Malam itu, akhirnya Sean dan Marcus ikut tidur. Beruntung, kamar milik Harold cukup luas dan kasur yang ditempati oleh Rico bisa digunakan oleh mereka bertiga karena berukuran 200 x 200.
Namun, Marcus memilih untuk tidur di sofa panjang karena tak kalah nyaman. Saat tengah malam, Rico terjaga.
Ia tiba-tiba saja bangun dan terkejut ketika mendapati Sean tidur di sebelahnya. Rico menatap wajah Sean lekat seperti ingin memastikan sesuatu.
"Kenapa aku merasa jika wajahku lebih mirip Sean ketimbang ayah Matthew ya? Hem, kalau tidak salah, aku pernah membaca sebuah artikel. Saat sang ibu mengandung dan dia membayangkan orang lain, maka anak itu akan mirip dengan orang yang dibayangkannya. Apakah itu benar atau hanya mitos?" tanya Rico bingung yang duduk di samping Sean tidur.
"Aku semakin yakin jika Sean pasti dulunya mantan pacar mommy. Lalu, Sean dicampakkan karena mommy lebih memilih ayah Matthew. Tentu saja ayah Matthew pemenangnya. Dia baik dan tak pernah marah padaku. Sedang Sean, dia galak dan menyebalkan. Rasakan! Memangnya enak sakit hati karena ditinggalkan? Hehehe," kekeh Rico tersenyum licik membayangkan penderitaan Sean karena ditinggal menikah oleh sang ibu.
"Emph, aku lapar. Aku juga tak bisa tidur lagi jika tak didongengkan," ucap Rico seraya mengelus kepalanya.
Rico lalu beranjak dari kasur. Ia berjalan keluar kamar menyusuri koridor. Rico menuju ke dapur di mana ia yakin jika masih ada stok makanan di rumah sang nenek.
Kondisi dapur ternyata tak seburuk bangunan lainnya. Tempat itu masih layak untuk digunakan dan hanya bagian dinding di bagian ujung yang berlubang seperti terkena ledakan.
Rico mengintip ke balik lubang seperti ingin memastikan sesuatu. Rico kembali masuk ke dapur karena di luar dinding gelap dan ia sedikit takut.
Rico mendekati lemari penyimpanan makanan dan mendapatkan roti gandum. Senyumnya merekah. Rico segera mengambil bungkusan roti itu sekaligus selai yang ia dapatkan dengan berbagai rasa.
Rico meletakkan roti tersebut di atas piring lalu mengoleskannya dengan selai cokelat. Rico lalu melihat ke arah lemari es lalu membukanya.
Ia mendapati susu cokelat kemasan dan segera mengambilnya berikut sebuah gelas untuk menuang minuman dingin tersebut.
"Ah, makan malam yang luar biasa!" serunya senang.
Rico menikmati makan malam di hari yang sudah larut di mana jam dinding telah menunjukkan pukul setengah dua pagi.
Namun, usai makan, rasa kantuk Rico lenyap. Ia malah menjadi bertenaga dan siap untuk memulai hari.
"Apa yang harus kulakukan? Matahari terbit masih lama. Oh iya, sebaiknya, aku mencari petunjuk saja. Siapa tahu aku bisa menemukan jejak kakek. Hem, kira-kira kakek Harold pergi ke mana ya?" tanya Rico seraya mengetuk-ngetuk piring kosongnya dengan telunjuk.
Tiba-tiba, seekor tikus melintas dan keluar dari lubang ledakan tempat ia melongok tadi. Rico yang terkejut langsung mengangkat kakinya ke atas kursi karena ia benci tikus.
Namun, Rico penasaran ke mana perginya tikus itu. Rico memberanikan diri turun, tapi ia mencari sesuatu di laci dapur. Ia mendapati barang yang diinginkannya. Sebuah lampu portabel dengan baterai penuh.
Rico berjalan perlahan mendekati lubang itu lagi seraya mengarahkan lampu tersebut keluar.
Mayat-mayat yang tergeletak sudah dievakuasi oleh para polisi sehingga rumah itu hanya terdapat garis batas polisi di beberapa tempat dan sisa penyerangan.
Ternyata, dapur tersebut menuju ke halaman belakang. Meskipun gelap, tapi pantulan cahaya dari lampu dalam kolam renang membuat air yang tergenang itu bagaikan berlian.
