RUN AWAY*

Rico kembali menangis di kamar dari fasilitas 'Trauma Healing' di kota itu. Masih teringat jelas saat kejadian yang menimpanya di rumah sang nenek di mana tragedi itu begitu cepat terjadi.

Namun, ia teringat akan ucapan sang ayah saat bermain 'Mencari Petunjuk' ketika perayaan Paskah di mana ia diminta untuk mencari satu buah telur yang berbeda dari telur-telur lainnya oleh sang ibu.

"Bagaimana? Apakah kau sudah menemukannya, Detektif Rico?" tanya sang ayah—Matthew—dari sambungan radio handy talkie ketika mereka bermain di halaman Villa, Bolivia.

"Negative, Sir. Semua telur yang kutemukan memang memiliki corak yang berbeda. Namun, aku yakin bukan telur ini yang dimaksud," jawab Rico mantap dengan sekeranjang telur berwarna-warni yang telah ia temukan.

"Sudah kuduga. Pasti mommy tak akan membiarkan kita menang semudah ini. Jangan menyerah! Kita harus buktikan pada mommy jika kita adalah pria hebat!" jawab Matthew bersemangat.

"Copy that, Sir," sahut Rico dengan senyuman karena baginya, sikap sang ayah sangat lucu.

Rico tak menyerah. Ia mencoba mencari di sekitar rumahnya lagi ke tempat-tempat yang belum ia jajaki. Sayangnya, ia tak menemukan petunjuk apa pun.

Rico yang lelah, merebahkan tubuhnya di samping pohon rindang seraya melihat daun-daun yang bergerak tertiup angin siang itu.

"Kau melewatkannya, Rico sayang. Petunjuk itu sudah kaulewati berulang kali. Coba ingat lagi," ucap Patricia saat ia mendatangi puteranya seraya memberikan jus jeruk dingin sebagai pelepas dahaga.

Rico tertegun karena tak menyadari kedatangan sang ibu. Rico segera duduk dan menerima gelas jus dingin itu.

"Aku melewatkannya? Sungguh?" tanyanya menatap sang ibu saksama yang kini duduk di sebelahnya seraya melihat telur-telur yang sudah ia dapatkan itu.

"Hem. Sebuah petunjuk, pasti tertinggal di tempat kau menemukan barang bukti. Walaupun terkesan samar, atau mungkin sepele, tapi ... seorang detektif, tak akan melewatkan sekecil apa pun hal yang dianggap tak bermakna itu. Firasatnya, instingnya, akan membawa seorang detektif untuk menemukan kejanggalan dari hal yang dianggap lazim oleh orang lain," jawab Patricia seraya menatap anaknya yang memandanginya tanpa berkedip.

Rico diam sejenak. Ia melihat telur-telur yang ia dapatkan dan sudah dikumpulkan dalam keranjang.

Rico meletakkan gelas jusnya di samping ia duduk. Ia lalu mengambil telur itu satu per satu dan mengamatinya. Hingga tiba-tiba, matanya melebar.

"Oh! Mungkinkah?!" pekiknya tiba-tiba dan langsung berdiri dengan tergesa. Rico berlari kencang menuju ke sebuah kolam ikan buatan di mana ia mendapatkan tiga buah telur dengan corak seperti ikan koi yang ada di kolam. "Mana dia? Mana?" tanyanya yang berjongkok di tepian kolam dengan pandangan terfokus ke dalam kolam.

Benar saja, "Waaa! Aku menemukannya! Aku menemukan telur itu!" teriaknya gembira saat ia melihat sebuah telur di dalam kolam tertutupi oleh ornamen.

Rico mengambil telur yang warnanya seperti batuan kolam sehingga wujudnya tersamarkan. Rico mengangkat tinggi telur putih itu, dan Patricia memberikan tepuk tangan dari tempatnya duduk di bawah pohon.

Seketika, Rico yang tadinya menangis dan dirundung kesedihan langsung duduk dengan tegap di atas kasurnya. Ia melihat jam tangan yang mencengkeramnya kuat.

Rico mencoba melepas jam tangan itu, tapi tidak bisa. Ia akhirnya memutar jam tangan itu dan melihatnya dengan saksama.

"Jam ini aneh. Ayah mengkoleksi banyak jam tangan. Namun, aku tak pernah melihat jam tangan dengan bentuk seperti ini, terlebih tak bisa dilepas. Siapa yang mau membeli jam tangan jika tak bisa dilepaskan?" tanya Rico seraya menghapus air matanya dengan selimut yang tersedia di dekat kakinya itu.

Rico juga baru ingat, jika barang-barangnya tertinggal di rumah Lea, termasuk kotak dari jam tangan itu.

