Di sebuah rumah mewah sedang terjadi kehebohan saat melihat undangan yang tengah di pegang oleh salah satu penghuninya.
"Coba cubit aku." Pintanya, saat melihat kartu undangan tersebut. "Aww, pelan-pelan kau terlalu keras mencubitnya." Keluhnya sembari mengusap tangannya berulang kali.
"He he hee, kau merasakan sakit bukan? Jadi semua ini nyata."
"Iya ini bukan mimpi, akhirnya dia kembali ke kodratnya, Oma harus siapkan uang 1 Miliyar untuk menyawer Ema." Ucap Raya, kepada Oma Airin yang masih tercengang.
"Tidak masalah, karena uang segitu hanya seperti remahan rengginang bagi Xander." Ucap Oma Airin, melirik putranya.
"Kenapa aku?" Xander menunjuk dirinya sendiri.
"Karena aku minta uangnya kepadamu, he he he." Oma Airin tertawa renyah sembari menatap wajah masam putranya.
"Kau 'kan kaya." Lanjut Oma Airin.
"Aku lagi yang kena." Keluh Xander, sembari meletakkan kepalanya di bahu Jeje dan kedua tangannya memeluk erat pinggang istrinya dari samping.
"Sabar ya, Dad." Ucap Jeje, sembari mengelus rahang tegas suaminya.
Sedangkan Devan dan Raya hanya terkekeh melihat penderitaan Xander.
*
*
*
Disisi lain, Ema menyatukan keningnya dengan Fika setelah ciuman panas itu telah selesai, keduanya menghirup udara sebanyak-banyaknya dengan keadaan mata yang terpejam.
Perlahan Ema dan Fika membuka matanya bersamaan, kemudian mereka saling melempar senyum lalu tergelak bersama.
"Aku mencintaimu." Ucap Ema, lalu menarik gadisnya kedalam pelukan hangatnya dan tak lupa ia menciumi kening Fika berulang kali.
Ema memejamkan matanya dan menggeram kesal saat merasakan sesuatu dibawah sana terasa sesak.
"Kamu kenapa?" Tanya Fika, saat merasakan tubuh Ema semakin menegang.
"Tidak, hanya saja aku ingin buang air kecil." Jawab Ema, lalu mengurai pelukkannya.
"Oh, disana kamar mandinya." Fika menunjuk pintu kamar mandi yang terletak di dekat dapur.
"Oke." Jawab Ema, lalu menurunkan Fika dari atas meja, barulah ia beranjak menuju kamar mandi.
"Sudah dingin lagi sayurnya." Gumam Fika, saat melihat sayur diatas meja makan. Dan ia pun memutuskan masak lagi untuk calon suaminya dan juga untuk dirinya.
Kemudian Fika mengambil beberapa bahan yang akan ia masak dari dalam kulkas berupa Ayam beserta bumbu dapur lainnya, ia akan memasak Ayam kecap.
Tangan Fika begitu terampil dalam meracik dan mengulek bumbu, walaupun dirinya tomboy dan sedikit urakan, tapi ia sangat pandai memasak.
"Lama banget di kamar mandinya." Gumam Fika, sembari mengulek bumbu di cobek dan matanya sesekali melirik pintu kamar mandi yang masih tertutup.
Setelah selesai membuat bumbu, Fika mulai membersihkan Ayam tersebut.
Saat ia sedang sibuk membersihkan Ayam, tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pinggangnya, membuat Fika tersentak kaget.
"Minggir dulu sana, aku nggak bebas bergerak nih." Keluh Fika.
"Tidak mau, aku maunya peluk kamu aja, baru di kamar mandi sebentar sudah kangen banget sama kamu." Ucap Ema, sembari mencium leher Fika dari belakang.
"Lebay deh, lagian kamu ngapain sih di kamar mandi lama banget?" Tanya Fika penuh keheranan, dengan tangan yang masih sibuk membersihkan Ayam.
"Lagi telpon Asisten aku tadi sebentar." Bohong Ema, padahal saat di kamar mandi ia sedang menjinakkan si elang yang sedang ngamuk.
"Asisten apa asisten?!' Ucap Fika, terdengar ketus.
"Asisten lah, sayang."Jawab Ema, meyakinkan.
"Awas kalau bohong, aku hajar kamu ya!" Ancam Fika tidak main-main. Bukannya takut Ema malah menggoda gadisnya.
"Uluh posesif banget sih." Goda Ema, semakin mengeratkan pelukkannya dan mencium pipi Fika dari samping.
"Iyalah 'kan kamu sudah jadi milik aku." Jawab Fika, sembari memperlihatkan jari manisnya yang tersemat cincin berlian.
"Belum sepenuhnya sayang, karena kita belum itu—" Ema tidak melanjutkan ucapannya namun ia menekan sesuatu dibawah sana tepat di bagian belakang Fika, membuat gadis itu menegang dan dengan reflek ia menepak tangan Ema dengan keras, membuat pria itu kesakitan.
Ema melepaskan pelukkannya dan mengibaskan salah satu tangannya yang terasa nyeri. "Sayang sakit!" Keluh Ema.
"Bodo amat! Lagian mesum!" Sungut Fika, tanpa memperdulikan keluhan calon suaminya.
"Huh, aku tidak bisa membayangkan jika malam pertama nanti. Apa dia akan menendangku atau mungkin dia akan membantingku." Gumam Ema, dan masih di dengar oleh Fika.
"Bicara lagi, aku sumpal mulutmu dengan ini!" Kesal Fika, sembari mengacungkan paha Ayam kepada Ema.
"Ah, memang aku bicara apa?" Sangkal Ema, lalu ia mendudukan diri di kursi meja makan.
