Sampai rumahnya Ema langsung menghubungi Asistennya untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Fika.
"Waras lo Miss?" Tanya Asistennya yang bernama Ruri.
Ruri sangat terkejut saat mendengar kabar dari bosnya sendiri akan menikah.
"Menurut Yei?" Tanya balik Ema, masih di sambungan telponnya.
"Gue nggak percaya. Dan apa calonnya itu perempuan?" Tanyanya lagi sembari terkekeh.
"Gak usah banyak omong deh, cepat kerjakan apa yangn eike suruh ke yei." Jawab Ema sedikit kesal.
"Oke deh gue kerjain, dari pada gue dipecat." Ucap Ruri lagi diselingi kekehan kecil.
"Inget ya! Ini rahasia jadi yei sudah tahu dong apa konsep pernikahannya?"
"Ya siap. Paham kok." Jawab Ruri.
"Eike tutup dulu telponnya."
"Tapi, Miss--
Tut
Ema langsung menutup ponselnya begitu saja tanpa mau mendengar lagi perkataan asistennya.
"Huh." Ema menghembuskan nafasnya kasar lalu melemparkan ponselnya ke arah tempat tidurnya dengan asal.
"Afika." Gumam Ema sembari memejamkan matanya, entah kenapa saat menyembut nama gadis itu, ia menjadi teringat ciuman panasnya beberapa saat yang lalu. Membuat Ema tersenyum sendiri sembari membelai bibirnya dengan ibu jarinya.
"Bibirnya lembut dan manis." Ema menyunggingkan senyuman manisnya, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selesai membersihkan diri, Ema berjalan menuju meja rias untuk mengoleskan Krim malam ke wajah tampannya.
Disisi lain Afika tengah melampiaskan rasa kesalnya pada samsak tinju yang tergantung disudut kamarnya.
BUGH
BUGH
BUGH
Berulangkali Fika memukul dan menendang samsak tinju yang tidak bersalah itu dengan brutal hingga samsak tinju itu terkoyak di salah satu sisinya.
"Brengsek!!!! Arrrgggghhhhhhhh."
BUGH
Sekali lagi ia menedang samsak tinju itu dengan sangat keras.
"Hah..... hah.... hah..." Nafas Fika naik turun dan keringat bercucuran membasahi tubuhnya. Terlihat jelas sekali dari kaos yang ia kenakan basah.
"Bodoh lo bodoh banget kanapa nggak bisa menolak saat dia nyium lo!" Sudah berulang kali ia mengumpati diri sendiri.
"Mau sampai kapan kamu itu menyesali perbuatan mu? Tidak ada yang akan bisa merubah keadaan karena ini adalah keputusan final Ayah!" Tegas Bondan saat memasuki kamar putrinya yang tampak kacau itu.
Biarlah ia dianggap egois oleh Putrinya, semua ia lakukan demi putrinya sendiri.
Sedangakan Fika terdiam lalu mendudukan dirinya di tepian tempat tidurnya dengan kasar. Dan Bondan langsung mengambilkan handuk kecil untuk putrinya dari lemari pakaian yang ada di kamar itu.
"Sudah Ayah bilang kalau kamu harus menerima keadaan ini. Ikhlas! Seperti kamu ikhlas saat dia mencium kamu!" Sindir Bondan sembari menyerahkan handuk kecil itu ke putrinya.
"Iya." Jawab Fika, menerima handuk itu dari tanagn sang Ayah.
"Fika hanya kesal dengan diri sendiri." Lanjut Fika, sembari mengelap keringat di leher dan juga tangannya dengan handuk itu.
"Itulah yang namanya penyesalan." Ucap Bondan, lalu berlalu berlalu dari kamar putrinya.
"Cepat bersihkan diri kamu!" Teriak Bondan dari luar kamar.
"Iya!" Jawab Fika sedikit berteriak.
Kemudian Fika beranjak dari duduknya dan menuju kamar mandi yang letaknya masih di dalam kamarnya.
Setelah membersihkan diri dan berpakaian, Fika berjalan keluar menuju ruang makan untuk makan malam bersama Ayahnya.
"Buruan makan, orang kesal juga butuh tenaga tahu!" Sindir Bondan lagi saat Fika sudah bergabung disana.
"Sindir terusssss!" Fika mencebikkan bibirnya kesal, sembari mengambil piring untuk dirinya dan juga Ayahnya sekaligus mengambilkan nasi beserta teman-temannya yang berupa sayur sop, sambal terasi dan tempe goreng.
"Heleh gitu aja ngambek." Ledek Bondan, menerima sepiring nasi itu.
"Ck." Fika berdecak kesal saja. "Berdoa dulu, Yah!" FIka mengingatkan saat Ayahnya akan menyuapkan nasi.
"Eh, he he hee lupa. Habisnya Ayah sudah lapar banget." Bondan meletakkan sendoknya lagi kemudian ia mengangkat kedua tangannya mulai untuk berdoa.
