Rico bergegas merapikan perlengkapan karena ia nekat melakukan rencananya untuk membuntuti sang ibu selama misi pencarian sang ayah—Matthew.
Rico yang telah diajari oleh sang ibu untuk mengemasi barang ke dalam koper jika berpergian jauh, dengan cekatan dan sigap melakukannya.
“Oke. Aku akan mengeset alarm pukul 5.30 pagi. Mommy biasanya membangunkanku pukul 6 untuk bersiap,” gumannya sembari menyetel jam alarm digitalnya dan meletakkan di atas meja samping tempat tidur.
Kali ini, Rico sungguh tertidur karena tak ingin tertinggal saat ia akan meninggalkan rumah yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.
TRINGGG!!!
Mata Rico melebar. Ia langsung duduk meski rasa kantuk masih menyelimuti dirinya. Matanya bahkan masih terpejam, tapi tangan kanannya sibuk menekan tombol untuk mematikan alarm tersebut.
KLEK!
“Hoam. Hem, aku sudah bangun. Jadi … apa yang harus aku lakukan sekarang?” gumannya dengan mata tertutup, duduk di atas ranjang, dan masih tertutup selimut.
CEKLEK!
“Oh, wow! Kau sudah bangun. Mommy mendengar suara alarm dan ternyata kau yang menyalakannya. Kenapa?” tanya sang Ibu mendekati buah hatinya dengan senyum terkembang.
“Ayah pulang?” tanyanya sembari mengucek mata.
Sang Ibu menggeleng seraya mengelus kepala buah hatinya dengan wajah sendu.
“Ayo, kita cari ayah, Mom. Kita bisa mengunjungi rumah nenek Lea di Kansas,” ajak Rico yang kini membuka matanya lebar dan terlihat semangat.
“Hem, oke. Kalau begitu bersiap—“
“Aku sudah menyiapkan perlengkapanku agar kita tak membuang waktu. Aku akan ganti baju dan sarapan,” jawab Rico seraya beranjak dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi dengan tergesa.
Wanita cantik itu tersenyum sembari menggeret koper tersebut keluar ruangan. Rico mengintip dari balik pintu kamar mandi saat ibunya sudah pergi dan menutup pintu kamarnya kembali.
“Oke. Operasi mencari Ayah Matthew bagian pertama sudah berhasil. Aku tinggal melanjutkan ke bagian kedua. Mengekor ke mana pun Mommy pergi. Hem,” ucapnya menyemangati diri lalu segera bersiap.
Sang Ibu yang bernama Patricia, telah menyiapkan semua dokumen untuk kepergian mereka meninggalkan Bolivia menuju Kansas.
Patricia telah bersiap dan menghubungi beberapa orang untuk bersiaga saat menjemputnya nanti.
Pukul 8 waktu setempat, Rico dan Patricia menyempatkan sarapan bersama sebelum pergi ke Bandara. Rico menatap Ibunya seksama yang berpenampilan lain.
“Kenapa kau memakai wig berwarna pirang? Kau juga ber-makeup. Bahkan, cara berpakaianmu sedikit lain, Mom,” tanya Rico bingung.
Patricia tersenyum. “Karena, beginilah gaya Mommy ketika bekerja, Sayang. Selama ini, Mommy bekerja dari rumah. Mommy akan mendatangi beberapa tempat dan mereka tahunya, rambut Mommy pirang. Mommy tidak mau berbasa-basi hanya karena penampilan Mommy lain dari yang biasa mereka lihat,” jawab Patricia santai sembari mengiris daging panggang di piringnya.
Rico hanya mengangguk. Ia selalu penasaran dengan pekerjaan ibunya selama ini. Patricia tak pernah berterus-terang tentang pekerjaannya kepada sang anak entah apa alasannya.
Usai sarapan, Patricia mengajak Rico masuk ke mobil dan memberikan beberapa peraturan padanya.
