"Aku kangen." Ema langsung mendorong tubuh Fika kebelakang tak lupa ia menutup pintu itu terlebih dahulu.
"Nue! Kamu apaan sih!" Sungut Fika, saat dirinya di dorong lalu di peluk erat oleh Ema, hingga membuat dirinya tidak bisa bergerak dan sesak.
"Kan aku kangen." Ucap Ema, masih memeluk Fika dengan erat.
"Iya, tapi aku sesak nafas." Fika mendengus kesal.
"He he he, maaf." Ema mengurai pelukannya, lalu menatap wajah kesal calon istrinya.
Fika menatap Ema dengan tatapan kesal sembari juga memanyunkan bibirnya.
CUP
Ema langsung mengecup bibir mungil itu sekilas, membuat Fika bertambah sangat kesal.
"Kebiasaan!" Kesal Fika, lalu mengusap bibirnya dengan punggung tangannya dengan kasar.
"Kok dihapus sih bekas kecupan aku?!" Protes Ema.
Fika berjalan ke ruang makan tanpa memperdulikan calon suaminya itu, dan tentu saja hal itu membuat Ema kesal dan mengikuti gadis kecilnya.
"YA!!!" Pekik Fika, saat tubuhnya diangkat dan didudukan diatas meja makan oleh Ema.
"Kamu maunya apa sih?" Kesal Fika, menatap tajam Ema.
"Aku maunya kamu." Ucap Ema, dan menatap Fika tak kalah tajam.
"Jangan menatapku seperti itu." Fika memalingkan wajahnya, jantungnya berdetak sangat cepat saat ia melihat tatapan tajam itu.
"Memangnya kenapa?" Ema memajukan wajahnya dan kini posisi kedua tangannya sudah mengungkung gadis kecilnya dengan meletakkan kedua tangannya di pinggiran meja tepatnya di sisi kanan dan kiri gadis itu.
Fika memundurkan wajahnya saat Ema semakin memajukan wajahnya.
"Nue! Kamu menakutkan." Ucap Fika.
"Benarkah?"
"Minggir, aku mau melanjutkan makan siangku. Aku lapar." Fika berusaha menyingkirkan salah satu tangan Ema yang mengungkungnya, namun usahanya tidak berhasil.
"Aku juga lapar." Bisik Ema tepat di telinga Fika, membuat gadis itu merinding seketika.
"Ah, ya ya sudah kita makan bersama." Ucap Fika mulai gugup. Entah kenapa ia merasakan jika Ema hari ini sangatlah aneh. Tidak! Bukan aneh namun terlihat garang dan Hot sekali.
"Aku tidak ingin makan nasi." Bisik Ema lagi.
"Terus mau makan apa? Mie? Bakso? atau apa? Aku bisa membelikannya untukmu." Ucap Fika sudah di landa kegugupan, apa lagi saat ini tangan Ema sudah merambat naik ke lengannya dan semakin naik lagi hingga sampai ke tengkuknya.
"Aku mau makan kamu boleh?" Ucap Ema dan menatap sayu gadis itu.
"Nue aku—" Ucapannya terhenti saat benda kenyal itu mendarat di permukaan bibirnya.
"Emmpp." Fika melenguh ketika Ema menyesap bibirnya dengan lembut, kemudian Ema menarik kedua tangan Fika dan meletakkannya di kedua sisi bahunya.
"Nue.." Fika mencengkram kedua bahu kokoh itu, saat bibir nakal itu menciumi leher jenjangnya.
Ah, tubuh Fika sudah seperti tersengat aliran listrik rasanya, tubuhnya terasa sangat lemas dan tak bertenaga saat mendapatkan serangan mendadak itu.
"Aku mencintaimu... Fika... aku sangat mencintaimu." Lirih Ema, saat sudah menghentikan kegiatannya dan kini ia menatap wajah cantik Gadis itu dengan lembut.
Ungkapan perasaan Ema membuat Fika terkejut dan membuat jantungnya kini berdetak semakin cepat.
"Nue aku—"
"Stttt, aku tahu hatimu masih bimbang tapi satu hal yang aku minta padamu adalah biarkan aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku—" Ucapan Ema terhenti saat bibirnya di bungkam oleh sebuah kecupan singkat.
