Siang itu, Bila mengunjungi rumah sakit dan hendak menjaga Bunda untuk bergantian dengan Ayah. Sesampainya di sana, perempuan itu dibuat melongo dengan kondisi Bunda yang sedikit memburuk, perempuan itu sadar, namun terlalu lemah. Bila langsung mendekat dan berhambur memeluknya.
"Bunda, Bunda cepet sembuh, Bila di rumah kesepian dan merasa takut, Bunda sudah janji ingin merawat anak ini bersama," ucap Bila sendu. Bunda Bila hanya tersenyum kecil, tidak menanggapi.
Suasana hening cukup lama, Bila yang terlihat gelisah di sampingnya sedang Bunda yang hanya diam tanpa kata.
"Bunda hanya semangat ketika melihat anak Bunda bahagia," ucap perempuan yang terbaring lemah itu, masih cukup jelas diucapkan.
"Bila sudah bisa ikhlas dengan semuanya, Bun, Bila bahagia dengan hari-hari Bila saat ini," jawab Bila meyakinkan. Tak ingin menambah beban hidup atau memperburuk keadaan, Bila harus terlihat baik-baik saja, padahal banyak sekali hal yang ingin Bila sampaikan, seandainya Bunda sehat, Bunda adalah tempat Bila berkeluh kesah.
"Aku tidak tenang, jika anakmu lahir tanpa Ayah."
Jleb
Sakit ya Allah ... mendengar Bunda berkata demikian, haruskah aku mencari pria bayaran untuk menjadi ayah dari anakku kelak.
"Bunda maunya bagaimana? Bila cukup bahagia, Bun, hidup sendiri tidak harus berduka, aku akan merawatnya sendiri," ucap Bila yakin.
"Sayang, kamu butuh sosok suami yang akan merawatmu, bertanggung jawab atas hidupmu, coba kamu pikirkan hal itu. Jika terjadi sesuatu dengan Bunda, Bunda bisa lebih tenang."
"Bunda ngomong apa sih, Bunda akan sembuh, Bunda akan menemani Bila menghadapi dunia ini bersama, Bunda udah janji." Lelehan bening itu kembali menyambangi pipi, hal terberat dalam hidup Bila adalah harus memenuhi permintaan saran Bunda dan Ayah tempo lalu.
"Bila, kamu pernah mengenalnya, mungkin ada hal yang keliru atau sedang tersesat, anggap saja begitu, tapi jangan menutup mata untuk hal sebuah kebaikan, dia lebih bertanggung jawab dari pada kakanya yang tidak pernah muncul lagi hanya sudah melepasmu. Bunda sakit hati nak, putri Bunda diperlakukan orang seperti itu." Mata tua itu mengembun, Bila yang sudah menangis pun berhambur kepelukan hangat Bunda.
"Apa Bila boleh menikah dengan pria pilihan Bila sendiri, tidak harus Bisma 'kan Bun?" tanyanya meragu.
"Ya, siapapun itu, asal kelak bisa menjagamu, namun mengingat ada kehidupan lain di rahimmu, kamu harus mempertimbangkan hal itu."
Bila jelas paham maksud Bunda, kesehatan Bunda yang sedikit memburuk, jelas membuat perempuan itu kepikiran dan stress melanda. Bila pamit keluar sebentar untuk menenangkan hatinya yang gundah gulana. Ia benar-benar kalut, dan butuh jawaban atas skrnario Tuhan.
Cukup lama Bila berdiam diri di mushola rumah sakit, perempuan itu masih duduk bersimpuh setelah menunaikan empat rakaat berjama'ah. Ada ketenangan di sana saat kembali pada Tuhan, namun hatinya masih bingung untuk mengambil keputusan.
"Mbak, permisi, ada paket makanan untuk makan siang dari kami?" Seseorang tiba-tiba datang membawa nasi kotak untuknya. Tahu saja saat dirinya bahkan belum makan siang sedikit pun. Bila pun makan dalam diam, menikmati suapan demi suapan, walaupun lambat dengan pikiran yang menghiasi otaknya, namun ia berhasil menghabiskan nasi kotak ayam goreng kalasan yang cukup nikmat.
Seseorang tersenyum di sebrang sana. Memperhatikan dengan detail, wanita yang belakangan terlihat begitu sedih. Hatinya terseret luka di dalamnya.
Bila tengah berjalan keluar dari mushola, ketika tiba-tiba perutnya merasakan sakit yang luar biasa. Nyeri dan terasa seperti diremas-remas.
"Kamu nggak pa-pa?" Seseorang nampak mendekat dengan wajah khawatir. Bila yang kaget, langsung menggeleng cepat. Ia nampak ketakutan sekaligus meringis menahan sakit.
"Kamu ngapain ada di sini? Pergi, jangan dekati aku!" tolak Bila tak mau dibantu.
