Jam sudah menunjukan setengah dua siang, Ema sedang melakukan meeting bersama kliennya di hotel mewahnya itu. Sudah beberapa kali ia melirik jam mewah yang melingkar di tangan kanannya, namun meeting itu tidak kunjung usai, membuat dirinya mendesah frustasi.
"Nuri! Yei lanjutkan meetingnya." Ucap Ema, lalu beranjak dari duduknya membuat beberapa kliennya saling pandang.
"Tapi Miss—"
"Nanti calon istriku ngambek." Potong Ema, membuat semua orang disana tercengang.
Calon istri?
Bagaimana bisa? Bukankah Miss Em ini tidak suka apem? Batin Kliennya yang ada di ruangan tersebut.
"Baiklah, demi masa depan ya Miss." Ucap Ruri pasrah dan tersenyum paksa.
Huh, lagi-lagi gue yang jadi tumbalnya, nasib jadi bawahan ya begini. Batin Ruri.
"Iya dong." Jawab Ema, lalu segera berlalu dari sana. Setelah Ema sudah tidak terlihat, yang ada di ruangan meeting itu bergosip ria.
"Memangnya Miss Em mau nikah? Calonnya cewekkan?" Tanya salah satu Klien kepada Ruri.
"Benar sekali, lusa Miss Em akan menikah." Jelas Ruri kepada beberapa klien yang ada sana.
"Oh, aku kira Miss Em tidak suka apem." Jawab salah satunya terkekeh geli.
"Stttt, jangan gosip lagi ada CCTV loh, nanti kalau Miss lihat bisa bahaya." Ucap Ruri, menghentikan pembicaraan itu. Setelah itu mereka mulai melanjutkan meeting yang sempat tertunda tadi.
Sedangkan Ema sudah menuju sekolah Fika dengan perasaan yang sangat bahagia, ia ingin melihat reaksi gadis kecilnya itu.
Pasti dia sangat terkejut. Batin Ema tersenyum senang.
Saat sudah sampai di depan sekolah Fika, ternyata jam sekolah belum usai dan mengharuskan ia menunggu disana. Merasa hari sangat panas, Ema pun meminta Ijin kepada satpam disana untuk parkir di tempat parkir sekolah tersebut.
"Huh, untung satpamnya baik. Jadi nggak kepanasan nih kulit." Gumam Ema, saat sudah parkir ditempatnya.
Padahal didalam mobil loh, Miss. 😆
Setengah jam ia menunggu akhirnya jam pelajaran telah usai dan para murid sekolah berhamburan keluar dari kelasnya masing-masing.
Ema keluar dari dalam mobil dan berniat untuk menunggu Fika di luar mobil, karena jarak parkiran dari pintu gerbang sekolah tidaklah jauh jadi ia bisa melihat gadis yang ia cari.
Ada yang salah ya sama penampilanku? Batin Ema saat para siswi melihatnya sampai tidak berkedip.
Ema memilih tidak memperdulikan tatapan para siswi yang kecentilan itu, matanya terus mencari gadis manisnya.
Nah itu dia. Batin Ema, dan bibirnya menyunggingkan senyuman manis membuat para siswi yang melintasinya berteriak histeris.
Namun senyuman Ema luntur seketika saat melihat Fika berjalan beriringan dengan seorang pria dan mereka berdua sepertinya sangat dekat, apalagi Fika sampai tertawa lepas seperti itu.
Ada rasa tidak suka di dalam hati Ema, apakah ia cemburu?
Entah, hanya Ema yang tahu.
Fika dan Irfan berjalan beriringan sembari bercanda hingga membuat Fika tertawa lepas, ia tidak menyadari jika ada sepasang mata yang tengah menatapnya.
"Kampret, lihat disana para ciwi-ciwi kok pada histeris ada apa ya?" Tanya Irfan, menunjuk arah parkiran.
"Entah, pada dapat undian kali." Jawab Fika acuh, lalu ia menatap kearah parkiran dan matanya membola seketika saat melihat siapa yang berdiri disana sembari menebar senyum kepada para siswi yang ada disana.
Ternyata dia playboy! Kesal Fika dalam hati, dan entah kenapa kakinya bergerak kearah parkiran itu, padahal hatinya saat ini sedang kesal. Pikiran dan hati Fika sedang tidak sinkron sepertinya. 😆
"Eh, kampret lo mau kemana? Parkiran motor bukan di sebelah sana." Teriak Irfan.
"Nggak jadi nebeng gue, Nyuk! Lo pulang sendiri saja." Jawab Fika sedikit berteriak, sembari melambaikan tangannya.
"Dasar kutu kupret, kebiasaan dah." Sungut Irfan.
*
*
*
"Ehem.... ehemm..... " Fika berdehem keras saat sudah ada dekat Ema.
"Eh ada gadis bar-bar." Ucap salah satu temannya yang akan berfoto dengan Ema.
"Apa?! Minggir kalian semua!" Usir Fika, dan mau tak mau para gadis itu membubarkan diri karena mereka tidak ingin berurusan dengan Fika.
