NovelToon NovelToon

Because I Love You

Bayangan

Rumi pikir setelah berbesar hati melepas Larry dekati Femi, ia tidak akan pernah punya kesempatan miliki Larry. Rumi sudah ikhlas, walaupun ia tetap berusaha tunjukan isi hatinya pada Larry yang sering kali abaikan Rumi selama ini.

Bodo amat Larry mau terima Rumi apa tidak, tapi Larry harus tahu kalau Rumi mencintai Larry dan mengharapkan Larry jadi pasangannya. Rumi sudah dekati Daniel adiknya Larry, tapi tidak ada pengaruhnya, tetap saja Larry pilih dokter Femi.

Malah sempat bikin down juga Larry, saat bilang sama semua orang kalau ia akan kenalkan Femi dengan orang tuanya. Oh kesempatan bersama Larry rupanya hanya sebatas mimpi. Malah jodohkan Rumi sama temannya sesama pemain basket. Memang susah kalau tidak cinta, Rumi bisa apa.

Tahu diri saja, mana mungkin juga seorang Larry Prawira, Atlit basket anak pejabat, tampan, berprestasi dan banyak uang mau sama seorang Rumi yang pesakitan. Walaupun Rumi juga masih keturunan keluarga konglomerat dan sedang berusaha menjadi baik, tapi Rumi bukan pewaris langsung. Rumi hanya keponakan Papi Mario yang perlakukan Rumi seperti anaknya sendiri.

Rumi mesti dibikin down lagi kalau saja hatinya tidak sekuat karang. Ternyata Diky teman Larry sudah memiliki calon istri. Cobaan apa lagi ini, untung saja Rumi tidak jatuh cinta sama Diky. Malah kasihan saat melihat Diky yang disindir habis sama calon mertuanya yang kebetulan teman Mami sesama pemilik butik di daerah Selatan.

Rumi sudah bersiap lupakan mereka semua ketika pagi ini Larry hubungi Rumi. Mimpi apa dia, belum pernah-pernahnya hubungi Rumi sekalipun. Masih pagi pula.

"Leyi, kamu telepon aku atau salah hubungi orang. Ini Rumi loh bukan Femi."

"Iya aku mau bicara sama Rumi." Larry terbahak.

"Mau apa? tumben masih pagi nih."

"Nanti terapi kan?

"Iya."

"Aku temani ya. Diky tidak bisa temani."

"Oh Diky minta tolong kamu kah?"

"Tidak, Aku yang mau. Jam berapa aku jemput?"

"Jam Lima sore di lobby kantor ya."

"Oke see you Yumi."

"See you Leyi." duh wajah Rumi langsung saja sumringah, begitu tutup telepon langsung jingkrak-jingkrak dikasur, senang sekali Larry mau temani terapi.

Selama ini sudah diminta berulang kali selalu ada cara untuk menolak. Ah mimpi apa ini Leyi, bodo amat Femi. Kan sudah bilang kalau kita bersaing sehat. Terserah Larry dong pilih siapa. Tiba-tiba Rumi mau egois. Harapannya untuk miliki Larry muncul kembali. Tapi kok tidak tega sama Femi. Rumi putuskan untuk hubungi Femi, eh kok foto Femi tidak lagi tampak, nah loh ternyata Femi blokir Rumi. Kok bisa? kan mereka berteman baik. Biarin deh nanti kalau bertemu Larry akan Rumi tanya.

"Morning..." Rumi sudah rapi dengan pakaian kantornya.

"Morning, cerah sekali hari ini." Papi Mario tersenyum hangat menyambut Rumi.

"Nasi goreng atau Jus?" tanya Mami Regina pada Rumi.

"Rumi ambil sendiri Mami." jawab Rumi, Mami selalu saja ingin manjakan Rumi seperti bontotnya sendiri.

"Nanti Larry yang antar Rumi terapi, Mami tidak perlu buru-buru keluar dari Butik." kata Rumi beritahukan Mami yang lumayan sibuk dengan butiknya.

"Iya kah?" Mami senyum-senyum jahil, Mami tahu Rumi naksir berat sama Larry, Papi juga tahu itu.

