Sean mengajak Rico berdiri agar ia bisa membantu melepaskan benda aneh yang sedang memperangkap tubuhnya. Rico menurut dan masih memandangi Sean lekat seperti memastikan sesuatu.
Mereka berbicara dalam bahasa Inggris. Terjemahan.
"Apa ... kita pernah bertemu sebelumnya, Paman?" tanya Rico dengan suara gemetar karena kedinginan.
"Belum. Namun, aku merasa kita akan menjadi teman akrab. Kau setuju denganku, Rico?" tanya Sean dengan senyuman seraya berjongkok mengamati benda aneh itu.
"Ya, aku juga berpikir demikian," jawab Rico yang tubuhnya kini dilindungi oleh payung oleh Sheila. Marcus ikut berdiri di samping anak malang itu.
"Bagaimana jika kita kembali ke fasilitas dulu? Aku akan meminta kepada petugas untuk menghubungi tenaga ahli melepaskan benda ini," saran Marcus, dan Sean mengangguk setuju.
Akhirnya, Rico terpaksa dinaikkan ke dalam truk tertutup karena benda seperti helikopter, tapi berbentuk layaknya udang bertangan besi itu akan menarik perhatian sipil jika terlihat.
Polisi masih merahasiakan dan mengamankan temuan mereka itu agar tak menimbulkan kepanikan dan kehebohan di media masa. Terlebih, korban yang terlibat adalah seorang anak kecil.
Sean dan Marcus menemani Rico bersama polisi lainnya di dalam truk. Sheila menyusul dengan mobilnya yang diparkirkan di kediaman Lea.
Selama perjalanan, para polisi itu masih berusaha untuk melepaskan besi yang mencengkeram kuat tubuh Rico seperti sebuah sabuk.
"Kita potong saja," ucap Marcus menyarankan.
Sean diam sejenak lalu menatap Rico lekat. "Rico. Apa kauingat bagaimana pria yang wajahnya mirip denganku ketika memasangkan benda ini ke tubuhmu?"
"Ya. Aku ingat. Saat ia membawaku berlari, benda ini seperti sudah disiapkan. Ia menarikku dan langsung mendorongku ke benda ini saat ia masih terbuka. Maksudku ... besi-besi ini. Mereka seperti jari-jari sebelumnya. Saat aku masuk ke dalamnya, pria itu merekatkannya seperti dikunci. Hanya begitu saja. Lalu tiba-tiba, aku dibawa terbang," jawabnya menjelaskan.
"Oh ... seperti pengait layaknya seat belt?" tanya Sean menyederhanakan istilah.
"Ya! Aku rasa begitu. Coba saja kalian tarik dari sisi kiri dan kanan. Mungkin bisa," jawab Rico menyarankan.
"Oke, Marcus. Kita coba. Aku sebelah kiri, dan kau sebelah kanan. Kausiap?" tanya Sean sudah berjongkok di posisinya dan Marcus dengan sigap memposisikan tubuhnya. Marcus mengangguk dengan tangan sudah berada di besi itu. "Satu, dua, tiga!" seru Sean menarik dengan kuat menggunakan dua tangan.
Rico melihat tangan-tangan dua polisi itu sampai menegang saat menarik besi di depan tubuhnya. Namun, kening Rico berkerut. Ia seperti menyadari sesuatu.
"Paman, sepertinya ... bukan begitu cara melepasnya," ucap Rico setelah Sean dan Rico mengerahkan seluruh tenaganya.
"Hah?!" pekik Sean dan Marcus bersamaan dengan mata melotot langsung menghentikan aksi mereka.
"Maksudku ... bukan ditarik begitu. Kaubilang seperti seat belt. Pasti ada tombol untuk menekan atau semacamnya yang membuat pengait itu lepas. Pasti terkamuflase dengan baik sehingga tak terlihat, tapi pasti ada. Coba cari benda yang bisa ditekan," jawab Rico tenang dan masih berdiri di truk yang membawanya pergi itu.
Sean dan Marcus saling memandang. Para polisi di sekitar mereka membantu dengan memberikan cahaya dari senter sembari ikut mencari tombol yang dikatakan oleh Rico.
Benar saja, "Oh! Aku menemukannya!" pekik Sean saat melihat sebuah tombol di belakang tubuh Rico tepat di punggungnya.
KLEK! KLAK!
"Terbuka!" seru Rico senang dan langsung keluar dari perangkap itu. Sean dan semua orang terkejut karena tak menyangka jika semudah itu. "Setelah kuamati, bentuknya seperti tulang rusuk manusia. Aku bagaikan paru-paru yang dilindungi di dalamnya. Wah, benda ini keren! Untung saja tak jadi dipotong," ucap Rico malah mengagumi benda yang bisa berdiri itu.
"Benda ini nyaris membunuhmu, Rico," tegas Marcus memasang wajah masam.
