TWINS?

Harusnya ini eps udh up kemarin (liat pada tanggal 4 Maret sekarang tanggal 5). Lele udh setor dari magrib dan sampai hari ini masih status review sedang monster hunter up padahal lele setor jam 10 malam. Jujur, kesel banget sm MT kalo lagi kumat gini. Terpaksa yg kmrin lele apus dan kirim ulang walopun jadinya bolong 1 hari. Sabar sabar. Hari ini tetep up 1 eps dulu karena nguber 4YM.

----- back to Story :

Betapa terkejutnya saat Sean dan Marcus tiba di tempat Rico menunggu mereka. Lagi-lagi, putera dari Lovy menemukan sebuah benda yang mereka kenal di tengah kolam renang yang ditopang oleh sebuah landasan dari besi sampai ke permukaan air.

"I-itukan ...," ucap Sean sampai tergagap saat menunjuk benda hitam tersebut.

"Dari mana kau mendapatkannya?" tanya Marcus ikut heran.

"Aku ... menemukan sebuah tombol di gudang tempat penyimpanan alat selam tadi. Sebenarnya, aku tak sengaja saat menekannya karena ingin mengembalikan sisa alat selam. Tiba-tiba saja, aku mendengar suara gaduh di kolam renang. Ternyata, benda itu muncul dari dasar kolam renang," jawab Rico lugu yang berdiri di pinggir kolam.

"Akhirnya kita tahu dari mana helikopter aneh itu berasal, Marcus. Apakah ... orang yang mirip denganku itu ... anak buah Lea atau Harold?" tanya Sean menatap kawannya saksama.

"Aku rasa bukan. Aku baru melihatmu pertama kali ini begitupula kembaranmu itu. Aku kenal semua anak buah nenek dan kakek karena mereka sering berkunjung ke rumahku di Bolivia," sahut Rico menjelaskan.

"Rumahmu di Bolivia? Maksudmu ... selama ini kau, ibumu dan Matthew tinggal di Bolivia, begitu?" tanya Sean serius. Rico mengangguk lugu.

"Lalu ... siapa yang menjaga rumahmu sekarang?" tanya Marcus penasaran.

"Bibi penjaga rumah. Bibi sudah biasa ditinggal jika kami sedang pergi ke suatu tempat," jawab Rico santai.

"Apakah kauingat, di mana alamat rumahmu di Bolivia?" tanya Sean menatap Rico lekat, tapi kening Rico berkerut.

"Kau mau apa? Pasti kau ingin mengusik kehidupan keluarga kami ya? Jangan karena ayahku sedang tak ada, maka kau bisa semena-mena ingin mendekati mommy lagi! Tak akan kubiarkan kau bertemu dengannya! Tidak kuizinkan! Kau harus terima kenyataan Sean jika mommy tak mencintaimu, tapi mencintai ayahku Matthew. Cinta itu memang menyakitkan, tapi kau harus merelakannya!" tegas Rico menunjuk Sean dengan wajah garang.

"Hahahahaha!" praktis, tawa Marcus meledak. Ia sampai menangis mendengar ancaman Rico di mana bocah itu mengira jika Sean mencoba untuk kembali pada ibunya, meski kenyataannya tidak ada yang tahu isi hati Sean.

Sean terlihat berusaha menahan amarah. Ia memilih untuk pergi dan kembali masuk ke mansion lalu menghubungi kepolisan Kansas untuk menyelidiki temuan Rico tersebut.

Rico masih memandangi Sean tajam dari tempatnya berdiri penuh curiga. Sedang Marcus, berusaha untuk menahan tawanya seraya mendekati Rico.

"Jadi ... kau berpikir jika Sean dicampakkan oleh ibumu dan dia ingin merebut kembali cintanya dari ayahmu Matthew, begitu?" tanya Marcus seraya membungkukkan badan. Rico mengangguk mantap. "Oke. Kita masuk ke dalam. Kembalilah tidur," pinta Marcus. Saat Rico sudah melangkah, tiba-tiba ia menghentikan langkah dan membuat detektif berkulit hitam itu menoleh ke arahnya. "Ada apa?"