"Aku tidak pernah tahu dengan apa yang namanya cinta dan aku juga tidak pernah merasakan jatuh cinta, tapi saat aku berada di dekatmu jantungku berdetak sangat cepat dan aku juga tidak suka jika kamu berpenampilan tampan, rasanya aku tidak ingin berbagi ketampananmu dengan orang lain. dan aku sangat nyaman saat berada di dekatmu." Jelas Fika, membuat Ema tersenyum bahagia lalu memeluk Fika dengan erat.
"Kamu sudah mencintaiku." Ucap Ema di ceruk leher Fika.
"Entah, aku merasakan getaran aneh saat berada di dekatmu dan seperti yang aku jelaskan tadi, apa itu yang dinamakan jatuh cinta?"
"Aku rasa iya, karena aku juga merasakan hal yang sama denganmu." Ucap Ema, lalu mengurai pelukannya dan menatap lembut gadisnya.
"Benarkah?" Tanya Fika dan diangguki Ema.
Kemudian Ema merogoh kantong celananya dan mengambil sesuatu dari dalam sana.
"Afika larasati, aku bukanlah pria yang sempurna dan aku mempunyai banyak kekurangan, tapi aku mempunyai cinta dan kasih sayang yang dapat menyempurnakan kisah cinta kita. Afika, Will You marry me?" Ucap Ema, sembari menatap Fika penuh cinta dan mengulurkan sebuah cincin berlian kepada Fika.
Fika menggenggam tangan Ema yang memegang cincin berlian itu, kemudian ia berkata. "Aku juga bukan gadis yang sempurna dan hidupku juga jauh dari kata sempurna, aku sangat berterimakasih karena kamu sudah mencintaiku dengan begitu besar. Nue, banyak cerita yang kita lalui beberapa hari ini saat kita bersama, kamu yang perhatian dan penuh kasih sayang terhadapku. Nue, berikan kasih sayang dan cintamu itu hanya untukku seorang, aku juga mencintaimu dan Yes, I will marry you."
Fika menatap wajah Ema dengan kelembutan dan mengusap rahang tegas yang di tumbuhi bulu-bulu kasar itu dengan lembut lalu ia tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Ema terdiam dan terpaku saat mendengar setiap untaian kata yang terucap dari bibir manis itu, bahkan ia sampai menitikan air matanya karena ia tidak percaya jika cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.
Ema tersenyum lalu menyematkan cincin berlian itu di jari manis Fika.
Fika tersenyum senang lalu ia mengangkat tangannya dan melihat cincin berlian itu dengan perasaan yang tidak bisa di jelaskan lagi.
"Terimakasih, Nue." Ucap Fika tulus, lalu memeluk Ema dengan erat.
"Sama-sama, sayang. Sekarang kamu sudah resmi menjadi calon istriku, maaf seharusnya aku melamarmu tepat saat kita terpergok berciuman di depan rumah." Ucap Ema terkekeh, membuat Fika mencebikkan bibirnya kesal.
"Takdir itu sangat lucu dan tidak bisa di tebak ya." Ucap Fika, masih memeluk Ema dan menyenderkan kepalanya di dada bidang itu dengan rasa yang sangat nyaman.
"Iya, aku juga tidak menyangka jika pertemuan pertama kita yang tidak mengesankan itu menjadi awal yang baik untuk hubungan kita." Jelas Ema di sertai kekehan kecil lalu mengusap punggung Fika dengan lembut kemudian ia mengecup pucuk kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang.
"Iya sangat konyol dan lucu." Balas Fika ikut terkekeh, lalu mengurai pelukannya dan ia mendongak dan menata Ema dengan bola mata yang berbinar.
Ema sampai gemas sekali melihat calon istrinya jika bertingkah seperti itu.
"I love you... I love you so much." Ucap Ema,lalu menundukan kepalanya dan mengecup bibir mungil dan manis itu yang sudah menjadi candunya.
"I love you too." Bisik Fika, tepat di depan bibir nakal yang selalu mencuri ciumannya.
Dan sedetik kemudian bibir keduanya itu saling bertaut dan saling membelit lidah hingga menimbulkan suara decapan yang memecah kesunyian di ruang makan itu.
Nggak tahu mau ngomong apa lagi,, aku baper dan berasa banget jadi fikanya..🤭
Kasih dukungannya semampu kalian, dan jangan lupa tekan like!!!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Mamath Kay
aku suka ceritanya
2024-04-05
1
anonim
Nue ketemu jodohnya takterduga ya....
2023-07-13
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
😍😍😍😍
2023-01-04
0