SUZANNE AND DOROTHY*

BROOM!

Aksi kejar-kejaran di padang gurun di hari yang terik, membuat wilayah yang tadinya sepi kini ramai dengan suara deru mobil dan motor yang saling kejar-kejaran.

"Bagaimana bisa seorang Lovy tertangkap? Pasti cara licik yang digunakan oleh para penjahat itu!" pekik Dorothy kesal saat ia mengokang senapan laras panjang dengan moncong bersilinder besar lalu keluar dari jendela samping untuk membidik mobil yang membawa seniornya.

"Bisa jadi mereka memanfaatkan Rico. Seorang ibu, pasti akan lemah jika sebuah hal menyangkut anaknya," sahut Vivi yang tak mau kalah dalam menunjukkan kemampuan mengemudi.

"What? Rico? Diculik? Oh, pantas saja. Kini semua menjadi jelas," geram Dorothy.

"Akan tetapi, aku tak melihat adanya tanda-tanda anak kecil dalam mobil mereka, D. Pasti Lovy ditipu!" sahut Suzanne dari sambungan radio.

"Tak perlu sisakan sandera. Kita bisa mencari Rico. Bunuh mereka semua!" seru D menyipitkan salah satu matanya ketika membidik target.

"Copy that," jawab Suzanne cepat dan menghindar dari belakang mobil penculik Lovy saat ia melihat dari spion jika Dorothy membidik targetnya.

Vivi terlihat tegang saat melihat Dorothy yang terlihat siap untuk menembak. KLIK! SWOSH! BLUARR!

"Oh shitt!" pekik Vivi terkejut saat tiba-tiba saja bagian belakang mobil di depannya meledak dan terbakar hingga terjungkal.

"Suzanne!" seru D saat ia berhasil membuat mobil yang membawa Lovy berhenti melaju.

"Roger that," jawab S yang kembali mendekat ke mobil tersebut.

Saat motor S mendekat dari samping, tiba-tiba saja, DOR! DOR! DOR!

"Shitt!" pekiknya kaget saat beberapa tembakan ditujukkan ke arahnya dari jendela samping mobil. Suzanne terjatuh dari motor saat menghindari tembakan.

Seorang pria muncul dari jendela mobil dengan menggenggam sebuah pistol. Ia menutup sebagian wajahnya dengan masker khusus berikut beberapa pria yang berhasil selamat dari ledakan.

DUAKK! BUK! BUK! BUK!

"Agg," erang Suzanne saat ia akan bangun dari motor, tapi mendapatkan sebuah tendangan di punggung hingga ia jatuh tersungkur menghantam badan motornya.

Pria itu menambah serangannya dengan menendang helm yang dikenakan oleh S sebanyak tiga kali dengan kaki kanannya hingga kepala S terbentur kuat dan membuatnya linglung.

Beruntung, S tak mengalami cidera parah karena mengenakan helm.

DODODODOOR!!

"Menyingkir dari saudariku!" teriak Dorothy marah dan memberondong sekumpulan pria itu dengan senapan laras panjang.

Praktis, para pria bersenjata itu langsung menghindar dari peluru-peluru mematikan yang dilesatkan Dorothy.

Dua orang pria terlihat berusaha mengeluarkan seorang wanita dalam mobil yang terlihat tak sadarkan diri.

"Itu Lovy!" seru Vivi saat mendapati Lovy seperti ingin dibawa pergi oleh para pria itu.

Para pria yang mendapat hujan peluru segera melakukan aksi balas tembak ke arah Dorothy. Sayangnya, wanita berambut pirang itu tak memberikan celah. Ia terus menggelontorkan pelurunya menghabiskan amunisi.

Vivi tak ingin kawannya diambil. Ia kembali nekat melakukan hal gila.

"Vivi! Apa yang kau—"

DUAKK!!

"Agh!" erang dua pria itu saat tubuh bagian belakang mereka yang membopong Lovy dihantam dengan moncong depan mobil hingga mereka terjungkal.

Tubuh Lovy jatuh bergulung-gulung di mana wanita itu masih tak sadarkan diri.

"Rasakan!" teriak Vivi geram kembali menginjak pedal gas mobilnya. Mata Dorothy melotot sampai ia menghentikan aksi tembaknya.

BROOM! KRAKK!

"Arghh!"

BROOM! KRAKK!

Dorothy langsung memejamkan matanya rapat hingga tubuhnya mematung. Ia bisa merasakan dua manusia di bawah ban mobil samping ia duduk terlindas.

Dorothy membuka mata lalu melirik ke arah Vivi yang terlihat tegang dan napasnya memburu.

Saat D mulai menghadap ke depan, ia terkejut ketika melihat sekumpulan pria yang berhasil lolos dari peluru-pelurunya berlari kencang menuju ke dua mobil yang selamat.

"Sial! Mereka kabur!" teriak Dorothy geram dan langsung keluar.