"Tadi Leyi telepon Rumi." jawab Rumi dengan wajah sumringah. Papi Mario seperti acuh tak acuh tapi senyumnya penuh makna.

"Honey, minggu depan kita ke S'pore temani Rumi Medical Check Up." kata Mario pada Regina.

"Kenapa medical check up?" tanya Rumi bingung.

"Untuk memastikan kalau kamu sehat." jawab Mario.

"Rumi sehat kok Papi."

"Yah untuk lebih pasti lagi sebaiknya kita periksa. Hari ini terakhir terapi kan?' Mario memastikan.

"Iya Papi."

"Hasil terapi sudah bagus, jangan pernah sentuh minuman itu lagi Rum."

"Iya Papi."

"Ke Kantor di antar supir saja, nanti pulang dijemput Larry kan?" tanya Mario lagi.

"Hu uh." Rumi anggukan kepalanya sambil nikmati nasi goreng bikinan Bi Neneng.

"Nanti bilang Pak Atim, setelah antar kamu jemput Mami ya, Mami mau belanja bahan." pesan Regina pada Rumi.

"Iya Mami." Rumi anggukan kepalanya.

"Infus water tetap mau dimasukkan ke botol ajaib itu?" tanya Regina.

"No Mami, aku sudah beli the real tumbler yang untuk infus water." jawab Rumi, Regina terkekeh pandangi Rumi.

"Kalau begitu, botolnya sudah boleh Mami buang ya?" ijin Regina pada Rumi.

"Boleh Mami."

"Bakar saja Honey." pinta Mario pada istrinya.

"Oh baiklah nanti Mami minta Neneng untuk membakarnya." jawab Regina terkekeh.

"Rumi sudah selesai, Rumi berangkat ya." pamit Rumi pada Papi dan Mami.

"Iya sayang hati-hati." pesan Mario pada Rumi.

"Rumi sayangku..." panggil Regina sebelum Rumi keluar rumah.

"Ya Mami?" Rumi hentikan langkahnya.

"Arine dan Diky tidak bikin kamu down kan?" Regina ingat kejadian kemarin malam.

"No Mami, hatiku cukup tegar, ini hanya masalah sepele." Rumi jentikkan kedua ujung jarinya, Mario tertawa melihatnya.

"Syukurlah, Mami khawatir. Hati-hati di jalan."

"Terima kasih Mami. Jangan khawatir tentang Rumi, yang lebih sedih dari semalam sudah bisa Rumi lewati." Rumi tertawa pandangi Mami.

"Jangan kasihani Rumi dong Mami." pinta Rumi melihat ekspresi wajah Mami Regina.

"Oh tidak, Mami hanya ingat waktu Mami seusia kamu kok." jawab Regina gelengkan kepalanya.

"Atim sudah menunggu lama, kalian Masih saja ngobrol." tegur Mario pada keduanya.

"Hehehe sabar dong papi." Regina terkekeh lambaikan tangan pada Rumi.

"Duh lupa curhat sama Mami." Rumi menepuk jidatnya.

"Curhat soal makanan yang sama bukan?" tanya Regina ingat Rumi hampir setiap hari dapat menu makan siang yang sama di kantor.

"Bukan Mami, nanti deh ya kalau sudah pulang terapi kita ngobrol." janji Rumi pada Mami Regina. Ia segera bergegas menuju kendaraan dimana Pak Atim menunggu.

"Berangkat Rum?" sapa Raymond tetangga depan rumah yang sedang menjemur Shakira anaknya bersama Roma sang istri.

"Iya, jalan dulu ya Bang." pamit Rumi, Raymond lambaikan tangannya, Roma juga ikut lambaikan tangannya pada Rumi.

"Pak Atim, ke kantor saya ya." pinta Rumi pada Pak Atim.

"Iya Non." langsung lajukan kendaraannya perlahan.

"Kata Mami, nanti jemput Mami lagi cari bahan." Rumi beritahukan Pak Atim.