"Apakah ... ibu Sean masih hidup?" tanya Rico tiba-tiba.

"Ya, kenapa?" sahut Sean seraya melangkah keluar dari mansion dan sudah mengganti pakaiannya entah dapat dari mana baju kering itu.

"Kenapa kau tak tanya pada ibumu tentang pria yang mirip denganmu itu? Siapa tahu, kau memang kembar, Sean. Seperti di film-film. Kalian adalah saudara yang terpisah karena sesuatu," jawab Rico semangat.

"Kau terlalu banyak menonton film, Nak," ucap Marcus menatap Rico geli.

"Namun, film-film yang kutonton ada benarnya. Malah, banyak kejadian yang hampir sama terjadi. Seperti sekarang. Rumah nenek diserang oleh orang jahat tak dikenal. Kakek Harold hilang. Lalu, kita menemukan benda yang digunakan untuk menculikku. Ayah juga belum ditemukan dan ibu juga tak diketahui keberadaannya. Jika ini semua kebetulan, itu tidak mungkin. Terlalu banyak kejadian dan semua berkaitan!" jawab Rico menggebu.

Sean dan Marcus saling memandang. Tiba-tiba, suara beberapa kendaraan beroda empat memasuki wilayah kediaman Harold.

Kabar Sean dan timnya menemukan lorong rahasia dan helikopter di kolam renang, membuat pihak kepolisian tertarik untuk menyelidikinya lebih jauh.

"Dia yang menemukannya?" tanya Kepala Polisi Kansas menunjuk Rico.

"Yah, begitulah. Tak diduga, hem?" jawab Sean malas bertolak pinggang.

"Hem, anak yang cerdik. Jika dia seumuran denganmu, mungkin dia bisa menggantikan posisimu, Sean," sindir pria bernama Howard selaku inspektur yang membuat Sean langsung berwajah masam seketika.

"Hei, Jagoan. Temuan hebat," ucap Kepala Polisi seraya mengajak tos.

"Terima kasih, Pak," jawab Rico senang karena dipuji.

"Lalu ... apa kau mendapatkan petunjuk lain selain temuan dua hal mengejutkan ini?" tanya pria beruban itu.

"Sebenarnya, aku ingin bertemu ibu Sean."

Praktis, semua polisi di sekitar kolam renang langsung menoleh ke arah Rico terlihat kaget.

"Ibu Sean? Maksudmu ... nyonya Emerald? Kenapa?" tanya pria tersebut heran.

"Aku penasaran dengan pria yang berwajah sama dengan Sean. Aku yakin, pria itu tak memiliki bekas operasi wajah atau menggunakan topeng untuk menutupi sosok aslinya. Dia seperti kembaran Sean. Oleh karena itu, aku ingin tahu kebenarannya dari ibu Sean," jawab Rico serius.

"Haha! Kau percaya yang dikatakan anak ini? Aku kembar?" tanya Sean terkekeh geli. Semua orang diam menatap detektif tampan itu. "Rico. Aku sudah melihat kartu keluargaku. Di sana tertulis, aku anak tunggal, tak memiliki kembaran. Dugaanmu terlalu melenceng jauh. Berpikirlah yang logis, bukan berandai-andai," tegas Sean serius.

"Kata mommy, sekecil apa pun dugaan, harus dipastikan kebenarannya terutama dalam sebuah kasus. Apa salahnya cuma bertanya? Kau tak rugi apa pun. Apa kau takut, jika ternyata benar kau kembar, dan kembaranmu itu seorang penjahat?" balas Rico yang membuat semua orang terkejut.

"Wow, prediksimu kritis, Nak," tegas Marcus mencoba menengahi.

