Setelah puas mengajak jalan-jalan dan bermain dengan Crystal, Ema mengantarkan gadis kecil itu pulang kerumahnya karena Raya sudah pulang lebih dulu.
Disinilah Ema kini berada di sebuah taman kota dan duduk di salah satu kursi panjang yang ada di sana. Situasi disana terlihat sepi hanya ada beberapa orang saja yang ada disana termasuk Ema, mungkin karena cuaca hari itu mendung, membuat semua orang yang biasanya nongkrong di taman menjadi malas karena takut jika akan hujan turun.
Ema mengambil beberapa lembar tisue basah yang ada di tasnya, lalu menghapus riasan wajahnya dengan tisue tersebut. Setelah dirasa wajahnya sudah bersih, Ema membuang bekas tisue itu ke tempat sampah yang tak jauh dari tempat duduknya.
"Hah" Ema menghembuskan nafasnya kasar berulang kali sembari meraup wajahnya dengan kasar.
Ingatan Ema menerawang peristiwa 17 tahun yang lalu. Ingatan itu seperti slide video rusak yang terus berputar otaknya membuat Ema semakin frustasi dengan kehidupannya.
"Bisa tidak! Kamu itu seperti mendiang kakak kamu?! Yang selalu membanggakan orang tua! Tidak seperti kamu yang selalu mencari masalah terus menerus. Lihat sudah berapa puluh kali Mami di panggil kepala sekolahmu karena kelakuan nakal kamu!!!" Sentak Rima pada waktu itu.
Ema hanya diam dan menundukan kepalanya tanpa menjawab perkataan ibunya yang terus menyudutkannya.
"Mami capek kalau harus seperti ini!" Rima menuding Ema dengan jari telunjuknya. Pada saat itu Rima masih terpukul dengan kepergian putrinya untuk selamanya.
"Sudah Mam?" Ema akhirnya angkat bicara dan menatap tajam ibunya.
"Sebenarnya mau kamu itu apa? Nue!" Sentak Rima, menatap balik Ema tak kalah tajam.
"Mau aku, Mami memperhatikan aku dan menyanyangiku seperti mendiang kakak!" Bentak Ema, lalu pergi meninggalkan ibunya yang terlihat tercengang.
Ema memasuki kamarnya lalu membating pintu kamarnya dengan keras, membuat siapapun terkejut saat mendengarnya.
"Teruskan kelakuan mu itu!!!" Teriak Rima dari lantai bawah.
Ema tidak memperdulikan ibunya ia lebih memilih mengambil rokok dari tas sekolahnya lalu menyulut rokok tersebut lalu menghisap benda itu dari sela jarinya.
Seharusnya ibunya sadar jika dirinya seperti itu karena sikap ibunya yang tidak adil dalam memberi kasih sayang dan perhatian kepada anak-anaknya.
Emanuel yang bandel, suka bolos sekolah dan suka tawuran sesama pemuda lainnya, hanya untuk menarik perhatian ibunya yang selalu menganggapnya tidak ada.
"Jika kamu seperti ini terus, mending kamu mati saja dari pada harus membuat susah Mami!"
Setiap hari Ema harus menerima Toxic dari ibunya sendiri hingga dirinya hampir depresi jika tidak segera di bawa ke psikiater.
Butuh beberapa bulan lamanya ia berjuang untuk memulihkan mentalnya. Saat dirinya sudah pulih, Ema merubah penampilannya seperti perempuan. Ia berharap jika merubah penampilannya, ibunya memberikannya kasih sayang dan juga perhatian.
"Nue, ada apa dengan penampilanmu itu?" Tanya Rima sangat terkejut saat melihat perubahan putranya dan juga cara berbicaranya.
"Eike ingin seperti kakak." Jawab Ema gemulai, semakin membuat Rima terkejut.
"Sadar Nue!! Kamu sama saja melawan kodratmu!" Sentak Rima.
"Aku tidak peduli, asalkan ibuku menyayangiku." Jawab Ema datar dan seketika itu dada Rima seperti di hantam batu besar, terasa sakit dan juga sangat sesak.
Keputusan besar yang ia ambil ternyata tidaklah mudah, apalagi ibunya semakin membencinya karena di anggap mempermalukan keluarga, belum lagi hujatan dan cibiran dari lingkungannya, tapi karena keputusan besarnya itulah ia menjadi semakin sukses dalam mengelola Salon kakaknya dan tidak hanya itu saja ia semakin mengembangkan bisnisnya dan mempunyai cabang di beberapa kota besar di negara itu, ditambah lagi ia mempunyai hotel mewah dari jerih payahnya sendiri dan juga saat ini ia menjadi Make-up artis ternama di negaranya.