Rico yang terbiasa hidup dengan jadwal pemberian sang ibu semenjak ia bisa membaca dan menulis, tak terlihat tertekan dengan permintaan wanita cantik itu.
“Oke. Aku mengerti, Mom,” jawabnya tenang dan sudah duduk di samping sang Ibu yang mengemudikan mobilnya sendirian.
“Kau anak yang cerdas, Rico. Jadi, apa yang kau ingin pelajari hari ini?” tanya Patricia sambil berkendara.
“Mm, aku lihat Mommy selalu kerepotan dengan berkas yang dikerjakan setiap hari. Aku ingin membantu. Aku tahu jika itu berhubungan dengan bisnis dan perusahaan. Namun, jika aku boleh tahu, usaha apa yang kaujalankan, Mom?” tanya Rico menatap ibunya seksama.
Patricia diam sejenak dan kembali tersenyum saat menoleh ke arah anaknya yang menatapnya lekat.
“Well, Mommy bekerja sebagai … penerjemah. Beberapa kolega dari rekanan bisnis ayahmu terkadang meminta surat kontrak yang harus dituliskan dalam bahasa tertentu,” jawabnya tenang.
“Ah, aku bisa membantumu. Aku ‘kan bisa 4 bahasa sepertimu, Mom,” sahut Rico antusias.
Patricia kembali terdiam, tapi tersenyum kemudian. “Sayangnya, kontrak kerja tak bisa dialihkan kepada sembarang orang, meskipun kau anakku, Rico. Nanti, kau akan mendapatkan kesempatan itu ketika berusia 20 tahun. Sebaiknya, kau mulai mempelajari bisnis. Bagaimana? Tak ada salahnya untuk mencoba. Apalagi kau akan bertemu nenek dan kakek yang notabene mereka adalah seorang pengusaha,” jawab Patricia dan Rico mengangguk setuju.
Patricia meminta Rico membuka tablet yang telah ia siapkan dalam sebuah tas ransel. Rico segera mengaktifkan tablet tersebut dan menunggu instruksi dari sang ibu.
“Carilah lewat internet, tugas dari seorang CEO. Perbedaannya dengan Presiden Direktur dan Vice President. Lebih tepatnya, kau mempelajari struktur organisasi sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Travel Agent,” ucap Patricia yang matanya fokus menghadap ke jalanan.
“Oh, oke. Struktur organisasi sebuah Perusahaan Travel Agent,” ucapnya mengulang sembari mengetik dalam kolom pencarian. “Ah, ketemu! Oh, di sini dijelaskan ada Dewan Direksi, Komisaris, Manager, Divisi dan … banyak sekali!” pekik Rico terlihat shock dengan data yang ditemukannya.
Patricia tersenyum. “Yah, itu akan cukup sampai kita tiba di Kansas.”
Rico langsung menghela napas panjang, tapi ia melakukan apa yang ibunya perintahkan. Patricia melirik Rico dengan senyuman dan tanpa sadar, mereka sudah tiba di Bandara.
Patricia mengawasi sekitar dengan mata elangnya. Sedang Rico, masih sibuk dengan tablet dalam genggaman dan terus mempelajari struktur organisasi tersebut dengan serius.
Bahkan sampai waktunya mereka menaiki pesawat, mata dan tangan Rico hanya terfokus pada ilmu baru yang dipelajarinya.
“Mommy ke kamar mandi sebentar. Jangan ke mana-mana,” pintanya serius dan Rico mengangguk pelan lalu kembali fokus pada kegiatan barunya.
Patricia membuka ponsel khusus di dalam kamar mandi dan membaca pesan di sana. Sebuah pesan yang ditulisakan dalam bahasa Arab (terjemahan).
