Sedang di tempat Sean berada. Rico diminta untuk tetap ke kantor kepolisian Kansas memberikan kesaksiannya.
Sean, Rico, Marcus dan Sheila terpaksa meninggalkan tempat penyelidikan di kediaman Harold untuk memenuhi panggilan tugas.
Rico yang sudah dibekali oleh Marcus selama perjalanan menuju ke kantor polisi, tak membuat anak lelaki itu takut ketika ia diinterogasi oleh polisi yang bertugas. Ia malah terlihat santai saat pertanyaan-pertanyaan kritis itu diajukan.
Kesaksiannya, membuat para polisi kagum dan semakin yakin jika anak lelaki itu memang keturunan dari seorang mantan sniper MI6 bernama Lovina Serena Robinson, mantan isteri Sean Wilver.
Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Terjemahan.
"Oh, jadi ... kau sebelumnya tak tahu jika ibumu bernama Lovina Serena Robinson yang dulunya mantan sniper di MI6?" tanya seorang polisi terlihat ramah. Rico menggeleng.
"Aku baru mengetahuinya dari Sean," jawab Rico lugu. "Pak polisi, apa kautahu hubungan Sean dengan mommy-ku? Rasanya dia mengenal mommy. Apakah ... mereka dulunya berpacaran lalu putus dengan menyakitkan seperti di film-film?" tanya Rico malah balas menginterogasi.
Praktis, pertanyaan polosnya membuat para polisi yang ikut mendengar di balik dinding ruang interogasi terkekeh.
Sean terlihat malu dan memilih untuk diam enggan berkomentar. Sedang Marcus, terlihat gembira karena kawan seprofesinya itu sampai tak bisa berkata-kata.
"Ya, bisa dibilang demikian. Kenapa kau tak bertanya saja pada Sean? Kami tak begitu mengenal ibumu," jawab Polisi tersebut tak ingin terlibat.
"Tidak mau. Sean galak padaku," jawab Rico berterus terang malah melipat kedua tangan di depan dada.
Polisi tersebut menahan senyum dan tetap terlihat fokus dengan pertanyaan selanjutnya.
"Oke, kembali ke topik utama. Rico, kulihat kau anak yang pintar dan tegar. Kau mungkin takut, tapi ... Paman yakin jika kau bisa membantu kami memecahkan kasus ini. Kau ingin agar pelaku kejahatan ini ditangkap dan diadili bukan?" tanya Polisi tersebut yang sepertinya ingin melibatkan Rico dalam kasus ini.
"Ya, tentu saja. Aku ingin terlibat! Namun, bisakah Paman juga membantu mencari ayahku Matthew? Sepertinya ... ayah diculik," pintanya, tapi permintaan itu membuat polisi tersebut terkejut, termasuk para pendengar.
"Maksudmu ... ayahmu Matthew diculik? Dari mana kautahu?" tanya Polisi tersebut menatap Rico lekat. Rico terlihat serius seketika.
"Karena ... alasan kami datang ke Kansas karena ayah Matthew tak pulang. Dia tak bisa dihubungi. Ayah Matthew bukan tipe pria yang ingkar janji. Lalu sebelumnya, kudengar mommy seperti menghubungi seseorang yang sepertinya tahu di mana ayah berada. Namun, saat aku tiba di Kansas, malah mommy pergi meninggalkanku di rumah nenek. Lalu tiba-tiba, rumah nenek diserang, dan begitulah. Sampai sekarang aku tak bisa menghubungi mommy," jawab Rico lalu tertunduk lesu.
Sean yang baru mengetahui hal tersebut berikut polisi lainnya berkerut kening. Saat Sean akan masuk ke ruang interogasi, kepala polisi menahannya dan meminta untuk tetap di tempat tersebut menyimak.
"Tanyakan ke mana ibunya pergi," pinta Kepala Polisi kepada petugas interogasi. Polisi tersebut mengangguk lalu menatap Rico lekat.
"Oke, akan kami bantu. Namun, kau harus membantu kami terlebih dahulu. Apakah kautahu, ke mana ibumu pergi?"
Rico menaikkan pandangan dengan anggukan. Praktis, pengakuan Rico membuat para polisi itu terkejut untuk kesekian kalinya.