Rico yakin, jika kotak itu memiliki petunjuk dari jam tangan aneh yang terpasang di tangannya. Rico lalu beranjak dari kasur dan berjalan mendatangi jendela.

Ia melihat taman di depannya. Rico masih ingat jalan menuju ke Rumah Sakit yang kemudian rute ke rumah Lea.

"Jika berjalan kaki, mungkin ... malam aku baru tiba. Biasanya, kalau di film-film yang aku saksikan dengan ayah, jika rumah tersebut sampai didatangi polisi, pasti rumah itu akan diawasi. Jika aku kembali ke rumah nenek, pasti di sana tetap ada orang, tak mungkin aku sendirian. Aku harus pulang dan mencari tahu tentang jam tangan ini. Aku yakin, pasti mommy memberikan jam tangan ini untukku dengan sebuah alasan. Mungkin, mommy tahu jika hal buruk akan terjadi padaku, sehingga ia meletakkan jam tangan ini di tasku. Ya, itu pasti!" ucapnya yakin.

Rico mendekati jendela seperti memastikan sesuatu. Sayangnya, jendela tersebut tak bisa dibuka.

Rico lalu berjalan mendekati pintu meski terlihat ragu ketika akan memegang gagang tersebut.

Anak lelaki itu menarik napas dalam saat memberanikan diri untuk menekan tuasnya. KLEK!

"Oh! Tidak dikunci!" pekiknya terkejut.

Rico langsung menarik gagang itu dan melongok keluar. Ternyata, koridor itu sepi. Rico ingat jalan ke pintu masuk saat ia datang bersama Marcus tadi.

Rico melihat koridor dan ia mendapati CCTV terpasang di beberapa sudut koridor. Rico kembali masuk ke dalam di mana ia tak yakin jika bisa kabur tanpa ketahuan.

"Jika sampai ketahuan, pasti aku akan ditanyai dan malah dikurung tak bisa ke rumah nenek. Bagaimana ya sebaiknya?" tanya Rico pada dirinya sendiri.

Rico kembali menutup pintu dan melihat sekitar. Entah apa yang dipikirkannya, Rico malah menarik selimut dan menutup dirinya dengan kain tebal itu.

Rico keluar dari kamar dengan tubuh sudah terbungkus selimut. Ia hanya memberikan celah di bagian wajahnya agar bisa melihat ke mana ia melangkah.

Namun benar saja, CCTV itu bukan sekedar pajangan. Gerakannya terpantau dari pusat kendali fasilitas tersebut.

"Hei!" panggil seseorang dari arah belakang. Praktis, mata Rico melebar.

"Waaaa!" teriak Rico panik dan berlari kencang masih menutup tubuhnya dengan selimut.

Rico menyusuri koridor dan tetap fokus ke arah pintu masuk. Saat ia sudah berhasil sampai ke lobi, sosok yang ia kenali ternyata telah ada di sana dan langsung menghadang.

"Minggir!"

BRUKK!

"Agh!" erang Sheila ketika tubuhnya dilempar selimut dan wajahnya tertutupi. Sheila tak bisa melihat karena Rico mengakalinya.

CEKLEK!

"Dia kabur! Penjaga!" teriak seorang petugas pria yang memergoki Rico pertama kali ketika menyusuri koridor.

Rico berlari dengan gesit. Ia melihat banyak petugas di luar gedung yang siap menangkapnya. Rico panik dan semakin lincah menghindar.

Hingga akhirnya, ia menyadari jika tak mungkin akan lolos. Rico melihat sebuah mobil terparkir dan ia nekat masuk ke kolong mobil tersebut.

Napas Rico terengah, tapi ia berusaha untuk menyembunyikan dirinya dari kejaran petugas keamanan gedung tersebut.

"Dia hilang! Hubungi petugas CCTV! Pasti dia bersembunyi di suatu tempat! Jangan sampai kabur!" perintah salah satu petugas.

Segera, lima pria berseragam satpam itu berlari ke berbagai arah untuk mencari Rico.

Anak lelaki itu tetap bertahan di posisinya hingga ia merasa keadaan sudah aman dan tak terdengar suara langkah kaki atau orang-orang yang berusaha mencarinya.

Rico keluar dari kolong mobil dan memberanikan diri membuka pintu kendaraan sedan tersebut. KLEK!

"Oh! Sepertinya, keberuntungan memihakku lagi!" ucapnya senang dan segera masuk ke mobil tak dikenal itu dan duduk di celah dudukan belakang.

Lama Rico menunggu dan malah membuatnya mengantuk. Perlahan, Rico memejamkan mata dan menyenderkan dirinya di pintu mobil. Ia sengaja tak tidur di atas dudukkan karena takut jika sosoknya ditemukan.