"Siap Non Rumi." semangat sekali Pak Atim antarkan Rumi ke kantor. Sementara Rumi tidak sabar menunggu sore, dimana Larry nanti akan menjemputnya, satu hal lagi yang bikin tidak sabar hari ini merupakan hari terakhir Rumi terapi. Ia berhasil lewati setiap babak dan berhasil tinggalkan minuman keras tanpa pernah menyentuhnya lagi.

Rumi juga berhasil atasi ketakutannya jika bayangan Papa kandungnyanya yang tinggal di Brunei muncul dalam ingatannya. Papa seperti mimpi buruk untuk Rumi, dulu setiap ingat Papa Rumi selalu lari ke minuman biar bayangan Papa menghilang. Sekarang Rumi berhasil hilangkan bayangan itu tanpa bantuan minum keras, Alhamdulillah

Jewer

Baru mau temani Larry makan sepulang terapi, malah bertemu Nanta yang tampak terburu-buru dan sedikit panik, rupanya Dania istri Nanta melahirkan. Larry putuskan tidak jadi makan dan gantikan Nanta menyetir, Mobil Larry tinggal di Warung Elite. Nanta dan Larry memang sahabat sejati, ditambah lagi Mike dan Doni.

Sampai diruang rawat inap, mereka bertemu dengan Mamon istri Papanya Nanta dan Bang Raymond sepupu Nanta yang sudah temani Dania lebih dulu. Ada Opa dan Oma Nanta juga disana.

"Rumi ini calonmu kah?" ah Bang Raymond malah tanya begitu, Rumi jawab iya saja biar jadi doa, lagi pula Larry tidak pernah marah juga. Nanta dan Dania tertawakan Rumi.

"Kalian kapan menyusul?" Bang Raymond lagi-lagi kasih pertanyaan menjebak, Rumi bingung jawabnya kalau begini.

"Tunggu hasil medical check up Rumi." loh Larry malah jawab begitu, bikin bingung kan. Tadi Papi minta Rumi medical Check Up dan sekarang Larry bilang akan menyusul Nanta dan Dania, tunggu hasil medical check up, berarti Larry setuju jadikan Rumi istri kalau bisa disimpulkan begitu.

"Bingung." jujur Rumi memang bingung, Nanta malah tertawa bilang Larry tidak romantis, apa itu barusan pernyataan cinta jaman now ya? memang tidak ada romantis-romantisnya sih Larry ini.

"Apa sih maksudnya?" Rumi mesti pastikan lagi.

"Papa setujui kita kalau kamu sehat." Larry tersenyum pandangi Rumi. Loh berarti Larry sudah bahas Rumi sama Papanya. Apa karena itu Papi ajak Rumi medical check up ke S'pore minggu depan.

Anak Nanta dan Dania benar-benar menggemaskan, duh kapan bisa punya anak seperti mereka? menikah saja belum.

"Pengen punya anak." Rumi bergumam sendiri, apalagi lihat Nanta menangis saat pertama kali bertemu anaknya. Jangankan Nanta bapaknya, Rumi saja rasanya jadi ingin miliki bayi juga.

"Medical Check Up disini saja, jangan di S'pore. Aku tidak sabar menunggu hasilnya, aku mau kamu sehat." sampai disitu saja kalimat Larry, harusnya ada lanjutan setelah itu kita menikah. Ih itu sih maunya Rumi.

"Leyi kalau aku sehat kamu mau menikah dengan ku?" Rumi tanya saja begitu lah, Larry tidak jelas Rumi harus pastikan sendiri. Larry anggukan kepalanya. Spontan Rumi memeluk Larry, mimpinya jadi istri Larry sebentar lagi jadi kenyataan. Memang dasar tidak romantis dipeluk begitu bukannya balas memeluk malah bilang banyak keluarga Nanta nih. Terpaksa deh Rumi lepas lagi pelukannya. Harusnya tadi jadi momen romantis untuk mereka berdua.

"Leyi ayo." ajak Rumi tidak sabar.

"Kemana?" tanya Larry.

