TATO?

Lovy dan Vivi menyisir sekitar area pertempuran. Lovy meminta kepada Vivi untuk memastikan tak ada sipil yang mendekat, mengingat suara ledakan dan tembakan cukup santer terdengar di siang hari itu.

Namun, sungguh aneh. Sudah hampir satu jam, tak terlihat satu orang pun sipil mendekat ke wilayah tersebut.

Vivi berlari mendatangi Lovy yang sedang mengumpulkan semua bukti dari mayat-mayat, persenjataan dan kendaraan yang ditinggalkan oleh kelompok musuh tak dikenal.

Mereka bicara dalam bahasa Inggris. Terjemahan.

"Ada apa?" tanya Lovy menatap Vivi lekat.

"Sangat aneh, Lovy. Seingatku, ada pos polisi dekat sini, dan ada rumah warga meski cukup jauh dari tempat kita berada. Aku sangat yakin, jika aksi kita barusan akan menimbulkan kehebohan. Namun ... kenapa masih sepi?" tanya Vivi seraya melihat sekitar.

Lovy segera berdiri dan ikut melihat.

"D, S. Kalian mendengarku?" tanya Lovy melalui panggilan radio.

"Yes, Senior. Oia, kami menemukan hal aneh di sini. Ada satu set perlengkapan tempur tertinggal masih dalam koper. Set itu persis dengan yang digunakan oleh para lelaki tadi. Suzanne mengatakan jika pernah melihat jenis seperti ini sebelumnya, hanya beda model ketika ia ditugaskan pertama kali di Costa Rica. Selain itu, pada bagian koper ada logo dengan inisial BD. Kau tahu sesuatu?" tanya Dorothy.

Lovy diam sejenak seperti memikirkan sesuatu.

"Apa lagi yang kalian temukan?" tanya Lovy mengalihkan pertanyaan seperti menyembunyikan sesuatu.

"Ada beberapa mobil yang di parkir. Suzanne malah sudah menghidupkan salah satunya. Ia sudah mengeceknya dan tak ditemukan pelacak. Lumayan sebagai akomodasi jika kau setuju," jawab Dorothy seraya menoleh ke arah saudarinya yang terlihat senang dengan mobil SUV hitam temuannya.

Saat Lovy akan menjawab, tiba-tiba saja Vivi memekik. Praktis, perhatian Lovy langsung tertuju pada wanita dengan rambut potongan seperti pria itu.

"Ada apa?" tanya Lovy bingung saat Vivi memegangi kepalanya di samping mobil.

"Ini akan menimbulkan kecurigaan pihak penyewaan mobil. Lihatlah kondisi mobilmu!" jawab Vivi menunjuk mobil yang Lovy gunakan penuh dengan lubang peluru, kaca pecah dan bekas darah karena melindas manusia.

Lovy memejamkan mata sejenak lalu mengangguk paham.

"Aku mengerti. Bawa mobil itu ke rumah hitam itu. Lalu ... gunakan mobil baru temuan Suzanne. Aku tunggu di sini," pinta Lovy, dan Vivi mengangguk cepat.

Vivi segera mengemudikan mobil sewa itu ke mansion yang disinyalir milik seorang mafia tak dikenal.

Namun, kecurigaan Lovy menguat saat ia menemukan tato pada bawah tengkuk mayat para pria bersenjata itu.

Sebuah tato yang menunjukkan jika mereka tergabung dalam sebuah organisasi. Kelompok itu seperti ingin agar keberadaanya diketahui dan dikenal.

"Hem ... gambar sebuah batu permata berwarna hijau. Menarik," ucap Lovy lalu memotret tato tersebut. Namun seketika, keningnya berkerut. "Wait ... Sean? Rico? Batu permata hijau seperti zamrud? Haruskah ... kucari Sean untuk menemukan Rico dan menguak tentang keterlibatan kelompok ini? Apa yang Sean inginkan dari Rico sampai harus bekerjasama dengan kelompok bukan dari polisi? Mencoba merebutnya dariku setelah sekian lama? Apakah ia sengaja muncul dengan menungguku datang ke Kansas? Ya, pasti. Ia sudah mengincar Lea dan Harold selama ini. Ya Tuhan," ucap Lovy langsung memejamkan mata seraya mengusap wajahnya seperti menyadari sesuatu.

BROOM!

"Lovy!" panggil Suzanne yang sudah duduk di kemudi dan motornya ia naikkan pada bak belakang mobil.

