Tentu saja, insting seorang ibu dalam diri Patricia atau nama sebenarnya Lovina Serena Robinson memaksanya kembali ke Kansas.
Terlebih, setelah timnya mengkonfirmasi jika Lea dan Harold tak bisa dihubungi termasuk para penjaga di mansion.
Kecurigaan Lovy semakin menguat saat ia melihat GPS yang ia pasang pada tas anaknya tiba-tiba tak terlacak setelah meninggalkan Kansas.
Lovy menduga jika Rico diculik oleh orang yang dicurigainya saat di kamar mandi bandara. Namun, wanita cantik itu sudah melihat titik terakhir dari GPS tersebut sebelum padam.
New Mexico, kini menjadi incarannya di mana ia yakin jika penjahat itu membawa buah hatinya entah apa yang ia inginkan.
"Begitu tiba di Kansas, kalian selidiki kasus ini. Aku akan pergi ke New Mexico mencari Rico. Aku serahkan pencarian Matthew pada Nia dan ia sudah menyanggupinya," ucap Lovy kepada timnya saat ia sudah mendapatkan konfirmasi dari kawan satu organisasi 'The Red Lips' melalui ponsel.
Pesawat Harold mendarat dengan sempurna, tapi para penumpangnya gagal menuju ke Nigeria seperti jadwal seharusnya.
Pihak Lovy berdalih dengan mengatakan jika mereka mendapatkan kabar duka mengenai keluarga di Kansas sehingga terpaksa kembali.
Setelah pengurusan beberapa dokumen, Lovy akhirnya bisa melaju ke New Mexico menggunakan mobil sewaan.
Nama Patricia Magdalena dari ID yang dibuat Peter untuknya dulu, kembali ia gunakan untuk menutupi jati dirinya.
Sayangnya, firasat sebagai seorang ahli membuat Lovy bersiap untuk menggunakan identitas lain yang telah ia miliki dari beberapa cadangan identitas buatan Lea.
Nama Geraldo adalah nama dari ayah Matthew yang telah meninggal, dan kini disandang oleh Lovy sebagai isteri palsu Matthew untuk mengamankan status Rico. Geraldo adalah suami pertama Lea. Sedang Harold adalah suami kedua.
Sayangnya, kesalahan terbesar Lovy adalah memberikan nama Robinson pada nama belakang Rico. Di mana beberapa orang tahu jika Robinson adalah nama keluarga Lovy.
"Hubungi aku begitu mendapatkan kabar. Jangan sampai putus komunikasi. Kalian mengerti?" tegas Lovy yang kini menggunakan wig pendek warna hitam dan merubah gayanya lebih elegan layaknya wanita berkelas.
"Yes, Mam," jawab anggota tim yang tak diizinkan ikut dengannya.
Lovy segera melaju kencang meninggalkan negara bagian tersebut memasuki Oklahoma dengan tujuan akhir New Mexico.
Perjalanan darat dengan jarak tempuh kurang lebih hampir 10 jam dilakoni oleh wanita cantik itu.
Lovy memilih berkendara karena tak ingin tertangkap kamera CCTV di fasilitas publik dan membuatnya disergap polisi. Ia kembali menjadi dirinya yang dulu untuk menyelamatkan sang anak.
Sayangnya, tujuan Lovy sebenarnya jauh dari lokasi Rico berada tanpa ia ketahui. Anak lelaki itu, tertidur lelap di rumah Sheila setelah lelah melawan kekuatan Sean yang sudah tentu berbanding jauh dengan dirinya.
Kediaman Sheila. Topeka, Kansas.
Wajah Marcus dan Sean terpaku saat melihat rumah milik Sheila bak mansion begitu mewah. Dua pria itu sampai terbengong selama beberapa saat begitu mobil mereka memasuki halaman luas kediaman Sheila yang berprofesi sebagai psikiater anak.
Sean menutup pintu setelah ia membaringkan Rico di kamar yang telah Sheila persiapkan untuknya.
Wanita cantik itu mengajak Sean dan Marcus ke ruang tengah sebelum beristirahat di hari yang telah larut.