"Temani aku daftar medical check up." Rumi tarik saja tangan Larry, mumpung mereka masih di rumah sakit. Daftar hari ini besok pagi tinggal lanjutkan ritual Medical Check Up. Harus puasa dulu kan selama sepuluh jam.

Larry lambaikan tangan pada Nanta, tanda pamit sebentar dari ruangan itu. Rumi beneran semangat ingin cepat medical check up. Ia juga ingin pastikan jika organ tubuhnya sehat tidak terganggu. Calon mertua ingin punya menantu sehat sepertinya.

"Leyi Aku senang sekali." wajah Rumi berbinar-binar.

"Jangan senang dulu, kita harus pastikan kamu sehat. Aku juga mau Medical Check Up untuk pastikan aku juga sehat." kata Larry ikutan daftarkan diri.

"Kenapa begitu, kamu kan sehat."

"Harus fair dong, aku perlu bukti kamu sehat aku juga harus buktikan kalau aku sehat juga." duh Larry selalu saja membuat Rumi ingin memeluknya. Selalu bicara apa adanya, tidak neko-neko walau kadang terkadang terkesan kejam karena tidak suka basa-basi.

"Ini persyaratan dari orang tua kamu ya, calon menantu harus sehat?" tanya Rumi.

"Karena kamu mantan pecandu. Papa khawatir ada penyakit efek minuman." jawab Larry jujur. Rumi anggukan kepalanya.

"Leyi mau peluk." pinta Rumi yang saking bahagianya ingin peluki Larry.

"Tidak boleh, ini wilayah umum." Larry tolak Rumi, tidak mau ambil kesempatan.

"Aku kan calon istri kamu." Rumi bersungut.

"Kalau memenuhi syarat." jawab Larry, ish kalau begini tidak jadi peluk rasanya. Mereka sudah selesai lakukan pendaftaran medical check up.

"Minta periksa kandungan juga ya." kata Larry lagi pada petugasnya.

"Kok begitu?" protes Rumi.

"Mau punya anak kan?" tanya Larry pada Rumi, Rumi anggukan kepalanya. Ini mau jadi istri kenapa seperti melamar pekerjaan ya. Apa kalau jadi menantu pejabat negara harus begini. Rumi menarik nafas panjang.

"Ribet ya?" tanya Larry tertawa pandangi Rumi.

"Tidak apa asal dihadapi sama-sama." jawab Rumi tersenyum manis.

"Cantik." Larry cubiti pipi Rumi gemas.

"Cium dong." Rumi monyongkan bibirnya. Tapi yang Rumi dapat malah jidatnya didorong Larry. Benar-benar deh katanya playboy tapi malah diajak peluk dan cium dari tadi menolak. Playboy apaan yang seperti ini, gerutu Rumi dalam hati.

"Leyi, beneran urusan kamu sama Femi sudah beres?" tanya Rumi pastikan jika Larry tidak permainkan Femi ataupun Rumi.

"Sudah, tanya saja Femi kalau tidak percaya." jawab Larry.

"Kan aku di blokir, kenapa ya?" tanya Rumi lagi.

"Karena dia cemburu sama kamu." Larry terkekeh.

"Kok gitu?" Rumi jadi bingung.

"Tidak tahu, dia berasumsi sendiri kalau aku jadikan dia pelarian karena kamu." jawab Larry.

"Padahal?" tanya Rumi.

"Tidak ya, buat apa jadikan pelarian. Lagi pula dia juga cemburu sama Balen." kata Larry lagi sebut Balen adik kesayangannya, adiknya Nanta sih sebenarnya, tapi dekat sekali dengan Larry.

"Masa?" Rumi terbahak.

"Ya begitu lah. Sudah ya jangan bahas Femi." kata Larry malas.

"Nah sekarang kamu malah dekati aku. Jadikan aku pelarian ya?" tanya Rumi tertawa.

"Menurut kamu?" Larry balik bertanya.

"Aku tidak peduli." jawab Rumi menggandeng erat Larry.

"Ish nempel nih." protes Larry karena dada Rumi menempel di bahunya.