‘Jejaknya terakhir ada di Nigeria. Semua anak buah Matthew tewas. Kami masih mencari pelaku yang sedikit ceroboh dalam menjalankan aksinya. Kami menemukan sebuah jari yang terpotong dalam mulut salah satu bodyguard Matthew. Target pencarian utama kita adalah, seorang pria yang kehilangan kelingkingnya di tangan sebelah kanan. N,’ tulis dari pesan tersebut.
Patricia mematikan ponselnya lagi dan kembali ke bangku sesuai nomor kursi. Namun, matanya melirik saat melihat seorang pria yang ia lewati di koridor, memakai sepatu boots layaknya militer dan membawa sebuah tas ransel yang ia pangku seperti takut kehilangan.
Kecurigaan Patricia semakin berpusat. Ia melirik Rico yang tak tidur selama penerbangan dan memilih untuk belajar.
Rasa khawatir menyelimuti hati Patricia karena anak semata wayangnya berada di sisi dan nyawanya bisa terancam.
Penerbangan kurang lebih 8 jam itu akhirnya berakhir. Rico mulai terlihat lelah dan mengantuk saat pesawat sudah mendarat dengan sempurna di Bandar Udara Internasional Kansas.
Patricia berjalan dengan tergesa sembari menggandeng tangan Rico menuju ke tempat pengambilan bagasi.
“Kenapa kau terburu-buru, Mom?” tanya Rico bingung sembari menggendong tas ransel.
“Mm, Mommy ingin ke toilet. Ayo, cepat-cepat!” pintanya sambil meringis dan Rico mengangguk paham.
Namun ternyata, Rico juga ingin ke toilet. Patricia mengizinkan puteranya masuk ke kamar mandi dan memantaunya dari pelacak yang ia tanam dalam lapisan tas ransel yang puteranya bawa.
Diam-diam, Patricia mengawasi gerak-gerik lelaki yang dicurigainya saat di pesawat.
Dan benar saja, pria itu masuk ke kamar mandi pria dengan gelagat mencurigakan karena ia menoleh ke kanan dan ke kiri seperti memastikan jika ia tak diawasi.
Patricia menyipitkan mata. Ia berdiri tegak dengan pisau yang terbuat dari karet tajam seperti pisau lipat. Benda itu sudah siap dalam genggaman tangan kiri di balik lengan jaket kulit.
“Mom!” panggil Rico saat ia keluar dari kamar mandi dan terlihat baik-baik saja.
Patricia lega. Ia lalu merangkul pundak anaknya dengan tangan kanan menuju ke pengambilan koper. Dengan sigap, ia menyelipkan pisau itu lagi agar tak terlihat sang anak di balik lengan jaket kulit.
DRETTT!
“Hei, kau di mana?” tanya Patricia sembari melihat sekitar mencari keberadaan orang dari sambungan telepon tersebut.
“Aku di luar. Bawa Rico padaku. Dia akan aman sembari kau menunggu bagasi,” jawab seorang wanita dan Patricia mengangguk pelan.
“Hei. Nenek Lea sudah ada di luar. Kautemui dia dulu. Kasihan, dia sangat merindukanmu,” pinta Patricia dengan senyum manis menatap anaknya seksama.
Rico mengangguk dan segera berlari menuju ke luar dari ruang bagasi. Patricia melihat Lea sudah menunggu dengan beberapa anak buah bersamanya berpakaian sipil sedang menyamar.
“Granma!” teriak Rico riang yang langsung memeluk Lea. Sang nenek menyambut pelukan hangat dari cucunya itu.
Patricia melihat Rico dibawa masuk ke sebuah mobil SUV bersama Lea dan beberapa pria menjaganya.
Sang ibu terlihat lega, tapi matanya kembali memindai sekitar untuk mencari tahu keberadaan pria yang tadi masuk ke kamar mandi.
Patricia penasaran. Ia mendatangi kamar mandi karena tak menemukan sosok itu di mana pun.
Hingga akhirnya, matanya menyipit ketika melihat sepasang sepatu yang dikenalinya memijak lantai kamar mandi pada bilik sebuah toilet. Namun, kedua tangan orang itu terjuntai dengan darah mengalir. Mata Patricia terbelalak.
