"Jadi kalian harus secepatnya menikah." Ucap Bondan tegas.
"Hah?!" Seru Fika dan Ema bersamaan.
"Ayah!!!" Fika menghentakan kakinya dengan kesal.
"Sttt" Bondan menempelkan jari telunjuknya di depan bibir hitamnya. "Jangan protes! Kalian ini sudah melakukan dosa jadi kalian harus secepatnya menikah." Ucap Bondan tegas dan tidak ingin di bantah.
"Ya amidong, yang benar saja sih Om?!" Ema mengerucutkan bibirnya kesal.
"Tuh bibir bisa di kondisikan tidak! Seperti bekicot ingin beranak saja." Ucap Bondan kepada Ema.
Gubrak
Fika hampir terjungkal kebelakang saat mendengar perkataan Ayahnya.
Situasi lagi tegang masih sempat melawak. Batin Fika.
"Hihh, ini bibir perawatannya mehong tahu tidak, sekali perawatan itu 10 jetong yes." Ucap Ema gemulai dan semakin memonyongkan bibirnya.
"Hah sepuluh juta!!!" Pekik Fika dan Bondan bersamaan.
Pantas saja lembut banget bibirnya, perawatannya mehong. Batin Fika.
"Hu'um Om mau coba?" Ema memonyongkan bibirnya.
"Amit-amit gue punya mantu kayak lo." Bondan bergidik ngeri sembari mengusap-usap perutnya.
"Maksud eike, mau coba perawatannya." Ucap Ema lagi, dan mencebikkan bibirnya kesal.
"Ogah!" Jawab Bondan, menekan kata 'H'.
"Yeh, sebentar lagi eike 'kan jadi mantu Om jadi harus terbiasa Yes." Jawab Ema, terkekeh geli.
"Lagian bibir eike ini 'kan cuma buat anak Om, hi hi hii." Ucap Ema cekikikan, sedangkan Fika sudah sangat kesal bukan kepalang, apalagi Bondan ingin rasanya menjitak kepala pria gemulai yang ada di hadapannya itu biar waras kembali.
"Hih, tapi burung perkututmu itu masih berfungsikan?" Tanya Bondan sembari menatap bagian bawah Ema.
"Hei!!" Ema mengatupkan kedua kakinya. "Jangan nacall ya Om, hi hi hii." Ucap Ema sembari melambaikan tangan gemulainya.
"Hih, Fika!!!" Seru Bondan dan bergidik ngeri.
"Tuh 'kan, Ayah harus pikirkan niat Ayah itu." Masih berusaha membujuk Ayahnya.
"Tenang saja, burung eike tidak metong kok." Sela Ema.
"Benar?" Tanya Bondan, dan Ema mengangguk mantap.
"Ayah!!" Rengek Fika, agar Ayahnya mengurungakan niatnya.
"Normal dia, Fika. Jadi kalian harus secepatnya menikah!"
"Ayah!!! Tega banget sih sama Fika. Aku 'kan masih sekolah, Yah." Keluh Fika, terisak kecil.
"Lagian sudah tahu masih sekolah tapi main sosor-sosoran saja!" Sindiran keras dari Bondan untuk putrinya dan juga Ema.
"Miss Em, tolong kasih tahu Ayah dong kalau kamu menolak pernikahan ini." Mohon Fika kepada Ema.
"Maaf ya, sebagai lelaki sejati eike harus bertanggung jawab sama perbuatan eike." Jawaban Ema membuat Fika emosi.
"Ya tapikan gue nggak hamil dan kita ciuman doang dan sialnya itu ciuman pertama gue!" Kesal Fika.
"Oh jadi mau hamil dulu? Oke eike siap buat Yei hamil." Ema beranjak dari duduknya dan ingin menarik tangan Fika.
Maksa banget ya!😆
"Heisss!! Berani pegang tangan Fika, nihh bayarannya!" Bondan menunjukan kepalan tangannya di depan wajah Ema.
"He he he bercanda kok Om." Ema meringis takut lalu duduk kembali ke posisi semula.
"Sekarang panggil orang tua mu kesini untuk membicarakan pernikahan kalian." Ucap Bondan dengan tegas, Ema mengangguk lalu mengambil ponselnya dan menghubungi ibunya sedangkan Fika menundukan kepalanya, dirinya pasrah dengan keadaanya saat ini. Apa lagi ayahnya itu orang paling keras dan jika sudah memutuskan sesuatu akan sulit untuk mengubahnya.
Rima sedang menatap foto gadis manis yang ada di ponselnya itu dengan teliti.
"Cantik dan manis, Nue pinter banget cari pacarnya hi hi hi" Rima tertawa cekikikan, saat ia sedang mengamati foto tersebut tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan jika ada panggilan masuk.
...'Anak Mami'...
Nama yang tertera di layar ponsel Rima, tidak menunggu lama ia langsung mengangkat panggilan tersebut, karena jarang sekali putranya itu menghubunginya.
"Ya hallo, Nak?"
"..... ."
"Ada apa apa? Ya sudah mami kasana sekarang, sharelok saja."
Tut
Di seberang sana Ema langsung menutuskan sambungan telponnya lalu ia meminta Ayah Bondan untuk sharelok keberadaannya saat ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Rima sudah berada di lokasi yang ia tuju, yaitu rumah minimalis bercat putih.
