Part 18

"Bila, sudah makan?" tanya Bisma berbasa-basi, hal yang cukup sederhana, namun begitu berarti untuk orang yang mencintai.

Bila tidak menjawab pun tidak menoleh. Ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri, entah sedang mengerjakan apa di laptopnya, yang Bisma lihat, perempuan itu cukup serius menatap layar monitor.

"Bila!" seru Bisma sekali lagi, namun tetap tidak ada jawaban. Karena perempuan itu hanya diam, Bisma pun nekat menghampiri dan memberanikan diri menyentuh lengannya.

"Bil," panggilnya begitu lembut, namun karena sentuhan tangan itu, Bila refleks berteriak langsung berdiri dari duduk.

"Astaghfirullah ... tenang, Bila. Aku tidak akan menyakitimu," tuturnya lembut. Tangan pria itu mengkode di depan dada, isyarat istrinya untuk tidak histeris.

"Sudah kubilang jangan terlalu dekat, jangan berani menyentuhku sejengkal pun!" hardik Bila marah.

"Ya, aku minta maaf, tadi aku memanggilmu tapi kamu terlalu fokus, bahkan tidak menyahut," sesal Bisma sendu.

"Aku memakai earphone, mana aku dengar, lain kali jangan membuat aku kaget!" ketus perempuan itu seraya melangkah keluar kamar.

"Maaf, Bila, aku hanya ingin mengajakmu makan di luar, Mama juga mengundang kita untuk makan malam di rumahnya, apakah kamu bersedia?" Bisma mengekor istrinya menuju beranda.

"Aku belum terlalu lapar, kamu bisa berangkat sendiri. Sudah kubilang jangan memberi perhatian padaku, karena aku tidak akan merubah perasaanku untukmu."

"Merubah ataupun tidak, itu memang hak oportunis kamu, Bila. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik, bertanggung jawab untukmu dan anak kita." Entah mengapa Bila selalu merasa risih saat Bisma menyebut anak kita, mendadak moodnya benar-benar buruk.

"Sudah petang, jangan di beranda, dingin, ini juga sedang waktu maghrib sebaiknya kita masuk."

Bila memutar bola mata jengah, apa yang disampaikan dari mulutnya memang benar dan untuk kebaikan, namun semua hal yang terlontar dari bibirnya selalu tak bisa diterima dengan baik oleh Bila, rasa benci itu telah menutup kebaikan yang lainnya.

"Bila, aku tunggu di bilik kamar." Bisma menyodorkan mukena ke hadapan istrinya, yang artinya pria itu menunggu untuk menunaikan sholat bersama.

Bila mendongak, menatap ragu mukena di tangannya, ia tidak lekas mengambil, membuat Bisma menaruhnya di samping perempuan itu duduk.

"Jangan menunda kebaikan, aku hanyalah seorang pendosa yang tidak pantas membimbingmu, namun aku sedang belajar untuk menjadi yang terbaik untuk rumah tangga kita dan jalan hidup kita," jelas Bisma sebelum akhirnya berbalik dan melangkah menjauh.

Entah ada dorongan yang kuat dari mana, sisi kebaikan yang memang sebenarnya ada pada diri perempuan itu langsung timbul, bergerak menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Dengan langkah ragu, Bila mendekati sajadah yang telah digelar suaminya. Tiga rakaat ia tunaikan dengan khusuk. Ada perasaan damai di sana. Saat Bisma berbalik, hatinya terenyuh pilu menemukan Bila yang masih bersimpuh tertunduk dengan derai air mata. Perempuan itu menangis dalam doa.

Bisma tertegun, merasakan sesak yang tiba-tiba menyerang. Hatinya sakit, melihat Bila yang begitu terluka dengan keadaan saat ini. Ingin sekali menenangkan, membawa perempuan itu ke dalam pelukan hangatnya, namun keberanian itu ia urungkan, mengingat tersentuh sedikitpun Bila ketakutan, bahkan histeris menghindarinya.