"Biar saja. Suka tidak?" dasar Rumi pikirannya kemana-mana. Lagi-lagi jidatnya jadi sasaran telunjuk Larry.

"Kasar." Rumi merengek.

"Jadi cewek mesti bisa jaga diri." omel Larry membuat Rumi terbahak dan ingin cium pipi Larry saja rasanya. Gemas sekali punya calon suami seperti ini.

"Playboy palsu." Rumi tertawakan Larry.

"Maksudnya apa?"

"Kamu bukan playboy." kata Rumi tertawa.

"Memang bukan, orang saja sembarangan kasih statement." kata Larry tersenyum.

"Leyi I love you " kata Rumi lagi. Larry tertawa saja.

"Jawab dong." pinta Rumi.

"Malas gombal ah, nanti saja kalau semua sudah clear." jawab Larry tidak mau terbawa perasaan, padahal dari tadi sudah tahan diri karena Rumi selalu saja menggoda Larry.

"Payah ah." Rumi mendengus kesal.

"Nanti sudah love-love tahu-tahu hasilnya jelek. Repot kita." jawab Larry.

"Jangan berdoa yang jelek dong." protes Rumi.

"Makanya dari sekarang zikir terus biar semua lancar." jawab Larry pandangi Rumi.

"Ah susah deh punya calon suami bergaya Ustadz." gerutu Rumi. Sekarang telinganya yang jadi sasaran Larry.

"Leyi..." teriak Rumi mengusap telinganya yang kena jewer.

"Bukannya ikut zikir biar semua mudah malah bilang begitu." omel Larry.

"Iya zikirnya apa?" tanya Rumi akhirnya.

"Pernah zikir tidak sih?" tanya Larry lagi.

"Jarang." jawab Rumi jujur.

"Nanti di mobil ada buku zikir kamu bawa pulang baca dan amalkan ya." kata Larry pada Rumi.

"Oke sayang." jawab Rumi langsung saja cium Pipi kanan Larry gemas. Bodo amat deh kalau kena jewer lagi. Rumi sudah siap saja ketika tangan Larry mendekati wajahnya. Ups bukan di jewer tapi dicubit gemas sama Larry, Rumi jadi senyum-senyum senang.

Kedap Suara

"Ya ampun bermesraan di depan umum." Mike sahabat Larry gelengkan kepalanya saat melihat Rumi dan Larry. Larry monyongkan bibirnya saja, sementara Rumi cengar-cengir tanpa beban.

"Sudah lihat Nanta? kenapa disini?" tanya Mike pada sahabatnya.

"Habis daftar medical check up untuk besok." jawab Larry.

"Jadi ya?" Mike langsung cengar-cengir.

"Kalau cinta bilang cinta." langsung nyanyi dengan nada tidak karuan. Larry terbahak disindir Mike begitu.

"Ayo ke kamar Nanta." ajak Mike sambil menggandeng mesra Seiqa istrinya.

"Yuk." ajak Larry ikuti Mike.

"Gandeng dong Rumi." kata Mike membuat Larry menoyor kepala sahabatnya.

"Mana Doni?" tanya Larry.

"Dona masih rewel, sebentar tunggu Dona tenang baru Doni kesini." jawab Mike. Istri Doni sedang hamil jadi sedikit rewel.

"Jangan dipaksakan kalau begitu, kasihan Dona." kata Larry ikuti langkah sahabatnya itu.

"Nanti antar gue ke Warung Elite, ambil mobil ya." pinta Larry pada Mike.

"Oke Bos." jawab Mike membuat Larry kembali tertawa.

"Abi, duh ganteng betul kamu Nak." Seiqa langsung saja gendongi Abimana yang sangat menggemaskan. Padahal usianya baru beberapa jam.

"Anat Baen tuh." kata Balen membuat semua terbahak.

"Abi goeng." kata Richie adik bungsu Nanta, kembali semuanya tertawa.

"Itu Ubi goreng, Ichie." protes Nanta sambil tertawa.

"Sayan Abi." Balen langsung dekati Seiqa, berhubung tidak bisa peluk Abi dia peluki Seiqa saja, membuat Seiqa jadi cengengesan serasa punya dua anak.