"Ya Allah Bila, aku mencemaskanmu, bisakah kamu tenang, aku tidak ingin menyakitimu," ucap pria itu sendu. Sakit rasanya melihat wanita yang dicintainya ketakutan melihat dirinya.
"Aww ... perut aku, ya Tuhan ... ini sakit sekali," desisnya lirih. Bisma tak peduli dengan penolakan perempuan itu, ia langsung mengangkat tubuhnya yang terasa kaku.
"Ada apa Bil, apa yang terjadi? Kenapa rok kamu berdarah?" tanyanya semakin panik, melihat ada sedikit darah membekas di pakaian perempuan itu.
"Aku sedang periode, ini biasa sakit perut," jawab Bila berbohong. Melihat Bisma kesusahan dan berlari menggendong, perawat yang bertugas langsung sigap membantu.
"Istrinya kenapa, Pak?" tanya suster menginterupsi.
"Tangani saja, Sus, sepertinya sangat kesakitan." Selama Bila diperiksa Bisma menunggu di luar dengan gelisah.
Pria itu benar-benar cemas dan meratap kasihan melihat wajah pucatnya yang terbaring di atas brankar. Bila harus banyak beristirahat, tubuhnya drop karena banyaknya tekanan. Lagi-lagi mata pria itu mengembun, ia menjadi orang paling bodoh dan merasa bersalah dalam kehidupannya.
Bagai tersambar suara dahsyat, tubuh pria itu mulai bergetar saat tiba-tiba di panggil dokter, dengan dokter menceritakan kondisi pasien.
"Bapak suaminya?"
"Ya, jawab Bisma mantap, tak ada keraguan sedikit pun di matanya.
"Tolong dijaga istri, Bapak ya ... jangan terlalu stress, Ini akan memperburuk kondisi janinnya yang baru 6 minggu, tolong perhatikan pola tidurnya, ataupun asupan makanannya," jelas dokter yang mampu membuat dunia Bisma seakan berhenti sejenak.
"Itu artinya ... istri saya hamil, Dok?" tanyanya memastikan. Entah mengapa, Bisma begitu bahagia mendengar berita itu.
"Selamat ya, Pak, tolong dijaga dan diperhatikan!" Nasihatnya lagi. Bisma mengangguk mantap.
Usai menemui dokter, Bisma terus tersenyum sepanjang koridor. Ia langsung menghubungi seseorang lewat sambungan telepon. Berjalan cepat menuju ruang rawat Bu Rima, dan Pak Rama yang setia menemani di samping istrinya.
"Bisma, kamu di sini?" tanya Pak Rama sedikit kaget, pria berwajah tampan itu langsung memberi salam hangat takzim.
"Om, saya ingin bicara, bisa kita keluar sebentar?" pinta Bisma tenang. Bu Rima menahan tangan Pak Rama untuk tidak bergerak.
"Katakan di sini saja, Bis, istri saya tidak mau ditinggal sendirian."
"Saya sudah tahu kondisi Bila saat ini, apa boleh saya menanggung tanggung jawab saya," ucap pria itu yakin.
"Kamu tahu, apa Bila sudah menemimu dan jujur padamu?" tanyanya sedikit ragu.
"Bila sedang di UGD, Om, tadi dia mengeluh sakit perutnya, kebetulan ada saya di sana, dan informasi itu saya dapat dari dokter, hari ini dengan mohon, meminta izin untuk meminang putri Om?" mohonya tulus.
"Bicaralah dengan Bila, Bisma, Om dan Tante." Pak Rama menoleh istrinya, yang disambut anggukan kecil lengkap kedipan mata yakin. "Om dan Tante menyerahkan semua keputusan ini ditangan Bila, dia yang mau menjalani, sudah baiknya kamu bicarakan berdua, datang kembali menghadap Om, jika kalian mendapat kesepakatan."
"Baik, Om, Tante, terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan, saya akan berusaha membujuk Bila."
Bisma keluar ruangan dengan penuh harapan dan rasa bahagia, bercampur cemas juga, takut Bila akan menolak mentah-mentah dirinya. Mengingat ia begitu ketakutan melihat dirinya.
"Bil---" Langkahnya terhenti saat melihat seseorang tengah berbincang akrab dengannya, dengan lancang mencuri star satu langkah.
.
.
. TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
gia nasgia
Kayaknya pandu tapi yg jelas Bism yg jadi pemenangnya, buktinya sebagian dirinya Bisma ada pada mu😂
2024-05-22
0
Qaisaa Nazarudin
Pandu pasti..Bila jangan keras kepala,Mungkin emang Bisma yg di takdirkan utk Jodoh mu,Jangan Egois, pikirin anak mu..
2024-01-31
0
Qaisaa Nazarudin
Bisma mencintai Bila dalam diam kah,Walaupun Bisma jahat,Tapi dia bertanggungjawab,Apa jangan2 Bisma tau gimana Gema sebenarnya di belakang Bila..
2024-01-31
0