"Aku tak menyangka jika kau sekaya ini, Sheila," ungkap Marcus yang baru pertama kali mendatangi rumah kawan wanitanya itu.
Sheila hanya tersenyum seraya memberikan dua botol beer dingin untuk tamunya.
"Jika kau kaya, kenapa kau menggerutu soal mobilmu yang rusak? Kau bisa membelinya lagi. Bahkan kurasa, kau memiliki mobil cadangan di garasi," sahut Sean menegaskan.
"Itu mobil peninggalan ayahku. Jadi ... wajar saja jika aku sebal. Mobil itu memiliki banyak kenangan," jawab Sheila santai seraya duduk di sofa ikut menikmati beer dinginnya.
"Hem. Kemewahan ini dari peninggalan dua orang tuamu? Setahuku ... ayah ibumu sudah tiada," tanya Marcus, dan Sheila mengangguk membenarkan.
"Mereka dulunya pengacara. Lalu ... yah begitulah, meskipun sudah tua, tapi tak melunturkan semangat untuk menegakkan keadilan. Sayangnya ... kejadian tragis menimpa keduanya. Orang tuaku tewas dalam kecelakaan mobil setelah aku diterima di rumah sakit sebagai salah satu psikiater traumatis khusus anak. Namun aku yakin, kecelakaan itu disengaja. Ada orang yang menaruh kebencian pada dua orang tuaku," jawab Sheila dengan wajah datar dan pandangan terarah ke lain tempat.
Sean dan Marcus saling melirik.
"Maaf, kami tak tahu tentang hal itu," ucap Sean dan Sheila mengangguk pelan.
"Yah, itu sudah berlalu. Aku ... mencoba hidup dalam pikiran positif karena ... aku harus memberikan motivasi pada para pasienku. Kali ini, aku tertarik pada Rico. Jujur, anak itu tak biasa. Aku merasa, anak itu tak mengalami trauma hingga membuatnya terkena gangguan mental. Dia cerdas. Dia bisa menguasai keadaan. Aku yakin, Lovy melatihnya dengan baik untuk menghadapi tekanan itu. Namun, satu hal yang ingin kuketahui adalah," ucapnya berjeda yang membuat Marcus dan Sean menyipitkan mata. "Apa yang sebenarnya Lovy inginkan dari metode yang telah ia tanamkan dalam diri anaknya itu? Aku yakin, Rico tak menyadari saat Lovy mencekokinya dengan berbagai macam teknik bertahan hidup. Seorang Lovy, bukan wanita biasa. Dia berpengalaman dan pastinya, instingnya tajam," tegas Sheila.
Marcus terlihat tegang termasuk Sean.
"Ya, kau benar. Aku ingat kejadian saat kami honeymoon di London. Dia tahu jika diawasi oleh MI6. Aku bahkan tak menyadarinya. Refleknya cepat dan bidikannya selalu tepat. Jujur, aku sempat minder padanya. Aku pernah mengatakan, sebaiknya kami bertukar posisi saja. Dia yang menjadi kepala rumah tangga dan aku menjadi pengurus rumah, tapi ... dia tetap merendah," sahut Sean dengan pandangan tertunduk.
Tanpa pria itu sadari, senyumnya terbit saat teringat akan kenangan masa lalunya bersama Lovy. Marcus dan Sheila saling melirik dalam diam.
"Baiklah. Aku rasa, pembicaraan kita cukup untuk hari ini. Jujur, aku lelah. Namun, beruntung. Karena tempat kerjaku sedang perbaikan, aku bisa libur. Selain itu, aku bisa menemani kalian melakukan interogasi pada Rico tanpa ia sadari jika sedang kita korek informasi tentang ibunya," tegas Sheila.
"Kau seperti ibu peri, tapi sekaligus penyihir, Sheila," sindir Marcus, tapi wanita berambut panjang itu malah terkekeh.
"Karena kulihat kalian berdua tidak begitu bagus dalam melakukan pendekatan pada Rico. Terlebih kau, Sean. Jangankan Rico mau membuka mulutnya untukmu, memandangmu saja enggan. Ingat, kau harus memberikan laporan esok siang. Kau tak mau 'kan, reputasimu buruk di depan kepolisian Kansas?" tanya Sheila berkesan menyindir dengan satu alis terangkat.