"Baen peluk Kakak Rumi juga dong." pinta Rumi yang iri melihat Seiqa dipeluk Balen.

"Dantian ya." kata Balen mulai sok artis.

"Hahaha iya cantik." jawab Rumi terbahak.

"Duh Abi, Kak Yumi ajak pulang saja deh" kata Rumi gemas melihat Abi.

"Janan don, nanti Ante Baen ndak ada temenna." kata Balen menolak halus.

"Ante bantu Tania jaga Abi ya." kata Nanta pada adiknya.

"Ya don, ante jadain anat ante." katanya membuat semua terbahak.

"Nanta kamu jadi pindah rumah?" tanya Oma Nina pada cucunya.

"Jangan dulu Ma." tolak Kenan Papa Nanta, tidak mau Nanta pindah dari rumahnya.

"Nanti kita kalau menikah tinggal dimana?" bisik Rumi pada Larry. Ia jadi kepikiran kan, apa harus tinggal di rumah Mertua seperti Dania nantinya.

"Dirumahku." jawab Larry terkekeh. Memandang Rumi gemas.

"Asik." Rumi langsung senang saja, Larry tawarkan tinggal dirumahnya. Eh berarti sama mertua dong, kalau mereka tidak lagi di rumah dinas.

"Sudah tidak sabar." kata Rumi pada Larry, kembali ingin memeluk Larry. Memang Larry ini pelukable.

"Sabar dong, nanti malam jangan begadang." Larry ingatkan Rumi.

"Kalau aku sakit bagaimana ya?" Rumi tampak khawatir.

"Sakit kan bisa diobati. Pikirkan sehat saja." Larry ingatkan Rumi.

"Oke Leyi." Rumi tersenyum manis pandangi Larry, Rumi sangat bahagia Larry mau serius dengannya.

"Leyi, kamu belum makan loh." Rumi ingatkan Larry tadi tidak jadi makan karena antarkan Nanta ke rumah sakit.

"Oh iya, lupa." Larry terkekeh pegangi perutnya.

"Ayo makan dulu." ajak Rumi ikut pegangi perut Larry.

"Nanti saja di warung Elite." jawab Larry.

"Sibuk bermesraan berdua dari tadi." bisik Mike pada Nanta.

"Biar saja, elu kan juga begitu." Nanta terkekeh.

"Gue kan sudah halal." jawab Mike sombong.

"Jangan sombong." gerutu Larry yang tahu lagi dibahas sahabatnya. Semua jadi tertawakan Larry.

"Baen, Aban Leyi pilih Kakak Rumi loh." kata Mike pada Balen.

"Ndak jadi Tatak Pemi ya?" tanya Balen polos. Nanta dan Mike jadi terbahak dibuatnya.

"Kalau sama Kakak Femi, Aban Leyi tidak bisa ngobrol sama Balen lagi." jawab Larry menatap gadis kecil pelipur laranya.

"Ih sombon." Balen protes, Larry jadi terbahak memeluk gadi kecilnya.

"Siapa yang sombong singkong." kata Larry gemas menggendong Balen.

"Aban, ndak mo ngobol ama Baen." protes Balen.

"Itu kalau sama Kakak Femi. Makanya Abang pilih Kakak Rumi saja ya." bisik Larry pada Balen.

"Yah." Balen menganggukkan kepalanya senang.

"Minggu jadi ke Mal tidak?" tanya Larry ingatkan janjinya pada Balen.

"Minggu Balen syuting." Rumi ingatkan Balen.

"Wah ke Mal habis syuting atau bagaimana?" tanya Larry pada Balen.

"Aban itut ya temenin Baen teja." pinta Balen pada Larry.

"Oke." Larry langsung oke saja diminta Balen temani dirinya syuting.

"Jemput aku dulu terus jemput Balen ya." pinta Rumi pada Larry.

"Iya." jawab Larry tersenyum.

"Mamon tidak ikut temani kamu ya Baen, Mamon mau urus cucu." kata Nona pada Balen.