Ia melihat sekitar dan sengaja masuk ke dalam. Wanita cantik itu mengeluarkan ponselnya dan mengaktifkan rekaman video.
Ia berjongkok lalu menyelipkan tangannya yang menggenggam ponsel ke celah bagian bawah bilik. Patricia ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Seketika, mata Patricia terbelalak. Ia melihat hasil rekamannya. Terlihat, pria itu telah tewas dengan leher di gorok dan tas yang ia bawa telah hilang. Patricia segera keluar dari kamar mandi dengan tergesa.
“Mam, sepertinya Anda salah masuk,” tegur seorang lelaki ketika mendapati wanita cantik keluar dari kamar mandi pria.
“Hahaha, ya kau benar. Oh, aku malu sekali. Oleh karena itu, aku bergegas keluar, tapi ketahuan olehmu. Jangan bilang siapa-siapa ya,” ucapnya sembari memegangi wajahnya dengan kedua tangan.
Lelaki itu terkekeh dan mengangguk. Patricia segera pergi dan masih berakting tersipu malu. Patricia segera mengambil koper miliknya dan sang anak lalu menggeretnya keluar menuju ke mobil jemputan.
“Mana Lea dan Rico?” tanya Patricia saat ia sudah masuk di mobil dan ternyata tak satu kendaraan dengan sang anak.
“Mereka jalan duluan. Kenapa, Nyonya?” tanya sopir curiga.
“Ikuti cepat! Ada yang tidak beres,” pintanya mendesak, dan segera, mobil melaju kencang mengejar SUV hitam yang membawa Rico serta Lea menuju ke kediaman Harold. “Ada kabar terbaru?” tanya Patricia lagi dan orang-orang itu menggeleng.
“Nia masih menyelidikinya, Nyonya. Hanya saja, Nyonya Lea meminta Anda untuk ikut serta dalam penyelidikan ini. Kami kekurangan orang mengingat permintaan misi semakin banyak dari pelanggan,” jawab seorang pria yang duduk di sebelahnya.
Kening Patricia berkerut. “Pelanggan? Apakah Lea membuka jasa The Red Lips secara publik?” tanyanya menebak.
“Tidak. Namun, Nyonya Lea sudah mengembangkan tugas bagi para anak didiknya. Mereka kini menjadi pembunuh bayaran sepertimu, Nona Lovy. Anda, pencetus ide tersebut. Bahkan, Peter dan Vivi ikut terlibat.”
Mata Patricia membulat penuh dan mulutnya sampai menganga karena kaget. Ia terlihat marah, tapi berusaha menahannya.
“Ingat. Panggil aku, Patricia. Lovy sudah hilang. Jangan sampai kalian keceplosan di hadapan Rico. Paham?” tegas Patricia dan semua pria dalam mobil tersebut mengangguk.
Patricia menghela napas panjang. Ia terlihat pusing memikirkan banyak hal aneh semenjak hilangnya Matthew. Patricia berpikir, jika ia memang harus turun tangan untuk membawa Matthew kembali.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
Jangan lupa vote vocer gratisnya sebelum hangus ya. Kuy mumpung masih kosong segera tips poin dan koin ya💋
Jangan lupa like semua chapter yang kalian baca nanti plus ramaikan kolom komentar. Makasih dan semoga ceritanya berkesan❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
aya aya
dlm benak Q visualx si lovy adlah Anna d film ANNA
2022-07-16
1
Sisi Mhd
jadi inget barbara di ADW 🤣
2022-04-19
0
✿🌸𝓬𝓮𝓷𝓽𝓸𝓷𝓰✘
Rico guanteng ya pdhal March kcil kak lele dlu mmh ya Rico pas nyidam mkn ya apa sih kok ank ya bsa guanteng gtu😂
2022-04-13
1