Because I Love You
Rumi pikir setelah berbesar hati melepas Larry dekati Femi, ia tidak akan pernah punya kesempatan miliki Larry. Rumi sudah ikhlas, walaupun ia tetap berusaha tunjukan isi hatinya pada Larry yang sering kali abaikan Rumi selama ini.
Bodo amat Larry mau terima Rumi apa tidak, tapi Larry harus tahu kalau Rumi mencintai Larry dan mengharapkan Larry jadi pasangannya. Rumi sudah dekati Daniel adiknya Larry, tapi tidak ada pengaruhnya, tetap saja Larry pilih dokter Femi.
Malah sempat bikin down juga Larry, saat bilang sama semua orang kalau ia akan kenalkan Femi dengan orang tuanya. Oh kesempatan bersama Larry rupanya hanya sebatas mimpi. Malah jodohkan Rumi sama temannya sesama pemain basket. Memang susah kalau tidak cinta, Rumi bisa apa.
Tahu diri saja, mana mungkin juga seorang Larry Prawira, Atlit basket anak pejabat, tampan, berprestasi dan banyak uang mau sama seorang Rumi yang pesakitan. Walaupun Rumi juga masih keturunan keluarga konglomerat dan sedang berusaha menjadi baik, tapi Rumi bukan pewaris langsung. Rumi hanya keponakan Papi Mario yang perlakukan Rumi seperti anaknya sendiri.
Rumi mesti dibikin down lagi kalau saja hatinya tidak sekuat karang. Ternyata Diky teman Larry sudah memiliki calon istri. Cobaan apa lagi ini, untung saja Rumi tidak jatuh cinta sama Diky. Malah kasihan saat melihat Diky yang disindir habis sama calon mertuanya yang kebetulan teman Mami sesama pemilik butik di daerah Selatan.
Rumi sudah bersiap lupakan mereka semua ketika pagi ini Larry hubungi Rumi. Mimpi apa dia, belum pernah-pernahnya hubungi Rumi sekalipun. Masih pagi pula.
"Leyi, kamu telepon aku atau salah hubungi orang. Ini Rumi loh bukan Femi."
"Iya aku mau bicara sama Rumi." Larry terbahak.
"Mau apa? tumben masih pagi nih."
"Nanti terapi kan?
"Iya."
"Aku temani ya. Diky tidak bisa temani."
"Oh Diky minta tolong kamu kah?"
"Tidak, Aku yang mau. Jam berapa aku jemput?"
"Jam Lima sore di lobby kantor ya."
"Oke see you Yumi."
"See you Leyi." duh wajah Rumi langsung saja sumringah, begitu tutup telepon langsung jingkrak-jingkrak dikasur, senang sekali Larry mau temani terapi.
Selama ini sudah diminta berulang kali selalu ada cara untuk menolak. Ah mimpi apa ini Leyi, bodo amat Femi. Kan sudah bilang kalau kita bersaing sehat. Terserah Larry dong pilih siapa. Tiba-tiba Rumi mau egois. Harapannya untuk miliki Larry muncul kembali. Tapi kok tidak tega sama Femi. Rumi putuskan untuk hubungi Femi, eh kok foto Femi tidak lagi tampak, nah loh ternyata Femi blokir Rumi. Kok bisa? kan mereka berteman baik. Biarin deh nanti kalau bertemu Larry akan Rumi tanya.
"Morning..." Rumi sudah rapi dengan pakaian kantornya.
"Morning, cerah sekali hari ini." Papi Mario tersenyum hangat menyambut Rumi.
"Nasi goreng atau Jus?" tanya Mami Regina pada Rumi.
"Rumi ambil sendiri Mami." jawab Rumi, Mami selalu saja ingin manjakan Rumi seperti bontotnya sendiri.
"Nanti Larry yang antar Rumi terapi, Mami tidak perlu buru-buru keluar dari Butik." kata Rumi beritahukan Mami yang lumayan sibuk dengan butiknya.
"Iya kah?" Mami senyum-senyum jahil, Mami tahu Rumi naksir berat sama Larry, Papi juga tahu itu.
"Tadi Leyi telepon Rumi." jawab Rumi dengan wajah sumringah. Papi Mario seperti acuh tak acuh tapi senyumnya penuh makna.
"Honey, minggu depan kita ke S'pore temani Rumi Medical Check Up." kata Mario pada Regina.
"Kenapa medical check up?" tanya Rumi bingung.
"Untuk memastikan kalau kamu sehat." jawab Mario.
"Rumi sehat kok Papi."