"Nigeria. Mommy pergi menggunakan pesawat pribadi kakek Harold. Seharusnya, kalian bisa melacak penerbangan itu. Kata mommy, semua hal sekarang bisa dilacak," jawab Rico mantap.
"Segera periksa penerbangan yang dikatakan bocah itu. Sial, kita malah diajari!" geram Kepala Polisi karena merasa terlambat dalam bertindak. Polisi yang ditugaskan segera memproses perintah tersebut.
Rico masih terlihat tenang saat ditatap oleh polisi yang menginterogasinya. Polisi itu mengangguk pelan lalu melirik ke arah jendela di mana mereka diawasi dari sana.
"Baiklah. Kau kini dilibatkan dalam pencarian kakekmu Harold. Soal ke mana ibumu pergi, dan Matthew yang menurutmu diculik, akan kami bantu mengusutnya. Selama penyelidikan, kau akan diawasi dan dilindungi oleh Marcus serta Sean. Jadi, bekerja samalah dengan baik bersama mereka agar kasus ini segera diselesaikan. Kau mengerti?" tegas Polisi itu, dan Rico mengangguk mantap.
Polisi itu lalu mengajak Rico tos kepalan tangan. Rico juga diberikan donat serta soda untuk ia nikmati. Rico merasa senang karena ia merasa sesi interogasi itu tak menyeramkan seperti yang ia lihat di film-film.
"Dia anak yang hebat. Jangan sampai pria yang lolos dari kejaran kita dengan wajah mirip denganmu mengambil Rico. Kau mengerti, Sean?" tegas Kepala Polisi Kansas menunjuk Sean.
"Sure, Sir," jawab Sean tegang.
Sesi interogasi hari itu selesai dan akan dilanjutkan esok hari usai mereka menyelidiki kediaman Harold. Ternyata, kasus itu meluas.
Bukan hanya mengenai penyerangan dari pihak tak dikenal ke kediaman Harold dan juga polisi, tapi hilangnya Matthew dan Lovy yang mencari keberadaannya, membuat para polisi yakin jika orang-orang yang masuk daftar tersebut terlibat dalam sebuah kasus yang belum pernah mereka jamah sebelumnya.
Hal itu, membuat kepolisian Kansas semakin berambisi untuk mengusutnya.
"Bagaimana, Jagoan? Enak donatnya?" tanya Sean saat masuk ke ruang interogasi dan mendapati Rico makan dengan lahap.
"Kau mengejekku?" tanya Rico melirik Sean tajam dengan mulut penuh dengan cokelat.
"Kenapa kau galak padaku?" tanya Sean bertolak pinggang.
"Karena kau yang melakukannya duluan. Aku akan bersikap manis kepada orang yang baik padaku," jawab Rico seraya menjilat telunjuknya yang terkena cokelat.
Marcus tersenyum tipis melihat Rico dan Sean seperti belum akur layaknya ayah dan anak.
"Paman Marcus, boleh aku bertanya?" tanya Rico yang kini mengelap mulut dan tangannya yang kotor dengan tisu. Marcus mengangguk. "Apakah aku sebagai saksi boleh dilibatkan? Aku masih anak-anak dan di bawah umur," tanyanya menatap Marcus lekat.
Praktis, pertanyaan itu membuat Marcus dan Sean tersenyum tipis.
"Kalau kau kuminta untuk tetap di fasilitas trauma atau tinggal di rumah Sheila, apakah kau mau?" tanya Marcus menatap Rico lekat. Anak lelaki itu langsung menggeleng cepat. "Oleh karena itu, kau kami libatkan. Itu juga karena kau yang menginginkannya. Benar 'kan?" tanya Marcus, dan Rico mengangguk cepat membenarkan.
"Jika sudah tahu jawaban dari pertanyaanmu, kenapa masih bertanya?" tanya Sean ketus.
"Aku hanya ingin memastikan. Lihat! Dia yang membuatku membencinya. Jadi bukan salahku jika aku galak padamu!" seru Rico menunjuk Sean dengan sebal.
Sean terlihat gemas dengan anak lelaki Lovy yang sangat pintar membuatnya marah. Para polisi yang masih menyimak perdebatan itu ikut tertawa.
