FIRASAT*

Lele mau kasih info dulu. Jadi ya to, setelah 7 tahun kosong akhirnya lele isi lagi, maksudnya mau punya dedek bayi lagi. Horeee!! Doain lele tetep sehat dan gak mabokan ya, amin.

Nah, cuma kan manusia hanya bisa berusaha, Allah yang menentukan. Jadi lele udah bikin target. November akhir 2022, semua novel lele harus udah TAMAT yang status on going.

Seperti : MARCO-POLO, CASANOVA, LOVE IS HENRY, RED LIPS, dan kemungkinan besar KING D juga akan release tahun ini.

Nah, misal nanti dari beberapa novel itu ada yang belum selesai, tetap akan lele selesaikan, tapi lele jadi fokus dengan 1 novel saja dan pastinya, upnya juga jadi gak tentu karena fokus debay dulu.

Jadi harap dimaklumi dan dipahami ya. Family tetep prioritas utama lele. Itu aja kabar terbarunya. Terima kasih dan semoga 4YM2 bisa tamat akhir Februari ini biar utang lele gak numpuk ya ampun. Lele padamu❤️

----- back to Story :

Rico berteriak histeris hingga seluruh ototnya menegang. Bocah lelaki itu shock dengan tubuh berdiri mematung di atas tubuh Lea.

"Sir! Kami menemukan seorang anak di sini!" seru salah seorang pria dengan seragam polisi khusus yang melihat keberadaan Rico dari atas lubang basement.

Sayangnya, Rico yang mengalami guncangan hebat dalam jiwanya, tak menyadari jika rumah sang nenek sudah dipenuhi oleh pihak kepolisian karena mendapatkan kabar jika terjadi ledakan pada sebuah mansion.

Setelah disinyalir, rumah itu adalah milik Profesor Harold yang cukup dikenal di wilayah Kansas.

"Hei, hei, tenanglah. Kau tak apa?" tanya seorang pria berkulit hitam mendatangi Rico dengan tergesa.

Pria itu utusan dari satuan kepolisian di wilayah Kansas yang bertugas untuk menyibak insiden penyerangan di rumah mewah tersebut.

"Sir," panggil salah satu polisi dengan kepala menggeleng.

Pria berkulit hitam itu mengangguk paham. Ia tahu jika anak yang mereka temukan mengalami trauma pasca kejadian yang menyebabkan psikologisnya terganggu.

Polisi berkulit hitam yang berprofesi sebagai Detektif bernama Marcus, segera mengamankan Rico karena dialah satu-satunya saksi mata hidup atas insiden penyerangan dari pihak tak dikenal di kediaman Harold.

"Tenanglah, Nak. Aku kenal wanita itu. Dia Lea bukan? Dia wanita yang tangguh, dia pasti baik-baik saja," ucap Marcus seraya menggendong Rico karena anak itu tak bisa diajak berjalan karena tubuhnya tegang.

"Hik, hik, ne-ne-nek," jawabnya sesenggukan, tapi sudah tak ada air mata yang menetes.

Marcus bergegas membawa Rico ke dalam mobil untuk diamankan. Mobil tersebut pergi meninggalkan kediaman Harold. Marcus mendudukkan anak yang ditemuinya itu di sampingnya.

Marcus menatap anak itu lekat dan tetap mencoba untuk menenangkannya. Rico terlihat tegang dan matanya masih terbuka lebar seperti melihat sesuatu. Seolah, bayangan itu tak bisa hilang dari pikirannya.

Marcus membawa anak tersebut ke Rumah Sakit Polisi untuk memastikan jika fisiknya tak mengalami cidera, tapi anak itu malah memberontak dan berusaha kabur dari tempat pemeriksaan.

"Baik, baik, kau tak terluka, kau baik-baik saja, begitu?" tanya Marcus saat berhasil menangkap tubuh Rico.