"Ah, tidak. Aku merasa terlindungi. Lihat, besi ini kuat!" jawabnya seraya memegang jari-jari besi hitam tersebut. Semua orang terdiam. "Buktinya, saat aku tenggelam, besi itu malah melindungiku dari benturan batu-batu dan benda-benda saat berada di sungai. Malah aku merasa, besi ini seperti anti peluru. Siapa pun yang membuatnya, pasti dia orang jenius dan kaya. Benda ini pasti mahal harganya," sahutnya riang.
Para polisi geleng-geleng kepala karena tak menyangka dengan hasil pengamatan bocah lelaki yang mereka selamatkan. Sean menatap Rico saksama dengan senyuman.
"Kau anak yang tangguh dan berani, Rico. Kau mungkin ketakutan saat diculik, tapi ... kau seperti bisa menguasai keadaan. Tak semua anak memiliki respon yang bagus sepertimu. Boleh kutahu, siapa yang mengajarimu?" tanya Sean yang kini duduk di samping benda hitam itu.
"Mm, ya. Ibuku. Jujur kuakui, mommy ... sangat hebat. Dia sering mengajakku berburu hewan di hutan dekat rumah. Semua hasil buruannya tak pernah luput dari tembakannya. Sayangnya, aku masih belum bisa menembak satu pun. Peluruku selalu meleset," jawabnya yang kini ditatap semua orang.
"Hei. Apa kaupunya foto ibumu?" tanya Marcus menatap Rico lekat.
Rico mengangguk dan segera melepaskan tas ranselnya. Saat Rico diculik, tas ransel itu masih berada dalam gendongannya termasuk ketika ia tersekap dalam benda mirip helikopter tersebut.
Rico mengaktifkan tablet-nya lalu mendatangi Sean yang duduk menunggunya.
"Ini ibuku. Aku memanggilnya mommy. Namanya Patricia," ucapnya seraya menunjukkan layar tablet-nya.
Praktis, mata Sean melebar. Ia langsung mengambil tablet itu dan memeganginya erat. Marcus dan semua polisi yang mengenal siapa isteri Sean dulu saling melirik dalam diam meski wajah mereka tegang.
"Pa-Patricia?" tanya Sean mengulang sampai tergagap saat menatap anak lelaki di depannya.
"Hem. Ibuku Patricia dan ayahku Matthew," jawabnya tenang.
Sean seperti mengalami sesak napas. Ia meletakkan tablet itu begitu saja di lantai truk. Marcus dengan sigap mengambil tablet itu dan menggeser layarnya seperti mencari foto lain dari koleksi gambar tersebut.
"Apa ada foto pernikahan mereka?" tanya Marcus menatap Rico lekat.
Rico menggeleng. "Di rumah juga tak ada foto pernikahan mereka. Kenapa? Apa kalian mengenal mommy dan ayahku?" tanya Rico memandangi orang-orang dewasa di depannya.
"Ya ... bisa dibilang begitu," jawab Marcus kaku.
"Sungguh? Wah, pantas saja. Mommy sering menceritakan padaku kisah-kisah keren seperti polisi ... penjahat ... lalu yang terakhir, dia berkisah tentang seorang sniper. Entah kenapa, setiap kisahnya terasa sungguhan. Aku bahkan masih ingat semua ceritanya tentang aksi-aksi menegangkan itu," jawab Rico dengan wajah berbinar.
"Oh ya? Sniper? Apakah ... sniper itu jebolan MI6? Seorang wanita?" tanya Sean masih terlihat seperti orang shock.
"Ya! Gadis itu direkrut saat umur 18 tahun, dan dia bisa 8 bahasa! Sungguh keren! Sayangnya, kehidupannya tragis. Ia keluar dari MI6 karena misi pertamanya gagal dan menewaskan seluruh anggota timnya. Hebatnya, hanya gadis itu yang masih hidup!" sahut Rico semangat.
Praktis, mulut Marcus dan para polisi yang mendengar hal itu menganga lebar.
"Apa mommy-mu memberi tahu, siapa nama gadis itu?" tanya Sean melanjutkan. Rico menggeleng. "Namanya adalah Lovina Serena Robinson. Dan dia, adalah ibumu yang kaukenal bernama Patricia Geraldo," jawab Sean tegas, tapi membuat mata Rico langsung melebar seketika.
***
uhuy makasih tipsnya faris❤️ yg lainnya kuy bagi yang belom😁 jangan lupa vote vocernya keburu angus ya. lele padamu💋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Wahyu Indrawati
rico bertemu ayah kandung nya...
2022-12-23
1
Ria Kurnia
Yuhuuuu. . Mas Liam, masih inget eike ga yaaaa....
2022-04-28
0
💞mulan merindu💞
rahasia suadah mulai terbongkar,,,jdi ikutan Tegang,,,😱😱
2022-02-22
2