"Yah untuk lebih pasti lagi sebaiknya kita periksa. Hari ini terakhir terapi kan?' Mario memastikan.
"Iya Papi."
"Hasil terapi sudah bagus, jangan pernah sentuh minuman itu lagi Rum."
"Iya Papi."
"Ke Kantor di antar supir saja, nanti pulang dijemput Larry kan?" tanya Mario lagi.
"Hu uh." Rumi anggukan kepalanya sambil nikmati nasi goreng bikinan Bi Neneng.
"Nanti bilang Pak Atim, setelah antar kamu jemput Mami ya, Mami mau belanja bahan." pesan Regina pada Rumi.
"Iya Mami." Rumi anggukan kepalanya.
"Infus water tetap mau dimasukkan ke botol ajaib itu?" tanya Regina.
"No Mami, aku sudah beli the real tumbler yang untuk infus water." jawab Rumi, Regina terkekeh pandangi Rumi.
"Kalau begitu, botolnya sudah boleh Mami buang ya?" ijin Regina pada Rumi.
"Boleh Mami."
"Bakar saja Honey." pinta Mario pada istrinya.
"Oh baiklah nanti Mami minta Neneng untuk membakarnya." jawab Regina terkekeh.
"Rumi sudah selesai, Rumi berangkat ya." pamit Rumi pada Papi dan Mami.
"Iya sayang hati-hati." pesan Mario pada Rumi.
"Rumi sayangku..." panggil Regina sebelum Rumi keluar rumah.
"Ya Mami?" Rumi hentikan langkahnya.
"Arine dan Diky tidak bikin kamu down kan?" Regina ingat kejadian kemarin malam.
"No Mami, hatiku cukup tegar, ini hanya masalah sepele." Rumi jentikkan kedua ujung jarinya, Mario tertawa melihatnya.
"Syukurlah, Mami khawatir. Hati-hati di jalan."
"Terima kasih Mami. Jangan khawatir tentang Rumi, yang lebih sedih dari semalam sudah bisa Rumi lewati." Rumi tertawa pandangi Mami.
"Jangan kasihani Rumi dong Mami." pinta Rumi melihat ekspresi wajah Mami Regina.
"Oh tidak, Mami hanya ingat waktu Mami seusia kamu kok." jawab Regina gelengkan kepalanya.
"Atim sudah menunggu lama, kalian Masih saja ngobrol." tegur Mario pada keduanya.
"Hehehe sabar dong papi." Regina terkekeh lambaikan tangan pada Rumi.
"Duh lupa curhat sama Mami." Rumi menepuk jidatnya.
"Curhat soal makanan yang sama bukan?" tanya Regina ingat Rumi hampir setiap hari dapat menu makan siang yang sama di kantor.
"Bukan Mami, nanti deh ya kalau sudah pulang terapi kita ngobrol." janji Rumi pada Mami Regina. Ia segera bergegas menuju kendaraan dimana Pak Atim menunggu.
"Berangkat Rum?" sapa Raymond tetangga depan rumah yang sedang menjemur Shakira anaknya bersama Roma sang istri.
"Iya, jalan dulu ya Bang." pamit Rumi, Raymond lambaikan tangannya, Roma juga ikut lambaikan tangannya pada Rumi.
"Pak Atim, ke kantor saya ya." pinta Rumi pada Pak Atim.
"Iya Non." langsung lajukan kendaraannya perlahan.
"Kata Mami, nanti jemput Mami lagi cari bahan." Rumi beritahukan Pak Atim.
"Siap Non Rumi." semangat sekali Pak Atim antarkan Rumi ke kantor. Sementara Rumi tidak sabar menunggu sore, dimana Larry nanti akan menjemputnya, satu hal lagi yang bikin tidak sabar hari ini merupakan hari terakhir Rumi terapi. Ia berhasil lewati setiap babak dan berhasil tinggalkan minuman keras tanpa pernah menyentuhnya lagi.
Rumi juga berhasil atasi ketakutannya jika bayangan Papa kandungnyanya yang tinggal di Brunei muncul dalam ingatannya. Papa seperti mimpi buruk untuk Rumi, dulu setiap ingat Papa Rumi selalu lari ke minuman biar bayangan Papa menghilang. Sekarang Rumi berhasil hilangkan bayangan itu tanpa bantuan minum keras, Alhamdulillah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 368 Episodes
Comments
Anonymous
.
2024-07-06
0
nha_82
semangat rumy...
2022-02-02
1
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya ditunggu thor geng kuartet tetap ada disini ya thor biar tambah semangat bacanya 😘😘😍😍💪💪👍👍
2022-02-02
1