Ternyata, Suzanne memilih mobil type double cabin bukan SUV seperti yang diperkirakan oleh Dorothy. Lovy melihat ke arah tiga kawannya yang telah siap untuk pergi meninggalkan lokasi.

Lovy menyeret sebuah tas besar yang ia temukan dari mobil di mana ia diculik sebelumnya.

Namun, ia tak mendapati Sean di dalam. Kening tiga wanita itu berkerut karena Lovy terlihat kerepotan saat membawanya.

"Apa itu?" tanya Dorothy melongok dari jendela belakang dengan Vivi duduk di sebelahnya.

"Senjata rampasan. Aku hanya merasa ... kita akan membutuhkan banyak, mengingat persediaan kita menipis. Serta beberapa hal penting lainnya. Bantu naikkan dan amankan," pinta Lovy dan Dorothy mengangguk paham.

Dorothy membuka pintu dudukkan tengah dan memasukkan tas berukuran persegi panjang tersebut ke karpet mobil. Dorothy sengaja menginjaknya karena tas itu berada di bawah kakinya.

Menjelang sore, tim Lovy pergi meninggalkan kawasan tak dikenal yang dipercaya milik dari rekanan Sean. Lovy yang duduk di bangku depan di samping Suzanne, melihat sekitar wilayah.

Tiba-tiba saja, mereka diberhentikan oleh petugas yang menjaga di luar jalan tanah menuju ke mansion tersebut.

Lovy melirik kawan-kawannya dan mereka dengan sigap menggenggam pistol yang disembunyikan di samping paha.

"Yes, Officer?" tanya Suzanne ramah saat membuka jendela.

"Kalian siapa? Di mana Zero?" tanyanya dengan kening berkerut.

"Zero? Entahlah. Kami ... hanya diminta untuk datang, lalu pergi begitu urusan sudah selesai," jawab Suzanne mengarang.

Lovy melihat petugas polisi itu saksama yang membuat kecurigaannya makin mengerucut. Terlebih, saat nama Zero disebut di mana ia tak pernah mendengar nama itu sebelumnya.

"Mereka masih di sini!" seru Polisi itu yang tiba-tiba saja menggunakan radionya seperti memanggil seseorang.

"Suzanne!" seru Lovy lantang.

DUAKK!

"Agh!"

Dengan sigap, Suzanne membuka pintu mobil dan sengaja menghatamkannya ke arah polisi tersebut.

Polisi itu terjungkal ke belakang dengan keras. Dorothy mengeluarkan tangan kanannya dari jendela mobil dan DOR! DOR! DOR!

"Go! Now!" seru Lovy memerintah.

BROOM!

Segera, mobil tersebut melaju kencang usai melakukan pembunuhan kepada salah seorang polisi yang melakukan gelagat mencurigakan.

Vivi terlihat shock karena baru saja melihat seorang polisi tewas ditembak oleh salah satu agent Red Lips dengan wajah datar seperti tak berdosa. Vivi terdiam seakan nyalinya ciut seketika.

"Lovy, sekarang bagaimana?" tanya Suzanne yang terlihat tegang karena khawatir dikejar.

"Pergi ke Mexico. Aku ingin menemui seseorang," jawabnya cepat.

"Oke. Dorothy, identitas," pinta Suzanne dari bangku kemudi dan tetap fokus menyetir.

Dorothy mengangguk pelan. Gadis cantik itu membuka tasnya lalu mengeluarkan beberapa identitas yang siap digunakan untuk menyeberangi negara perbatasan.

Vivi terlihat lega karena dua anggota Red Lips telah menyiapkan penyamaran selanjutnya. Lovy juga bergegas mengganti penampilannya dengan identitas lainnya.

Sedang di tempat Rico berada. Kediaman Sheila, Kansas.

"Inspektur sudah menunjukkan taringnya, Sean," bisik Marcus saat mereka gagal menginterogasi Rico karena anak itu ternyata tak mudah untuk dibodohi.

"Katakan saja jika Rico bukan bocah biasa. Butuh waktu untuk mengorek informasi darinya," jawab Sean balas berbisik saat keduanya berada di depan lemari es untuk mengambil botol beer.

"Oke," sahut Marcus yang akhirnya pergi seraya membawa satu buah botol lalu meneguknya.

Sean kembali duduk di hadapan Rico di mana anak itu sedang menikmati kentang goreng, tapi menatap pria di depannya tajam.