Vivi ikut terkejut dan keluar dari mobil. Keduanya melepaskan tembakan ke arah para pria itu dengan membabi buta menghabiskan seluruh amunisi.

DOR! BRUKK!

BROOM!

"Mereka berhasil kabur!" teriak D kesal.

"Oh! Aku berhasil mengenai satu!" sahut Vivi terlihat senang sampai melompat kegirangan. D melirik malas dan memilih untuk tak menanggapi hal tersebut.

"Agh, kepalaku pusing," ucap S saat ia melepaskan helmnya lalu memegangi kepala belakangnya.

"Kau tak apa?" tanya D cemas dan S mengangguk, meski wajahnya berkerut seperti menahan sakit.

"Oh, Lovy!" panggil Vivi yang bergegas berlari ke arah kawannya.

Lovy mulai bergerak dan membuka matanya, meski masih terlihat sayu. D dan S ikut mendekat lalu berjongkok di samping seniornya.

"Hei, kau tak apa?" tanya Vivi cemas saat membalik tubuh kawannya dan membuat Lovy terlentang.

"Emph. Yeah. Oh, mana Sean?" tanyanya menatap tiga wanita di hadapannya lesu.

"Sean?" ulang Vivi memastikan.

"Ya. Aku bertemu Sean, Vivi. Dia mengatakan ... ia ingin aku kembali padanya dan hidup bersama Rico," jawab Lovy terlihat sedih.

Praktis, mata Vivi melebar begitupula S dan D.

"Kaupercaya? Apa kau tak ingat jika Sean ingin menjebloskanmu di penjara? Dia berbohong, Lovy. Dia hanya memanfaatkanmu! Jika dia sungguh mencintaimu, kenapa dia membuatmu tak sadarkan diri? Lalu, kenapa dia menculik Rico? Kenapa tak ia lakukan sejak lama saat kau masih berada di Bolivia?" tanya Vivi terlihat marah sampai matanya melebar.

Kening Lovy berkerut. Ia seperti akan menangis, tapi ia tahan.

"Lovy. Kenyataan pahit yang harus kauketahui. Sean tak seperti yang kaukenal dulu. Dia menjadikanmu penjahat nomor satu di Amerika dengan status buronan. Dia bahkan memberikan banyak tuduhan kejahatan padamu atas kasus-kasus pembunuhan di berbagai negara bagian Amerika selama beberapa tahun silam. Kami tahu jika semua tuduhan itu benar karena memang kau pelakunya. Namun, kami berusaha menutupi. Hanya saja, Sean bukan suami yang mencintaimu seperti saat pertama kali kau bertemu dengannya, Lovy," ucap Suzanne yang membuat Lovy meneteskan air mata.

"Kalian sengaja mengatakan hal itu karena kalian memihak Matthew, bukan?" tanya Lovy melirik kakak beradik yang berdiri di sampingnya.

"Ini tak ada hubungannya dengan Matthew. Benar, kami mengidolakannya. Sayangnya, itu memang benar faktanya. Jika kau tak percaya, temui Sean. Dan kau akan tahu, kami mengarang cerita tersebut, atau kau yang bodoh karena termakan tipu muslihatnya. Itu hanya taktiknya untuk menyeretmu ke penjara, Lovy. Memisahkanmu dari Rico dan membuat Rico tak lagi mengenal ibunya," tegas Dorothy yang terlihat sudah enggan berdebat dengan seniornya.

"Sudahlah. Bangun," pinta Vivi seraya membangunkan kawannya.

Lovy segera duduk lalu berdiri. Ia diam saja terlihat sendu tak bersemangat seperti biasanya.

"Aku penasaran dengan rumah itu. Aku ingin memeriksanya," tegas S dan diangguki D.

"Hem, lakukan. Aku ingin memeriksa sekitar. Karena jujur, aku juga sedikit merasa aneh dengan sikap Sean. Maksudku ... dari mana para lelaki itu? Senjata-senjatanya? Mereka bukan polisi, tapi lebih mirip dengan agent khusus layaknya Red Lips, tapi beranggotakan laki-laki," sahut Lovy terlihat serius melihat bangkai mobil di dekatnya.

"Hem. Setelah mendengar penjelasanmu, aku setuju. Tetap terhubung," pinta S seraya menekan earphone di telinganya. Lovy mengangguk pelan.

***

ILUSTRASI

SOURCE : GOOGLE

Uhuy tengkiyuw tipsnya jeng Melva❤️ Lele padamu💋 Yg lain jangan lupa vote vocernya keburu angus ya😘

Terpopuler

Comments

Rasmonika Rari

Rasmonika Rari

dunia lele penuh dengan keindahan,cantik dan tampan semua le

2022-03-01

0

Rasmonika Rari

Rasmonika Rari

dunia lele penuh dengan keindahan,cantik dan tampan semua le

2022-03-01

0

Rasmonika Rari

Rasmonika Rari

dunia lele penuh dengan keindahan,cantik dan tampan semua le

2022-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!