Namun, pandangan Rico teralihkan pada bentuk dasar kolam renang yang baru ia sadari jika sedikit aneh.
"Kenapa seperti berundak? Kenapa seperti ada pintu di bagian samping dari tangga itu? Apa benar itu pintu?" tanya Rico sampai memiringkan kepalanya untuk memastikan penglihatannya karena pembiasan cahaya. "Eh, benar! Itu pintu!" pekiknya saat mendapati bagian samping tangga menuju ke kolam ada sebuah pintu yang bentuknya terkamuflase.
Jika dilihat sekilas, seperti dinding keramik pada kolam renang, tapi jika diamati lebih dekat, ada bentuk berupa pintu berbentuk persegi yang hanya muat jika masuk dengan cara berenang. Ada sebuah tombol di samping pintu seperti akses untuk membuka pintu tersebut.
Rico segera berlari masuk ke dalam dan kembali ke kamar. Ia langsung memegang kaki Sean dan menariknya.
Praktis, Sean terkejut sampai terperanjat. Kening Sean berkerut ketika ia mendapati Rico seperti ingin mengatakan sesuatu padanya.
"Ada apa?" tanya Sean bingung dan segera duduk meski ia terlihat sangat lelah.
"Ada pintu!" ucap Rico dengan mata berbinar.
"Pintu?" tanya Sean mengulang karena ia belum paham.
"Cepat bangun, aku tunjukkan!" pinta Rico memaksa.
Sean mengusap wajahnya seperti berusaha untuk mengumpulkan kembali nyawanya yang masih melayang entah ke mana. Rico ikut membangunkan Marcus dan pria itu dengan sigap berdiri lalu mengikutinya.
"Hei, tunggu!" panggil Sean yang masih berjalan sempoyongan karena mengantuk.
"Kaulelet!" jawab Rico berteriak sambil berlari kecil.
Sean mendengus kesal. Ia akhirnya ikut berlari mengikuti Rico bersama Marcus. Sean terkejut saat melihat Rico menyelinap ke balik lubang seperti membawanya ke suatu tempat.
"Itu! Ada pintu di samping tangga!" pekik Rico menunjuk ke dalam kolam.
Sean dan Marcus mendekat. Praktis, mata mereka melebar saat menyadari temuan Rico tersebut.
"Bagaimana kita menguras air kolam ini? Kulihat, dasar kolam ini cukup dalam. Mungkin ... 4 meter?" tanya Marcus melongok dari pinggir kolam.
"Berenang saja. Aku rasa, cara memasuki pintu itu dengan berenang," sahut Rico mengutarakan pemikirannya.
Sean dan Marcus saling berpandangan. Dua detektif itu lalu melucuti pakaian mereka dan hanya menyisakan celana panjang saja. Rico berdiri di samping kolam terlihat gugup.
"Aku pergi dulu untuk memastikan. Siaga," ucap Sean dan Marcus mengangguk.
Rico dan Marcus berjongkok di tepian kolam. Sean menarik napas dalam dan BYUR!!
Sean berenang menuju ke pintu yang Rico tunjukkan. Sean menyelam hingga 2 meter untuk mencapai pintu tersebut.
Sean melihat tombol dengan ornamen bibir pada dinding kolam renang. Sean terlihat gugup saat akan menekannya, tapi akhirnya, ia lakukan.
KLEK!
"Oh! Terbuka Paman Marcus!" seru Rico dengan mata melebar saat melihat dinding pintu tersebut terbuka.
Sean lalu menarik celah itu dengan kuat. Ternyata, sebuah pintu besi berlapis keramik sehingga tak terlihat wujud aslinya.
Sean melongok ke dalam lorong gelap tersebut. Ia lalu berenang ke atas seperti ingin memastikan sesuatu.
"Hah, hah!" engah Sean saat ia memegangi pinggir kolam renang dengan tubuh basah kuyup dan tubuh masih terendam.
"Bagaimana?" tanya Marcus serius.
"Ada lorong. Dan hanya bisa dilewati oleh satu orang saja tanpa perlengkapan. Sayangnya, tempat itu gelap. Aku tak tahu sejauh mana lorong itu akan membawa kita. Sebaiknya, kita cari alat untuk memastikan kita bisa melewatinya," jawab Sean menginformasikan.