"Aku memang diajari oleh mommy untuk berdebat mempertahankan pemikiran sampai diketahui salah satu dari kami benar. Selama ini, aku memang selalu kalah dengan mommy. Namun, aku selalu menang dari ayah Matthew. Aku tak asal bicara. Aku bertemu langsung dengan pria itu. Aku berhadapan dengannya dan bisa kulihat jelas wajahnya. Dia mirip dengan Sean. Tak ada cacat di kulit wajahnya seperti melakukan operasi bedah. Aku yakin, mereka berdua kembar," jawab Rico mantap dengan pendiriannya.

"Aku muak dengan omong kosongmu. Pergi tidur. Tugasmu selesai malam ini, Sok tahu," tegas Sean kesal, tapi Rico juga demikian.

Anak lelaki itu berjalan dengan langkah gusar menuju mansion. Semua orang diam seperti memikirkan ucapan Rico yang terdengar konyol, tapi patut untuk ditanyakan.

"Maaf, Sean. Namun, aku ingin kau menghubungi ibumu besok pagi. Tanyakan hal ini padanya. Aku ingin, pembicaraanmu dengannya direkam. Ini perintah," tegas Kepala Polisi tersebut, dan Sean hanya bisa menghela napas pasrah dengan anggukan.

Pria berjas hitam itu memerintahkan kepada anak buahnya untuk menyelidiki temuan Rico sekaligus menyusuri lorong yang diinformasikan jika menembus ke tepian sungai tempat Rico diselamatkan.

Malam itu, Sean tak bisa tidur. Ia memikirkan ucapan Rico yang menganggu hatinya. Marcus menyadari jika kawannya itu seperti ingin membuktikan ucapan Rico meski terdengar tak masuk akal. Namun, patut dicoba.

Saat Sean tertidur di sofa karena enggan berdekatan dengan Rico, Marcus membangunkan Sean di mana matahari mulai menunjukkan sinarnya.

Sean terkejut, tapi dengan sigap bangun. Sedang Rico, masih tertidur lelap.

"Ada apa?" tanya Sean menahan kantuk.

"Jejak Harold ditemukan di pinggir sungai. Anjiing pelacak sedang mengikuti jejaknya," jawab Marcus yang membuat Sean langsung melebarkan mata.

"Sungguh? Padahal kita juga melewatinya, tapi tak menemukan petunjuk apa pun," ucap Sean bingung.

"Itu karena kita kembali ke mansion. Sedang para penyidik, pergi berlawanan arah. Inspektur dan orang-orangnya sedang menyusuri pinggiran sungai di mana mereka yakin jika Harold bergerak meninggalkan Topeka," jawab Marcus yang membuat Sean berkerut kening.

Sean langsung beranjak dan berjalan menuju ke kasur seperti ingin membangunkan Rico, tapi Marcus dengan cepat menahan tangan kawannya.

"Biarkan dia beristirahat. Kau sebaiknya segera menghubungi ibumu. Ingat, perintah dari Inspektur," tegas Marcus dan Sean mengangguk paham dengan helaan napas panjang.

Sean merapikan diri dan mencuci muka. Ia keluar dari kamar dan memilih untuk menghubungi sang ibu di ruang makan. Marcus duduk di sofa mengawasi Rico yang masih tertidur lelap.

"Kembar ya? Mungkinkah?" guman Marcus yang ternyata ikut terpikirkan dengan dugaan bocah kecil itu.

Terpopuler

Comments

aya aya

aya aya

kya sandara tpi G secerdas ituu

2022-07-17

0

💞mulan merindu💞

💞mulan merindu💞

aku juga sepemikiran dngan Rico,,,

lebih cerdik anaknya dripda bapaknya,,🤭🤭🤭

2022-03-10

3

lestari

lestari

anak yg cerdas,,didikan vesper kali wkwkwk

2022-03-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!