Sean melirik kesal dan langsung bangun dari tempatnya duduk. Sheila menahan senyum saat teman polisinya pergi ke kamar yang telah ia tunjukkan tadi.
"Selamat malam, Sheila. Terima kasih atas keramahtamahanmu," ucap Marcus seraya beranjak dari sofa dengan senyuman.
"Malam, Marcus. Selamat beristirahat," jawab Sheila membalas dengan senyuman.
Sheila segera beranjak dengan membawa tiga botol beer yang sudah kosong dan membuangnya ke tempat sampah.
Wanita itu ikut beristirahat dengan pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua. Rumah mewah itu akhirnya sepi setelah seluruh penghuninya tertidur pulas di hari menjelang fajar.
Di tempat Lovy berada. Texas.
Tak terasa, matahari telah menyambut di wilayah Texas saat mobil Lovy melaju kencang mengikuti rute sesuai dengan petunjuk dari GPS.
Tinggal beberapa jam lagi, ia akan tiba di New Mexico sesuai tujuan utamanya datang ke negara bagian itu.
Lovy mengeset rutenya dengan ponsel khusus tak menggunakan GPS mobil, meski ia tahu jika kepergiannya akan terlacak oleh pemilik jasa sewa mobil tersebut.
Lovy menandai tempat di mana terakhir kali ia melihat tanda itu berkedip. Lovy sempat heran, bagaimana bisa pelacak itu tiba-tiba saja tak aktif padahal ia sudah yakin jika menyembunyikannya di tempat sulit bahkan detektor di bandara saja tak bisa memindainya.
Akhirnya, setelah perjalanan panjang melelahkan dan ia hampir tertidur di jalan, Lovy singgah di sebuah Gas Station begitu memasuki New Mexico.
Lovy mengisi penuh bahan bakarnya lalu mencuci mukanya di wastafel toilet. Ia merasa lelah dan fisiknya tak setangguh dulu.
Lovy memilih untuk istirahat sebentar di sebuah mini market untuk segelas kopi panas agar ia tetap bertahan sampai ke lokasi tujuan. Wanita cantik itu sudah menahan kantuk agar tak tertidur saat berkendara.
Saat Lovy keluar dari mini market menuju ke mobil yang sedang di parkirnya, ia terkejut ketika mendapati sosok yang ia kenal sedang berjalan ke arahnya dengan tergesa.
Lovy dengan sigap berdiri seraya memegang gelas kopinya menunggu ke datangan orang itu.
"Kau di sini?" tanya Lovy menatap wanita itu lekat.
"Kita bicara di dalam saja," jawabnya seraya memegang gagang pintu mobil.
Lovy mengangguk dan mempersilakan kawannya masuk. Keduanya duduk di bangku depan terlihat waspada seraya mengawasi sekitar.
"Ada yang tak beres, Lovy. Namun, jujur. Ini sebuah kebetulan. Aku sedang berada di kota ini karena beberapa waktu yang lalu, Lea mengirimkan dua agent Red Lips ke New Mexico. Mereka mengatakan kekurangan pasokan dan aku mengantarkan barang-barang itu untuk mereka. Saat aku akan pergi meninggalkan kota, aku mendapatkan kabar dari salah satu penjaga mansion jika kediaman Lea diserang oleh pihak tak dikenal. Anehnya, Harold sempat mengirimkan foto padaku sebelum akhirnya aku tak bisa menghubunginya lagi. Foto itu, ia kirimkan tengah malam kemarin. Ia lalu meninggalkan sebuah pesan elektronik yang mengatakan, 'pasang matamu di New Mexico. Lovy akan datang ke sana. Jangan pergi sebelum kau bertemu dengannya dan menunjukkan kirimanku'," ucap Vivi seraya memberikan sebuah ponsel pada Lovy.
Dengan sigap, Lovy menerimanya dan melihat foto yang dikirimkan Harold pada Vivi. Praktis, mata Lovy melebar.