Setelah selesai berdoa, keduanya mulai memakan makan malamnya yang sederhana itu dengan tenang, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruangan itu.
*
*
*
Keesokan harinya Ema sudah berada di depan rumah Fika pagi-pagi sekali, membuat Fika berdecak dengan kesal.
"Mau apa pagi-pagi kesini?" Ketus Fika, saat melihat Ema duduk di ruang keluarga.
"Mau antar calon istri berangkat sekolah." Jawab Ema sembari tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Pulang sana! Gue bisa berangakat sendiri!" Usir FIka.
"Fika!!!" Tegur Bondan yang baru datang dari arah dapur. "Yang sopan kamu, dia adalah calon suamimu jadi hargai dia." Tegas Bondan lagi dan membuat FIka menghentakkan kakinya kesal.
"Sebenarnya anak Ayah siapa sih?" Gerutu Fika.
"Nggak usah banyak protes! Cepat mandi dan bersiap, nggak malu apa ada calon suami kok mukanya masih bau iler." Ledek Bondan, membuat Ema terkekeh pelan sedangkan Fika sudah menutup wajahnya sendiri lalu berlari menuju kamarnya.
"Maafkan Fika ya Nak-?" Bondan memang belum tahu jelas nama calon menantunya itu.
Lah dasar Ayah.😆
"Emanuel atau panggil saja Nue, dan Ema atau Miss Em hanya nama kerjaku saja" Jelas Ema dengan suara jantannya tapi masih dengan gaya gemuali.
"Oh seperti itu?" Bondan menirukan jargonnya artis ibukota yang terkenal itu.
"Iya, Om." Jawab Ema, lalu menjelaskan perkerjannya selama ini. Walau bagaimana pun calon mertuanya harus tahu pekerjaan dan juga profesinya yang sesungguhnya.
Bondan menganggukkan kepalanya berulang kali bertanda jika dirinya paham dengan penjelasan Ema alias Nue.
"Berarti kamu tajir dong ya?" Tanya Bondan.
"Ah, biasa saja Om." Jawab Ema merendah.
"Em, kalau boleh tahu Om ada hubungan apa ya sama mamiku?" Tanya Ema tiba-tiba.
"Tidak ada, kami hanya teman saja." Jawab Bondan lalu memalingkan wajahnya, dan Ema hanya menganggukkan kepalanya saja.
Tidak berselang lama FIka sudah keluar dari kamarnya sembari menenteng tas punggungnya yang berwarna hitam.
Ema terpesona saat melihat penampilan FIka yang terlihat beda, biasanya gadis itu mengikat rambutnya kebelakang tapi kali ini gadis itu mengurai rambut panjangnya dan satu lagi, apakah gadis itu berdandan?
Uh gemess lihatnya. Batin Ema.
Apalagi gadis itu memakai seragam SMA membuat Fika terlihat semakin cantik dan menggemaskan dimata Ema.
Ema tersenyum dalam hati. "Apakah dia berdandan untukku?" Gumam Ema.
"Weh cantiknya anak Ayah, eh kamu berdandan ya?"
"Tidak." Jawab Fika cepat.
"Tapi bibirmu itu terlihat sedikit belepotan" Goda Bondan.
"Benarkah." Wajah Fika terlihat panik.
"Ha ha ha haaa." Bondan tergelak saat melihat reaksi putrinya. Sedangkan Ema hanya menahan tawanya.
"IH!!! Ayah!" Fika mengerucutkan bibirnya kesal.
Ayah bikin aku malu saja. Batin Fika kesal.
"Cantik anak Ayah. Tumben kamu berdandan? Apa karena ada-" Bodan tidak melanjutkan ucapannya namun ia melirik Ema yang duduk di atas sofa.
"Ayah ih!" Kesal Fika lalu berjalan keluar rumah.
"Ha ha ha haaa, sepertinya dia mulai menyukaimu." Ucap Bondan kepada Ema.
"Iya semoga, Om." Jawab Ema tersenyum, lalu berdiri dari duduknya dan berpamitan kepada Bondan.
"Yuk!" Ajak Ema dan membukakan pintu mobil untuk Fika.
Sepertinya Fika sudah mulai ada rasa terhadap Ema, tapi sepertinya gadis itu masih ragu dengan perasaanya.
Hayo gimana tuh?
Dukung terus karya Emak ya dengan cara tekan favorit, like, komentar, vote dan kasih gift..😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
ini namanya cinta pertama buat anak gadis ...orang tua yang bisa menemptkan diri pd tempatnya ....wa asik bgt ....
2024-10-24
0
Susi Yuliani
Nyimak dl ahhh/Drool/
2024-02-21
1
Ayuk Vila Desi
teman tapi mesra kayaknya dulu🤭
2023-09-29
0