"Bagaimana kau bisa mengenal mommy, maksudku ... ibuku? Kau bahkan mengatakan hal-hal buruk tentangnya seolah kau tahu tentang masa lalunya?" tanya Rico yang malah berbalik menginterogasi seraya menikmati tusukan demi tusukan kentang goreng di garpunya.

Sheila terkejut dan memilih diam seraya menikmati semangkuk pasta buatannya. Sean mengusap mulutnya lalu menopang dagunya dengan satu tangan terlihat bingung dalam menjawab.

"Lalu kenapa kau melakukan cara licik dengan mengambil rambut dan potongan kuku saat aku tidur? Aku sengaja berpura-pura tidur karena ingin tahu rencana busukmu, Sean," tegas Rico menunjuk dengan ujung garpu ia arahkan ke wajah pria itu.

Sean mengembuskan napas panjang. Ia masih tak menjawab dan memilih untuk meneguk beer-nya. Rico menatap Sean penuh curiga.

"Apa kau yang meminta Sheila untuk membawaku ke rumah sakit untuk melakukan cek darah? Kalian berkomplot merencanakan sesuatu padaku. Apa yang kalian inginkan? Jangan coba untuk berbohong, aku tahu. Mommy mengajariku untuk tahu ketika seseorang berbohong," tegasnya melirik Sheila dan Sean bergantian.

"Kau akan tahu setelah kudapatkan hasilnya. Jadi, ayo pergi. Aku sudah muak dengan segala tingkahmu yang menyebalkan itu," tegas Sean balas menatap Rico tajam.

Sheila langsung melotot ke arah Sean seperti tak setuju dengan ucapannya barusan. Rico meletakkan garpu itu dengan tenang lalu berdiri.

"Ayo. Kaupikir, aku suka bicara padamu? Jika ayahku tahu tentang kau, pasti ia sudah mencekikmu karena menjelek-jelekkan mommy," tegas Rico terlihat kesal menatap Sean penuh kebencian.

"Oh? Ayahmu? Siapa yang kaumaksud? Matthew? Apa ada buktinya jika ia memang ayah biologismu?" tanya Sean seakan menantang.

"Sean!" teriak Sheila lantang terlihat marah dengan sikap kawannya.

Rico terkejut dan melihat Sheila saksama yang tampak kesal akan sesuatu.

"Kau berani membentaknya? Kenapa?" tanya Rico yang kini membidik Sheila.

Wanita cantik itu tersenyum paksa seraya berdiri. "Aku tak suka cara bicaranya. Terdengar kasar. Jadi ... aku membentaknya. Tak salah 'kan?" jawab Sheila tenang.

Rico menatap Sheila saksama seperti mencari kebohongan dari matanya, tapi tak ia temukan. Rico mengangguk membenarkan dan mengikuti Sheila yang membawanya ke garasi.

"Aku sudah bicara dengan inspektur dan katanya, maksimal satu minggu untuk mendapatkan seluruh bukti. Itu hal yang sangat menyebalkan, Sean. Kautahu betapa sulitnya itu?" tanya Marcus menatap kawannya lekat terlihat sebal.

"Tak usah kauingatkan, aku sudah tahu. Ayo pergi dan segera kita selesaikan kasus ini," tegas Sean dan diangguki oleh Marcus.

Rico duduk di bangku tengah bersama Sheila. Sedang Sean duduk bersama Marcus yang mengemudikan mobil menuju ke rumah sakit di mana Sean ingin melakukan tes DNA kepada Rico untuk membuktikan keraguannya.

***

uhuy tengkiyuw tipsnya😍 tapi ... stok tipsnya abis😆 jadi kalau gak ada tips kemungkinan lele libur up red lips dulu ya. mulai anget nih badan. doain tetep waras ya. amin❤️

Terpopuler

Comments

Minthil She Judhezt

Minthil She Judhezt

Like father like son y Thor ,kan duplikat auto 11-12 ngeselin banget sampe level dewa

2022-05-15

2

Ĺęø ♌️

Ĺęø ♌️

pAntEsAn anAknya ngEsELin,..Lahh,.bUapAk'nya Lbh ngEsELin gt

2022-02-22

2

Khansa Fairuz

Khansa Fairuz

wkwkwk.... ini seruu le.... pantas lah dibikin film🤲🤲🤲👍👍👍

2022-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!