Anak lelaki itu memberontak saat pakaiannya akan dilepaskan oleh perawat. Rico ketakutan. Matanya bergerak tak beraturan melihat orang-orang berseragam putih di sekitarnya mengenakan sarung tangan karet dan masker.

Rico menatap Marcus lekat yang kini memegangi kedua lengannya.

"Aku ingin ibuku! Mommy! Mommy!" teriaknya lantang dan kembali menangis.

Marcus terlihat bingung dan tetap berusaha menenangkan anak tersebut.

"Oke, oke. Aku akan bantu cari ibumu. Siapa namanya?" tanya Marcus menatap Rico lekat.

Seketika, Rico kembali tenang meski wajahnya tergenang air mata.

"Patricia. Patricia Geraldo," jawabnya dengan sesenggukan.

"Oke. Patricia Geraldo," ucap Marcus mengulang.

Pria itu langsung menoleh ke arah kawan polisi yang ikut menemani pemeriksaan di Rumah Sakit.

Polisi itu bergegas keluar untuk mencari identitas sang ibu dari anak yang mereka temukan. Namun seketika, kening Marcus berkerut.

"Patricia? Patricia? Apakah ... ibumu ... berambut pirang?" tanya Marcus menduga.

Rico menatap Marcus lekat lalu matanya bergerak ke para perawat dan dokter yang bertugas.

"Aku tak mau di sini. Aku takut Dokter," ucapnya.

"Oke. Kita akan keluar dari sini. Ayo, jangan takut. Paman tak mungkin menyakitimu. Buktinya, Paman datang menyelamatkanmu, bukan?" tanya Marcus lembut, dan Rico mengangguk.

Marcus akhirnya membawa Rico keluar dari tempat pemeriksaan. Detektif itu tak ingin trauma Rico berkepanjangan.

Ia mencoba berkonsultasi dengan beberapa orang dan mereka menyarankan agar anak lelaki itu dibawa ke fasilitas 'Trauma Healing' yang baru saja dibangun tak jauh dari rumah sakit.

"Kita mau ke mana?" tanya Rico yang mulai bisa mengendalikan dirinya.

"Ada sebuah rumah yang nyaman dan aman. Pastinya, orang-orang jahat itu tak akan datang dan mengusikmu. Kau percaya pada Paman? Paman adalah Polisi, lebih tepatnya, Detektif," ucap Marcus yang terpaksa membongkar identitasnya karena ingin mendapatkan kepercayaan dari bocah itu.

"Oke," jawab Rico dengan anggukan.

Marcus tersenyum dan terus merangkul pundak Rico saat mobil membawa mereka ke fasilitas tersebut.

Rico terlihat ragu saat akan melangkah keluar dari mobil, tapi Marcus meyakinkan jika ia akan baik-baik saja selama di sana karena pria itu berjanji akan selalu menemaninya.

"Ini kamarmu nanti. Kau suka?" tanya Marcus saat mereka memasuki sebuah kamar yang didominasi warna putih.

Terlihat taman bermain di luar jendela kamar. Rico melihat kamar barunya yang terasa nyaman dan memiliki beberapa mainan di sana.

Rico tak menjawab dan masih menggenggam tangan Marcus erat seakan tak diizinkan pergi olehnya.

"Bagaimana kondisi kakek dan nenek? Apakah ... apakah mereka ...?" tanyanya kembali berlinang air mata.

"Paman akan cari tahu. Oleh karena itu, kau harus kuat. Kau harus tegar. Kau anak lelaki. Dan kulihat, kau anak yang pintar. Kau bisa selamat dari insiden itu," ucap Marcus kembali berjongkok di samping Rico dan menatapnya lekat.

Rico balas menatap Marcus seperti memastikan sesuatu di matanya.

"Tiba-tiba saja rumah nenek diserang. Aku tak tahu siapa pelakunya. Namun, aku mendengar ada seorang pria seperti mencari sesuatu di rumah nenek. Dia mengira orang yang membawa benda itu kabur, jadi dia pergi. Mungkinkah yang dimaksud kakek? Soalnya ... saat kami akan pergi, nenek tak mau pergi karena kakek belum ditemukan," ucap Rico tiba-tiba yang ternyata mengingat dengan jelas kejadian itu.