"Awas kamu ya!" Gerutu Fika, dan melanjutkan aktifitasnya.
Untung Cinta. Batin Ema, sembari menatap punggung Fika yang sedang sibuk membersihkan Ayam.
Setelah hampir setengah jam berkutat di dapur, akhirnya masakan Fika sudah jadi dan ia segera menyajikan di hadapan Ema.
"Maaf, cuma masak ini semoga kamu suka." Ucap Fika, sembari mengambilkan nasi untuk Ema.
"Tidak apa-apa, apapun yang kamu masak pasti enak." Ucap Ema, sembari menatap Fika penuh dengan kekaguman.
"Nggak usah gombal, segini cukup tidak?" Fika memperlihatkan nasi dipiring yang ia pegang kepada Ema.
"Sudah cukup." Jawab Ema, tersenyum manis.
Duh, jadi nggak sabar buat ngehalalin. Batin Ema, saat melihat Fika yang sangat perhatian dengannya.
"Ayamnya mau bagian apa?" Tanya Fika lagi.
"Paha atau dada juga boleh."Jawab Ema, sembari menatap dada milik Calon istrinya.
"Mesum!" Kesal Fika, walau begitu ia mengambilkan dada Ayam untuk Ema.
"He he he hee, makasih sayang." Ucap Ema, saat Fika meletakkan makan siangnya tepat dihadapannya.
"Iya, makan yang banyak ya." Jawab Fika, setelah itu barulah ia mengambil makanannya untuk dirinya sendiri.
Ema memperhatikan Fika yang makan dengan tangan tanpa menggunakan sendok garpu seperti dirinya.
"Kenapa?" Tanya Fika, saat melihat Ema memperhatikan dirinya. "Makanannya tidak Enak ya?" Tanya Fika lagi.
"Enak banget malah, tapi aku mau makan kayak kamu bagaimana caranya?" Tanya Ema, membuat Fika tergelak keras.
"Ya ampun dasar orang kaya." Ledek Fika, membuat Ema mendengus kesal.
"Ya sudah sini, di suapin mau?" Tanya Fika, dan Ema mengangguk dengan cepat dan segera menggeser tempat duduknya mendekati Fika.
Ternyata di balik sifat bar-barnya ada sisi lembut di diri Fika, membuat Ema semakin mencintai gadis itu.
"Ternyata memakan makanan dari tangan orang yang kita cintai itu rasanya sungguh nikmat sekali." Ucap Ema, sembari mengunyah suapan pertamanya dari tangan Fika.
"Gombal terus." Sindir Fika, lalu menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
"Aku serius, sayang." Ucap Ema, lalu mengecup Pipi Fika dengan mesra hingga membuat gadis itu hampir tersedak.
"Nue!!" Kesal Fika, dan menatap tajam pria yang duduk di sampingnya.
"He he he, habisnya gemes sama kamu." Ucap Ema tidak merasa bersalah.
"Tahu ah, ayo buka mulutnya lagi!" Fika memberikan suapan yang cukup banyak kepada Ema.
"Sayang itu terlalu banyak mana mungkin aku bisa mengunyahnya." Tolak Ema, sembari mendorong tangan kanan Fika.
"Sengaja memang, biar bibir kamu berhenti menggombal." Sungut Fika, dan disambutan kekehan dari Ema.
"Ya udah sini." Ema narik tangan Fika lagi lalu memasukan suapan yang banyak itu kedalam mulutnya.
Ema tersenyum penuh arti kemudian ia menarik tengkuk Fika dan memindahkan sebagian nasi itu kedalam mulut Fika. Membuat mata gadis itu membola sempurna.
"Nue!!" Fika menggeram kesal, walau begitu ia tetap mengunyah dan segera menelan makanannya.
"Apa hah?" Ema terseyum penuh kemenangan.
Setelah selesai makan siang penuh dengan drama, Fika dan Ema kini duduk di ruang keluarga sembari menonton televisi.
"Bisa tidak sih, duduknya geseran sedikit." Keluh Fika, karena sejak tadi Ema terus menempelinya dan tidak ingin jauh sedikit pun.
"Tidak bisa." Jawab Ema, lalu mengangkat tubuh Fika keatas pengkuannya kemudian memeluk erat gadisnya.
"Nue!" Fika memberontak diatas pangkuan calon suaminya. "Kamu nyebelin banget."
"Bisa tidak memanggilku jangan Nue?" Tanya Ema, sembari meletakkan dagunya pundak Fika dan kedua tangannya semakin mengeratkan pelukan di pinggang ramping itu.
"Terus panggil apa? Aku juga bingung." Jawab Fika. "Abang? Mas? Kakak? Sayang? Atau—"
"Sayang panggil sayang saja." Potong Ema dengan cepat.
"Oke, sayang." Ucap Fika dengan malu-malu dan jinak-jinak merpati.
"Ih gemesin deh, jadi nggak tahan pengen makan kamu." Ucap Ema, membuat Fika langsung menegang.
"Mesum!"
"Kamu yang di mesumin juga mau, kan?" Goda Ema.
"Nggak!" Sangkal Fika, membuat Ema menaik turunkan alisnya dan tersenyum manis.
Please jangan tersenyum kayak gitu, adek nggak tahan bang. Batin Fika meronta.
Gumuss, pengen cubit pipi mereka berdua deh ah..
Babnya udah di panjangin loh ya, jadi emak minta dukungannya ya.
Jangan lupa sudah hari senin loh, keluarkan vote kalian semua..😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Liiee
bersama miss marina, citra, zee, lux apa sini😂
2023-07-30
2
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
Dibanting 😆😆😆
2023-01-04
1
fitri
meleleh....... thor
2022-11-19
0