"Oke, kalian lanjutkan nanti bertengkarnya. Sebaiknya, kita kembali ke rumah Harold. Kita belum menuntaskan penyelidikan kita," ucap Marcus mencoba mendamaikan dua lelaki yang masih berselisih itu.
Rico segera beranjak seraya membawa kaleng sodanya. Sean terlihat begitu bersabar menghadapi anak lelaki Lovy. Marcus dan Sheila hanya tersenyum melihat keduanya belum bisa menjadi partner yang baik.
Mereka berempat pergi meninggalkan kantor kepolisian Kansas menjelang malam. Setibanya di kediaman Harold, anak lelaki Lovy terlihat serius mencari petunjuk tentang keberadaan sang kakek.
Lea yang masih dirawat dan mengalami koma, tak bisa memberikan informasi apa pun. Meski demikian, Lea diawasi oleh para polisi yang bertugas.
Sayangnya, hingga malam menjelang, belum ada petunjuk yang mereka temukan.
"Ini sudah malam. Kita sebaiknya pulang dulu dan lanjutkan penyelidikan esok hari. Bagaimana?" ajak Sheila.
"Aku tidur di rumah nenek saja. Walaupun rumahnya berantakan, tapi masih bisa ditinggali. Aku mau di sini," jawab Rico yang kini berada di kamar Harold bersama para polisi tersebut.
Sean dan Marcus saling berpandangan.
"Kalau begitu, aku akan menemanimu. Aku juga ingin penyelidikan ini segera berakhir," jawab Sean, dan diangguki Marcus.
"Baiklah. Esok pagi aku akan datang membawakan sarapan. Untung saja bos mengizinkan kalian berada di tempat kejadian perkara. Hem, ini jarang terjadi, tapi ... semoga beruntung," jawab Sheila lalu pamit pergi.
Rico yang terlihat lelah karena tak menemukan petunjuk keberadaan sang kakek langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur.
Sean melihat putera dari mantan isterinya seperti mengantuk. Ia membiarkan Rico untuk tidur. Sean mengajak Marcus berbicara di sofa panjang masih dalam ruangan yang sama.
"Marcus, aku rasa ini ada hubungannya dengan masa lalu Lovy," ucap Sean berbisik. Marcus menatap kawannya lekat. "Maksudku ... dia selama ini masih diawasi oleh MI6. Aku yakin, saat ia tiba di Kansas, Lovy telah diincar. Mungkin selama 10 tahun Lovy berhasil menghindar dan menyembunyikan diri, tapi ketika ia muncul di Kansas, dia sudah ditandai. Aku yakin, orang-orang itu pastilah yang diancam oleh Lovy saat ia keluar dari MI6. Mereka pasti menganggap jika Lovy ancaman sehingga harus dihabisi," tegas Sean.
Marcus terlihat serius mendengarkan dugaan dari Sean.
"Jika itu benar adanya, kita harus melindungi Rico. Kaulihat sendiri, Rico sampai terlibat. Ia hampir diculik hingga dua kali. Selain itu, pria yang mirip denganmu itu seperti tak takut dengan polisi. Jarang ada penjahat yang berani muncul bahkan melakukan teror kepada polisi secara terang-terangan. Bisa jadi, kau juga telah diincar, Sean. Pria itu, memiliki wajah sepertimu," tegas Marcus, dan hal itu membuat Sean langsung tersentak.
"Sial, aku baru menyadarinya. Kau benar, aku pasti sudah diawasi selama ini," jawabnya langsung mengusap wajah dengan kasar menggunakan dua tangannya.
Sean dan Marcus memandangi Rico lekat yang tertidur pulas di atas kasur Harold.
***
kwkw mak ben ngamuk lagi ngasih tipsnya😆 tengkiyuw ya mak❤️ adeh lapar semoga tiponya gak menyeramkan😁 kwkwkw lele padamu jangan lupa vote vocernya keburu hangus ya❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Firoh Nasa Karangjati
wkwkwk. gimana sih pak pol 🤣
2023-07-05
1
👑 N¡e©hα💣
memang bener" anaknya mbk lovy ini hahaha
2022-03-03
1
lestari
rico pinter bngt 😊
2022-03-03
0