"Kaukenal siapa pria itu?" tanya Vivi menatap Lovy lekat karena sikapnya menunjukkan ia kenal pria dalam foto itu.
"Yes. Sial. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Lovy lalu menyenderkan punggungnya ke kursi kemudi.
Vivi menatap Lovy saksama yang kini memejamkan mata seraya memijat dahinya. "Aku sudah terlanjur di sini. Aku dan Peter sudah memutuskan untuk terlibat sejak kami sepakat untuk bekerja pada Lea. Jadi, apa yang bisa kubantu?"
Lovy membuka matanya perlahan. Ia menoleh ke arah wanita yang berprofesi sebagai penyuka olahraga ekstrim dan petualang, sampai akhirnya ia bergabung dengan Red Lips, meski bukan sebagai agent.
"Bagaimana dengan anak-anakmu?" tanya Lovy menatap Vivi dalam.
"Anak-anakku sudah besar. Kaulupa? Kaupergi selama 10 tahun, Lovy. Mereka sudah kuliah dan akan bekerja. Mereka sudah hidup mandiri. Jadi ... aku bosan. Kuputuskan untuk kembali berpetualang meski jalurnya berbeda," jawab Vivi yang membuat Lovy tersenyum tipis.
"Sangat berisiko, Vivi. Bagaimana jika kauterluka?" tanya Lovy dengan kening berkerut.
"Aku tak mau diceramahi apalagi dinasehati. Cepat pergi dari sini karena jujur, aku kemari menumpang pada seseorang dengan mengatakan jika mobilku tertinggal di rest area ini. Untung aku datang tepat waktu," sahutnya yang malah mengambil kopi Lovy dan meneguknya. Lovy menahan senyum.
"Bagaimana kau menemukanku?" tanya Lovy heran.
Vivi tersenyum lebar. "Jangan lupa. Ponsel yang kaugunakan itu hasil modifikasi Peter. Semua agent Red Lips, terkoneksi denganku, Lea, Peter, Harold, dan Matthew. Saat aku tahu kaupergi ke tempat ini, segera kumendatangimu sebelum kaupergi," jawabnya seraya menunjuk ponsel yang dimaksud.
"Oke. Jadi ... aku kini ikut dibidik ya?" jawab Lovy tersenyum miring.
"Kautahu konsekuensinya, Lovy. Kau lebih paham ketimbang aku. Seharusnya, hal seperti ini tak perlu kujelaskan lagi," tegasnya, dan Lovy mengangguk membenarkan. "Jadi, kita ke mana?" tanya Vivi menatap Lovy lekat.
"Albuquerque," jawab Lovy seraya menyalakan mesin mobilnya.
"Kenapa kita ke sana?" tanya Vivi heran masih menatap wanita cantik di sebelahnya.
"Rico diculik, Vivi. Oleh karena itu, aku harus menemukan anakku dan membawanya kembali."
"Oh, shitt. Kenapa aku tak tahu hal itu?" tanya Vivi sampai mulutnya menganga lebar dengan mata membulat penuh.
Lovy hanya tersenyum getir tak menjawab. Rasa kantuknya hilang dan kini, ia menginjak penuh gas mobilnya.
Lovy khawatir jika terlambat menyelamatkan Rico, ia akan kehilangan jejak dan keadaan semakin buruk. Lovy yakin jika pelaku tersebut pasti ada hubungan dengan dirinya.
***
ILUSTRASI
SOURCE : GOOGLE
Masih eps bonus dari tips mak ben ya. Selamat akhir pekan. Upnya agak lemot krn lele lagi kumat mualnya😵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Wahyu Indrawati
deg degan dech mengikuti misinya lele... ,🥰🥰
2022-12-23
1
Ĺęø ♌️
vivi mAsih mUda, anAknya uda kErja jg kuLiah,..Lahh,.si Lophy anAknya kNp msh kEcik cb
2022-02-18
1
👑 N¡e©hα💣
sama kek penulis nov ini..
kek tukang sihir.. bisa bikin readhernya ngamuk",marah,nangis,sampe kdang senyum" sendiri.. 😇😇
2022-02-14
2