Praktis, mata Marcus terbelalak lebar. Ia tak menyangka jika tak perlu melakukan pendekatan khusus untuk menginterogasi bocah lelaki itu.

"Wow, kau ... hem, kau memang anak yang hebat," ucap Marcus kagum sampai sulit berucap.

"Jika kakeknya adalah Harold dan neneknya Lea, aku tak terkejut, Detektif Marcus," sahut seorang wanita yang tiba-tiba muncul dari balik pintu dengan pakaian warna merah muda seperti suster.

Marcus langsung menoleh dan tersenyum. Ia mengangguk membenarkan.

"Halo, aku Sheila. Siapa namamu, Tampan?" pujinya seraya mendekati Rico.

"Ricardo Robinson. Panggil saja Rico," jawabnya pelan.

Marcus dan wanita bernama Sheila mengangguk pelan, tapi tiba-tiba mata Marcus melebar.

"Robinson?" tanyanya langsung memekik dan Rico mengangguk pelan. "Si-siapa ayahmu?" tanya Marcus berkerut kening.

"Matthew Geraldo."

Tiba-tiba saja, Marcus melepaskan tangannya dari lengan Rico. Pria itu langsung berdiri dan membungkam mulutnya dengan tangan kanan. Ia terlihat kaget akan sesuatu hingga seperti orang bingung.

"Ada apa, Marcus?" tanya Sheila menatap kawannya lekat.

"Aku harus pergi," jawabnya cepat.

"Kau berjanji akan menemaniku di sini! Kau sama saja seperti ayah dan ibu! Kalian meninggalkanku! Kalian semua pembohong! Orang dewasa pembohong!" teriak Rico tiba-tiba saja meluapkan seluruh perasaannya.

Marcus dan Sheila bingung. Rico mendorong dua orang itu agar keluar dari kamarnya. Marcus dan Sheila berusaha untuk menenangkan Rico, tapi anak itu bersungguh-sungguh menunjukkan jika dia ingin sendiri.

"Pergi! Kalian semua pembohong!" teriaknya marah hingga seluruh tubuhnya menegang.

"Kita sebaiknya keluar dulu, Marcus. Ayo," ajak Sheila menarik tangan kawan polisinya dan Marcus mengangguk.

"Oke. Jika kau butuh sesuatu, tekan tombol warna merah dekat kasurmu itu ya. Aku akan datang," ucap Sheila, tapi Rico yang diliputi amarah, diam saja tak menjawab. Anak itu menatap dua orang dewasa di hadapannya tajam.

Sheila segera menutup pintu dan membiarkan Rico menenangkan diri di kamar. Sheila langsung menatap Marcus tajam seperti mencari informasi dari dirinya.

"Kau tahu sesuatu?" tanya Sheila menatap pria itu lekat.

"Entahlah, tapi ... instingku. Mungkin karena itulah aku menjadi detektif. Aku harus menghubungi Sean," jawabnya cepat dan Sheila membuka mulutnya lebar seakan tahu maksud dari ucapan kawannya itu.

"Oke. Aku akan mengawasi Rico," jawabnya dan Marcus bergegas pergi untuk menghubungi kawan polisinya itu.

***

ILUSTRASI

SOURCE : GOOGLE

Uhuy tengkiyuw tipsnya😍 Wkwkwkw baru awal udah suruh crazy up ya ampyun😵

Terpopuler

Comments

aya aya

aya aya

naaahh ktmu ama bapak da luu

2022-07-16

0

🍍⭐

🍍⭐

selamat Aju punya Dede utun lagi... sehat2 ya...

2022-02-25

1

💞mulan merindu💞

💞mulan merindu💞

astagaaaaaa,,apa mungkin Rico akan bertemu dengan ayah kandungnya Sean,,,jadi penasaran,,,,

2022-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!