"Benar nggak ya? Tapi sesuai dengan GPS nya, buat apa Nue memintaku untuk kesini? " Gumam Rima sembari keluar dari mobil mewahnya lalu berjalan menuju pintu rumah itu dan mengetuk pintu bercat putih tersebut.
Tok.. Tok...
Ceklek
"Loh Bondan!!!" Seru Rima terkejut, saat melihat siapa yang membukakan pintu.
"Rima?" Bondan tak kalah terkejut saat melihat wanita yang ada di depannya.
"Kalian kenal?" Sahut Ema, sembari berjalan menghampiri Ayah Bondan dan Maminya yang masih berdiri di ambang pintu.
"Kenal tapi enggak kenal banget sih." Jawab Rima dan Bondan bersamaan.
"Oh." Jawab Ema hanya membulatkan mulutnya.
"Silahkan masuk, Rim." Bondan mempersilahkan masuk.
"Jadi kamu ada masalah sama tukang pukul ini?" Tanya Rima, kepada putranya.
"Heh, enak saja tukang pukul!! Aku ini mantan atlet tinju, dasar norak!!" Sambar Bondan kesal.
"Terserah aku lah." Sahut Rima tak kesal.
"Kalian sebenarnya ada hubungan aposeh?" Tanya Ema dengan gemulai.
"Tidak ada!" Jawab Bondan dan Rima bersamaan lagi.
"Jadi kamu ada masalah sama dia?" Tanya Rima lagi kepada putranya.
"Sebenarnya begini, Mam eike—"
"Dia harus menikahi putriku dan harus bertanggung jawab!" Sela Bondan membuat Rima terkejut.
"Astaga! Nue, kamu hamilin anak tukang pukul ini?" Tanya Rima terkejut, sembari mengguncang pundak Ema.
"Nggak Mam, hanya saja eike—" Selanjutnya Ema menjelaskan kronologisnya dengan jelas.
"Kenapa tidak di hamili sekalian?" Tanya Rima dengan raut wajah yang kecewa.
Lah?
Bondan sangat terjekut saat mendengar penuturan Rima begitu pula dengan Ema.
"Anak sama emaknya sama saja tidak beres! Sama-sama kurang se ons." Gerutu Bondan masih didengar oleh Rima dan juga Ema.
"Aku masih dengar, Bon!" Sahut Rima kesal, sedangkan Bondan menaikan kedua bahunya cuek.
"Sekarang kita tentuin tanggal pernikahan anak-anak kita." Ucap Bondan.
"Kamu ini berlebihan, Bon! Mereka hanya berciuman saja jadi tidak perlulah pakai acara menikah segala" Tolak Rima dengan cepat.
"Berlebihan bagaimana? Anak kamu sudah nyosor anakku duluan. Anak aku itu gadis baik-baik dan punya harga diri, enak saja kamu bilang berlebihan. Anak kamu saja menerima kok!" Sahut Bondan emosi, membuat Rima terdiam dan menatap putranya.
"Benar kamu menerimanya? Bukan karena diancam sama tukang pukul ini 'kan?" Tanya Rima kepada Putranya.
"Yes, eike menerimanya." Jawab Ema sedikit kesal juga dengan ucapan ibunya.
Sedangkan Fika yang baru saja mengganti seragam sekolah dengan pakaian santainya kini sedang berjingkrang-jingkrak di dalam kamarnya karena ia mendengar jika Ibunya Ema menolak pernikahan itu.
"Syukurlah jika ibunya Miss Em menolaknya." Fika mengucapkan syukur.
Tak berselang lama Bondan memanggilnya dengan keras.
"Fik!!! Buatkan air minum buat tamu kita!" Seru Bondan dari ruang keluarga.
"Iya Yah!" Jawab Fika, lalu Ia segera keluar dari kamar dan menuju dapur untuk membuatkan es teh manis dan beberapa cemilan untuk Ema dan juga Ibunya.
"Misi tante silahkan di minum es teh manisnya." Ucap Fika sopan, saat menyajikan segelas es teh manis di depan wanita cantik yang duduk bersebelahan dengan Ema.
Rima memperhatikan wajah gadis itu dengan intens, dan ia baru teringat jika gadis inilah yang bersama Ema beberapa jam yang lalu.
"Terimakasih." Jawab Rima, lalu mengambil gelas tersebut lalu meneguk es teh manisnya.
"Jadi dia adalah putrimu?" Tanya Rima dengan perasaan yang sangat bahagia dan juga tidak percaya. Lalu Rima meletakkan gelas itu kembali diatas meja.
"Ya." Jawab Bondan singkat karena dirinya masih kesal dengan wanita yang duduk dihadapannya itu.
"Kenapa tidak bilang sejak tadi? Ayo kita bicarakan tanggal pernikahannya sekarang." Ucap Rima bahagia, membuat semua orang disana tercengang termasuk Fika yang sudah merasa ingin pingsan ditempat.
"Tidak!!!!!!"
Hayoloh Fika mau di nikahin sama Miss Em.... 😆😆😆
Jangan lupa dukung terus ya karya Emak, semampu kalian ya.. love kalian semua 😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
lily
jantung aman kan Fik?
2024-06-12
0
Ernadina 86
Miss Em😂😂😂😂😂😂
2024-03-27
2
Ernadina 86
astoge😂😂😂😂😂😂😂😂😂
2024-03-27
1