat tidur dan mengambil ponselnya itu.
Fika mengernyit heran saat melihat nomer tidak dikenal mengirimkan pesan singkat.
Malam
Lagi apa?
"Sok akrab banget sih!" Ucap Fika, lalu meletakkan ponselnya kembali tanpa membalas pesan tersebut.
Drrttt Drrtttt
Posel Fika bergetar lagi namun kali ini bukan pesan singkat melainkan panggilan masuk dari nomer yang sama.
"Siapa sih?" Kesal Fika, dan dengan terpaksa ia mengangkat panggilan tersebut.
"Ya halo?" Jawab Fika, malas.
"Kok cuma di read doang?" Tanya Seseorang di seberang sana.
"Siapa sih?!" Kesal Fika lagi.
"Masa depan kamu lah, masa sudah lupa sih baru saja tadi sore berpisah, jahara deh."
"Oh my God!" Pekik Fika tertahan, saat tahu siapa yang menghubunginya.
"Nue?"
"Ya, sayang."
Blussh
Wajah Fika langsung bersemu merah saat ia Ema memanggilnya dengan sebutan 'Sayang'.
"Nggak apa-apa cuma memastikan kalau itu kamu." Jawab Fika, sembari mengipasi wajahnya yang terasa panas dengan telapak tanganya.
"Oh, jadi banyak nih yang suka menghubungi kamu?!" Mode Cemburu.
"Nggak gitu, aku kira tadi orang iseng atau salah sambung." Suara Fika terdengar panik.
"Oh gitu, kamu lagi apa?"
"Lagi telponan sama kamu." Jawab Fika, dan di sambut kekehan di seberang sana.
"Sama dong kalau begitu."
"Kamu sudah makan?" Tanya Fika, sembari melirik jam dinding yang ada di kamarnya, dan waktu menunjukan sudah jam delapan malam.
"Belum, baru pulang kerja terus telpon kamu."
"Makan dulu dong, nanti sakit loh." Fika mengingatkan.
"Nggak selera, pengennya makan kamu boleh?" Ucap Ema di seberang sana, membuat Fika langsung menegang.
"Sudah dulu ya, aku ngantuk" Ucap Fika, langsung mematikan sambungan telponnya.
Sedangkan di seberang sana Ema tengah tertawa terbahak saat tahu reaksi Fika yang ketakutan.
Cieeee Ema udah nacalll beneran nihhh🤭
Kasih dukungannya semampu kalian, biar emak semangat..😘
Bonus Visual Fika, maaf ya Visual Fika, emak ganti biar lebih cetar membahenol.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Ernadina 86
ketagihan Ayah ih😂😂😂😂😂
2024-03-28
2
Liiee
gimana gak menggoda,, perawatan nya aja mehong cinn
2023-07-29
0
Amelya Shita07
ngakak trs ak baca nya ..
2023-07-10
0