"Iya Balen sama aku saja Mamon." kata Larry siapkan diri.

"Titip ya Leyi." Nona bisa santai ada Rumi dan Larry yang temani Balen.

"Iya Mamon." jawab Larry.

"Balen, kamu ditemani Aban Leyi saja cukup?" tanya Kenan, khawatir Balen menangis di lokasi.

"Cutup." jawab si unyil membuat Kenan dan Micko terkekeh.

"Yuk balik, kasihan Nanta dan Dania mau istirahat." bisik Mike pada Larry.

"Yuk." Larry langsung setuju, ia sudah lapar juga belum makan.

"Nan, Dan, gue balik ya. Abi, Om Mike pulang dulu." Mike bicara pada ponakannya.

"Panggilnya Om?" tanya Nanta.

"Gue tadinya mau dipanggil Abi sama Umi, eh anak lu sudah duluan. Masa Abi manggil Abi." jawab Mike konyol semua langsung terbahak.

"Papa, anakku namanya ganti saja deh." kata Nanta karena nama anaknya dari tadi jadi bahan bercandaan Richie dan Mike.

"Tidak usah, itu nama yang bagus, panggil Bima saja jangan Abi." jawab Kenan, Micko pun ikut menolak permintaan Nanta. Semua kembali terbahak.

"Opanya keras kepala." kata Nona membuat semuanya terbahak.

"Bima, nanti bantu Opa urus perusahaan ya." kata Micko membuat Nanta gelengkan kepalanya. Usia anaknya baru berapa jam sudah diminta bantu urus perusahaan.

"Oma Opa, kami pamit." ijin Mike pada Oma dan Opa Nanta.

"Terima kasih ya kalian sudah datang." Oma langsung salami Mike, Seiqa, Larry dan Rumi.

"Sama-sama Oma." Larry anggukan kepalanya.

"Leyi jangan lupa minggu jemput Balen.' pesan Mamon pada Larry.

"Siap Mamon." Larry tertawa.

"Aban Leyi janan bei es tim ya." kata Balen pada Larry.

"Kenapa memangnya?" tanya Larry.

"Nanti muut Baen cemotan." jawab Balen membuat semuanya tertawa.

"Nanti Abang saja yang makan es krimnya." kata Nanta pada Balen.

"Enak aja." malah Richie yang protes, semua kembali tertawa.

"Leyi, thank you." kata Nanta pada sahabatnya. Larry acungkan jempolnya.

"Tuh kunci mobil lu ya." tunjuk Larry pada kunci Mobil Nanta.

"Iya." jawab Nanta anggukan kepalanya.

"Kenapa Mobil ada di Warung Elite?" tanya Mike pada Larry dalam perjalanan menuju Warung Elite.

"Tadi rencana mau makan, lihat Nanta terburu-buru." jawab Larry apa adanya.

"Makan dulu yuk, gue belum makan." ajak Larry pada Mike dan Seiqa.

"Oke." Mike langsung oke karena ia juga sudah lapar.

Setibanya di Warung Elite mereka langsung ambil posisi dan buku menu, lalu pesan makanan sesuai keinginan.

"Tinggal dimana kalian sekarang?" tanya Larry pada Mike dan Seiqa. Maklum pengantin baru, Larry belum tahu sahabatnya tinggal dimana.

"Apartment gue." jawab Mike.

"Tidak tinggal sama nyokap? sepi kan di rumah." tanya Larry lagi.

"Apartment sajalah biar bebas." Mike terkekeh, kalau di rumah bisa repot karena Mike selalu membuat Seiqa berteriak setiap saat.

"Apartment sudah ada kedap suara." jawab Mike lagi membuat Seiqa mencubit pinggangnya sementara Mike dan Larry terbahak.

"Kamar di rumah kamu pasang kedap suara dari sekarang dong Leyi." pinta Rumi membuat Larry tertawa dan siap menjentikkan jarinya ke dahi Rumi lagi, kesana terus sih pikirannya.

"Otak lu Rum." kata Mike terbahak sementara Rumi sibuk lindungi dahinya dari sentuhan Larry.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!