Rico yang kelelahan, akhirnya tertidur pulas ketika seluruh orang dalam gedung panik mencari keberadaannya.

Entah sudah berapa lama anak itu tertidur, Rico merasakan jika mobil yang ditumpanginya bergerak.

Anak itu terkejut dan langsung membuka mata. Ia merasakan mesin mobil berderu dan jalanan berguncang. Jantungnya berdebar dan ia semakin cemas karena ternyata hari sudah gelap.

Rico tak tahu sudah sejauh mana kendaraan itu membawanya. Ia memberanikan diri mengintip di celah dudukkan untuk melihat siapa pengemudi yang membawanya.

Rico terkejut, ternyata orang itu adalah Sheila si perawat yang tadi sempat beradu dengannya ketika akan melarikan diri.

Putera dari Patricia mengembuskan napas kecewa, tapi ia merasa jika Sheila tak mengetahui jika dirinya berada di mobil itu. Rico tetap diam dan akan menyelinap saat dirasa keadaan sudah aman.

Namun siapa sangka, ternyata mobil Sheila masuk ke rumah Lea di mana tempat itu masih dalam penyelidikan pihak kepolisian. Rico mengenali gerbang rumah neneknya.

Rico mengintip dari balik jendela dan melihat masih banyak polisi di sekitar rumah Lea. Senyum Rico terkembang, ia tak menyangka jika di balik petaka, keberuntungan masih berpihak padanya.

"Hei, Sheila. Bagaimana?" tanya seorang petugas polisi saat Sheila keluar dari mobil dan langsung mendatangi pria tersebut.

Rico melihat kesempatan. Ia menyelinap keluar dari pintu lain dan merangkak keluar secara perlahan.

Rico mengendap dengan cepat memasuki semak yang berada di pekarangan samping kediaman sang nenek. Tempat itu ditumbuhi pepohonan dan tanaman rindang.

Rico mengintip dan melihat sekitar. Seketika, matanya melebar saat melihat rumah megah sang nenek telah hancur dan hanya menyisakan sedikit bangunan yang masih utuh.

Anak lelaki itu kembali berlinang air mata, tapi dengan cepat ia menahan tangisannya. Ia masih bersembunyi di balik semak di atas rumput karena tak bisa bergerak ke mana pun mengingat banyak polisi di sekitar area.

"Aku lapar," ucapnya seraya memegangi perutnya yang mulai bergemuruh layaknya langit di mana cuaca mulai berubah mendung.

Dan benar saja, angin dingin mulai terasa seraya membawa buliran air hujan yang perlahan mengguyur wilayah itu. Praktis, aktivitas di tempat itu langsung dihentikan.

Rico kedinginan dan basah kuyup, tapi ia melihat peluang. Para polisi berkumpul disatu tempat di bangunan bagian depan masih terlihat utuh.

Sedang Rico, memilih untuk pergi menuju ke halaman belakang di mana ia teringat saat ledakan terjadi, dinding kamarnya jebol dan ia berencana untuk masuk melewati celah itu.

Rico berjalan mengendap menyusuri pinggiran memanfaatkan hujan deras yang menyamarkan sosoknya.

Anak itu berhasil menyelinap masuk dengan tubuh basah kuyup ke dalam kamar yang gelap karena listrik dipadamkan karena banyak kabel yang rusak akibat ledakan.

Seketika, mata Rico melebar saat ia melihat tas dan kotak jam tangan itu masih berada di atas kasur. Segera, Rico mengambil tasnya dan memasukkan kotak itu ke dalam.

Rico juga mendatangi lemari pendingin yang tersedia di kamarnya karena ada banyak makanan di dalamnya.

Saat anak lelaki berambut cokelat itu sudah yakin jika semua kebutuhannya tercukupi dalam tas ransel tersebut, tiba-tiba, "Hah?!" pekiknya kaget saat pundaknya ditepuk oleh seseorang hingga ia terperanjat dan langsung membalik badan.

Rico menatap sosok pria dewasa itu lekat yang memiliki warna rambut dan mata sama seperti dirinya. Dua lelaki itu saling perpandangan dalam diam.

***

ILUSTRASI

SOURCE : GOOGLE

Terpopuler

Comments

🍍⭐

🍍⭐

ketemu ayah Sean ya???

2022-02-25

1

💞mulan merindu💞

💞mulan merindu💞

pasti Sean,,

2022-02-22

1

Ĺęø ♌️

Ĺęø ♌️

bEnEr jika jAm tAngAn itU ada di tAs Rico bUkAn tAnpA aLasAn,.bisA jd jAm tAngAn itu yg jd incArAn,.tp mAsa iya si mAmAk yg nArUh???atw pAs di bAndAra ada yg sEngAja nArUh gt....?

2022-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!