Kesuksesan yang ia miliki saat ini tentu saja di sambut baik oleh ibunya setelah belasan tahun dirinya di abaikan. Bukannya senang, akan tetapi Ema malah muak dengan sikap ibunya yang menurutnya hanyalah sebuah kepalsuan belaka.
Nyesek!! Emak nggak kuat kalau bahas masa lalu Ema.😭
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Fika dan Irfan berjalan beriringan sembari bercanda dan tertawa di sekitar taman kota.
"Lagian lo nggak biasanya pakai tas berwarna pink mana gambarnya princes lagi, ha ha ha ha." Ifran tertawa terbahak, apalagi saat di sekolah tadi Fika terus di tertawakan satu kelas karena memakai tas berwarna pink.
"Bacot lo! Ini semua karena Miss Em." Sungut Fika, sembari bersedekap di dada.
Irfa mengernyit lalu menoleh dan menatap sahabatnya. "Miss Em siapa tuh?" Tanyanya.
Afika hanya menaikan kedua bahunya cuek. "Duduk di sana yuk! Sambil minum es kelapa muda seger kali. Gue traktir deh." Ajak Fika sembari menunjuk salah tempat duduk yang ada di taman itu.
"Harusnya lo traktir gue ayam krispi yang di Restoran sana." Irfan menunjuk Restoran cepat saji yang ada di seberang jalan sana.
"Ck! Protes aja lo. Mau nggak!" Kesal Fika, lalu berjalan menuju arah taman.
"Iya deh iya dari pada nggak sama sekali." Irfan segera berlari mengukuti Temannya.
Setelah itu keduanya itu duduk di kursi panjang yang ada di sana lalu memesan dua es kelapa muda.
"Seger banget, Fik." Ucap Irfan, setelah menyeruput air kelapa muda itu.
"Seger karena di traktir." Cibir Fika, membuat Irfan tergelak.
Fika mengendarkan pandangannya di area taman itu dan tatapannya terhenti saat ia melihat seorang pria yang pernah di jumpainya.
"Eh, gue kesana dulu." Fika meletakkan batok kelapa yang sudah kosong di sampingnya tak lupa ia membayar dua es kelapa muda itu lebih dulu, kemudian ia berlari menghampiri pria itu.
"Eh kampret lo mau kemana?" Teriak Irfan, saat melihat Fika berlari.
"Lo balik dulu, Nyuk! Gue ada urusan!" Ucap Fika sedikit berteriak lalu melambaikan tangannya, membuat Irfan berdecak kesal.
"Miss Em!" Seru Fika saat sudah berada di dekat pria itu.
Ema yang tengah melamun pun tersentak kaget saat namanya di panggil kemudian ia menoleh ke arah kiri.
"Siaposeh?" Tanya Ema dengan nada gemulai, saat melihat gadis kecil memakai seragam SMA berjalan mendekatinya.
"Aku yang kemarin bantu Miss ganti ban mobil." Ucap Fika, lalu tanpa malu ia duduk di samping Ema.
Mendengar perkataan gadis itu, Ema langsung mengingatnya.
"Oh ya amidong, eike baru ingat hi hi hi." Ema tertawa cekikikan, padalah hatinya tengah terluka.
"Iya he he he, Miss tas ku mana?" Tanya Fika, sembari menatap wajah pria gemulai yang ada di dekatnya itu.
Sepertinya dia sedang ada masalah. Batin Fika saat melihat wajah Ema yang terlihat sendu. Walaupun Pria gemulai itu terlihat ceria akan tetapi raut wajah itu tidak bisa membohonginya.
"Ah iya, ada dirumah. Yuk kita ambil." Ema berdiri dari duduknya lalu menarik tangan Fika begitu saja, membuat Fika terkejut dan juga jantungnya berdetak sangat cepat.
"Miss!!!"
Haduhh apa yang akan terjadi selanjutnya?!
Emak sudah dobel Up hari ini, bantu kasih dukungan semampu kalian nanti emak juga akan mengusahakan untuk dobel up tiap harinya.
Makasihh😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
lily
haduh aku pun bakalan jantungan kalo tiba-tiba ditarik tangannya sama orang hahhaa
2024-06-12
1
Ernadina 86
ya iyalah muak
2024-03-27
0
Nhara Anwar
miss EmbEr😅😅
2023-08-27
0