"Ganjen!" Sindir FIka kepada Ema.
Ema hanya tersenyum manis saja menanggapi Fika yang sedang cemburu.
"Ish, sok ganteng!" Sungut Fika, saat melihat Ema tersenyum manis kepadanya.
"Emang ganteng, kan?" Jawab Ema percaya diri, membuat Fika mencebikkan bibirnya kesal.
"Ih!!"
"Cemburu?" Ledek Ema, sembari menaik turunkan alisnya.
"Nggak!" Sewot Fika.
"Nggak salah." Ema terkekeh pelan.
"Apaan sih!" Sungut FIka.
"Sudah ayo masuk ke mobil." Ema berjalan lalu menggandeng tangan Fika dan membukakan pintu mobil untuk gadis kecilnya.
Fika tersenyum dalam hati, karena dirinya di perlakukan dengan lembut oleh Ema.
Kemudian Ema pun ikut masuk kedalam mobil, setelah memastikan Fika duduk dengan nyaman dan memakai seatbealtnya.
"Sudah makan belum?" Tanya Ema, kepada Fika.
"Belum." Jawab Fika dengan jujur, memang ia belum makan siang.
"Mau makan apa?" Tanya Ema lagi, lalu menyalakan mesin mobilnya.
Uh, perhatian sekali sih. Batin Fika meronta.
"Terserah kamu saja, yang penting makan nasi." Jawab Fika, karena ia tidak mungkin mengajak Ema makan di warteg, ia tidak ingin jika Ema merasa tidak nyaman nantinya.
"Oke." Ucap Ema, lalu menekan pedal gas mobilnya menuju restoran terdekat.
Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, keduanya kini sudah sampai restoran terdekat. Restoran tersebut sanngat mewah menurut Fika.
"Mau pesan apa?" Tanya Ema, saat mereka sudah duduk di dalam restoran tersebut.
"Makanannya mahal-mahal, aku jadi bingung." Jawab Fika, sembari membolak balikan buku menu yang ada ditangannya.
Fika sebenarnya merasa tidak nyaman berada disana, apa lagi para pengunjung disana menatapnya aneh, mungkin karena ia masih memakai seragam sekolahnya.
"Kamu nggak nyaman ya? Aku akan pesan ruang VIP saja kalau begitu." Ucap Ema, lalu memanggil salah satu pelayan disana.
"Tidak perlu, disini saja." Tolak Fika.
"Tidak apa-apa 'kan yang penting kamu nyaman." Jawab Ema, tersenyum manis dan memesan ruang VIP dan sekaligus memesan makan siang mereka.
Bisa nggak sih, kamu itu nggak usah senyum kayak gitu. Lama-lama aku bisa diabetes benaran. Batin Fika.
Fika hanya pasrah saat dirinya di gandeng menuju ruang VIP yang terletak dilantai dua di Restoran itu.
"Nah, bagaimana kamu merasa nyaman tidak?" Tanya Ema saat, mereka sudah berada diruang VIP.
"Iya, nyaman." Fika tersenyum menatap Ema.
Tidak membutuhkan waktu lama pesanan mereka datang dan mereka mulai memakan makanannya dengan tenang.
Ema sesekali menatap Fika yang terlihat sangat lahap memakan makan siangnya, bahkan gadis itu tidak canggung untuk menambah nasi.
"Terimakasih, aku kenyang sekali." Ucap Fika sembari mengusap perutnya yang kekenyangan.
"Pasti kenyanglah sampai nambah dua kali." Ucap Ema, membuat gadis itu meringis malu.
"He he he he, maaf." Ucap Fika, terkekeh pelan.
"Makanan ini tidak gratis ya." Ucap Ema, membuat Fika cemberut kesal.
"Dasar perhitungan! Aku tidak punya uang." Jelas Fika, terdengar sewot.
"Bayar pakai ini." Ema mengetuk pipi kirinya dengan jarinya.
Pinter cari kesempatan nih. 😆
"Ih!" Fika bergidik ngeri.
"Ayo cepatlah." Ucap Ema tidak sabaran.
"Oke cium pipi saja 'kan? Tidak masalah." Kemudian Fika beranjak dari duduknya dan menghampiri Ema yang duduk berseberangan dengannya.
Fika menatap Ema dengan kesal saat sudah berada di dekat pria itu dan mulai mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi pria itu, namun siapa sangka pada saat bersamaan Ema menoleh dan tabrakan bibirpun tidak terhindarkan.
"Emphhh." FIka memekik saat bibirnya di bungkam oleh bibir Ema.
Dan dengan cepat Ema manarik Fika kedalam pangkuannya.
"Emm shhhhh."
Hayoo pada ngapain itu? 😆
Ema sekarang mesum banget ya, kayaknya burung kutilangnya siap buat terbang nih, ha ha ha
Dukungannya mana nih? Kasih Like, vote, komentar dan kasih Gift seikhlasnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Ayuk Vila Desi
modus
2023-09-29
1
Ayuk Vila Desi
cemburu
2023-09-29
1
Ayuk Vila Desi
astaghfirullah
2023-09-29
1