Tiba-tiba, Rico berlari menuju ke sebuah bangunan dekat kolam renang. Kening Marcus dan Sean berkerut saat melihat Rico masuk ke dalam bangunan itu lalu keluar membawa beberapa peralatan sampai kerepotan.
"Aduh, berat," ucapnya seraya mendekat beberapa benda di depan tubuhnya.
BRUKK!
"Wow! Kautahu dari mana alat-alat ini?" tanya Marcus saat melihat Rico membawakan alat selam minimalis.
"Hah, hah, capek," keluhnya karena ikut membawa tabung oksigen portabel.
"Saat aku kemari, aku melihat beberapa penjaga mansion seperti berlatih di kolam renang menggunakan alat-alat ini. Aku ... masih belum begitu paham cara pakainya. Namun aku yakin, peralatan ini biasa digunakan untuk menyelam," ucap Rico bertolak pinggang.
"Kau pintar. Pengamatanmu bagus. Matamu tajam dan kaujeli, Rico," puji Marcus seraya mengusap kepala anak lelaki Lovy.
Bocah itu tersenyum lebar. Ia lalu memberikan lampu portabel yang ia temukan tadi kepada Sean.
Kacamata scuba digunakan oleh Sean dan Marcus berikut tabung oksigen di bagian bawah yang sudah terhubung dengan kaca mata tersebut.
BYUR!
Dua pria tersebut menyelam. Rico menunggu di tepian kolam sembari mengamati pergerakan dua lelaki itu.
Rico terlihat takut karena ia sendirian di luar, tapi lagi-lagi, ia mendapati tikus yang tadi sempat dilihatnya saat di dapur.
"Oke, aku tak akan berteriak. Asal kauberjanji tak mendekatiku. Tetap berada di tempatmu, Tikus jelek," ancam Rico menunjuk tikus yang terlihat asyik menikmati potongan makanan di kedua tangan kecilnya.
Saat Rico kembali melihat ke arah kolam, Sean dan Marcus sudah tak terlihat. Rico memilih duduk di tepian kolam dan terlihat waspada dengan sekitar.
"Cepatlah kembali. Aku takut," ucap Rico seraya memeluk dua lututnya di kegelapan malam.
Sedang di tempat Sean dan Marcus berada.
Dua detektif itu fokus dengan penelusuran lorong temuan mereka. Cukup jauh mereka berenang hingga akhirnya melihat cahaya dari ujung lorong, tapi tertutup oleh pintu besi yang memiliki banyak lubang.
Sean melihat tuas samping pintu berbentuk lingkaran yang kemudian ia tarik kuat. Seketika, pintu tersebut terbuka.
Sean dan Marcus semakin cepat berenang hingga akhirnya mereka merasakan seperti terseret oleh sebuah arus. Keduanya bergegas berenang ke permukaan untuk melihat keberadaan mereka.
SPLASH!
Sean dan Marcus melihat sekitar seraya terus berusaha untuk mengapung. Sean menunjuk tepian untuk mengajak Marcus ke tempat tersebut. Keduanya segera berenang dan akhirnya naik ke daratan.
"Hah, ini ...," ucap Marcus seraya melihat sekitar saat ia sudah melepaskan alat selamnya.
"Ini sungai tempat aku menyelamatkan Rico!" jawab Sean yakin dengan pengamatannya.
"Ya, ya, kaubenar. Sebaiknya kita segera kembali, Sean. Rico sendirian," pinta Marcus dan Sean mengangguk cepat.
Keduanya berlari kembali ke mansion karena jarak yang tak terlalu jauh meski harus sedikit memutar. Mereka tak lagi berenang karena harus melawan arus sungai dan itu akan cukup menyulitkan.
***
uhuy masih eps bonus dr tips menggila mak ben ya😆 selamat hari libur😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
❤️your Mommy💋
sorry Mak le, itu mendekat apa mendekap hehe
2022-03-07
1
^__daena__^
kukira itu lorong tempat sembunyi kakek Harold. taunya zonk😂😂
2022-03-05
1
Ĺęø ♌️
yAk,.kEk gt dOang,.qr'in LorOng mEnUju gUa atw tEmpAt pEnyimpAnAn sEnjAta,.
kLo ujUngnya sUngAi y tAk ubAh mAcAm tEmpAt pEmbUangAn aer dOang
2022-03-04
1