"Bila, aku minta maaf," ucapnya di sela kesedihan. Bila tidak menjawab, perempuan itu langsung berdiri dan meninggalkan ruangan itu begitu saja. Menyendiri dibalik kamar adalah teman yang setia. Banyak hal yang ingin ia ungkapkan, tapi tidak satupun keluar dari mulutnya, setelah sujud berakhir ia sedikit lega telah berbagi dengan Tuhan.

"Kamu belum makan malam? Aku bawakan roti dan segelas susu untukmu." Bisma menaruh nampan itu di nakas. Melirik istrinya yang seperti biasa, tidak berselera mendengarkan celotehan dan perhatiannya.

Bisma tidak boleh mengambil hati atas sikap dingin yang sengaja Bila lakukan. Perlakuan itu memang pantas ia terima, namun ia menjadi sedikit kesal, jika istrinya mulai tidak mendengarkan untuk kesehatannya sendiri. Bisma membuang napas kasar begitu memasuki kamar, menemukan makanan itu masih tetap utuh tak tersentuh.

"Bila, anak kita butuh nutrisi dari ibunya, dia lapar di dalam perutmu, kamu makan walaupun sedikit." Bila menghentikan ibu jarinya yang tengah berbalas pesan, ia melirik sesaat ke arah nakas. Rasanya enggan menyentuh buatannya, namun karena rasa lapar lebih mendominasi, hatinya mengiyakan. Dengan sedikit malas mulai meneguk susu rasa coklat itu yang mulai dingin.

Baru separo isi gelas susu itu berpindah ke dalam perutnya. Tiba-tiba, Bila merasa sesuatu yang bergejolak itu berputar di perutnya. Perempuan itu bergegas menuju kamar mandi dan mengeluarkan apa yang telah ditelan tadi.

Bisma yang cemas, langsung mengekor dan mendapati istrinya muntah-muntah. Tangan pria itu refleks saja terulur mengumpulkan rambut istrinya ke belakang.

"Kamu nggak pa-pa? Maaf, kalau rasa susunya bikin kamu mual, aku hanya mengikuti seleramu dulu." Bisma benar, rasa coklat adalah favoritnya, namun entah mengapa semenjak hamil, Bila tidak begitu menyukai rasa itu.

Bila tidak menyaut, karena banyaknya cairan yang ia muntahkan, membuat tubuhnya lemas dan tidak bertenaga untuk melangkah, ia nyaris ambruk jika tidak segera Bisma menangkapnya dari belakang. Dengan sekali gerakan, pria itu mengangkat tubuh istrinya dan membawa ke ranjang.

Jangan tanyakan perasaan Bila saat ini, andai saja ia punya banyak tenaga, ia ingin turun dan mengumpatinya karena telah lancang menggendongnya. Namun, alih-alih mengomel dan bernada ketus, ia malah dibuat nyaman dengan aroma wangi tubuhnya. Benar-benar menenangkan. Perempuan itu merutuki hatinya yang tidak bisa bersahabat dengan tubuh dan isi kepalanya. Kesel, sebel, benci, tapi mendadak nyaman dengan aroma tubuhnya, apa itu namanya?

"Kamu istirahat dulu, nanti aku belikan dengan rasa yang baru," ucap pria itu seraya memposisikan tempat ternyaman istrinya. Jarak mereka sangat dekat, Bila yang lemas memejamkan mata dengan mengangguk, sementara Bisma sendiri terbuai dengan wajah tenangnya dan lupa untuk beranjak.

"Jangan lihatin aku terus, aku lapar," ucap perempuan itu memiringkan tubuhnya, seraya menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Bisma mengulum senyum melihat istrinya yang salah tingkah.

Pria itu tidak lekas beranjak, ia malah duduk di samping Bila dan mencoba membangun komunikasi.

"Mau makan apa? Aku akan membelinya untukmu."

"Pingin makan orang, sana menjauh, jangan terlalu dekat!" usir perempuan itu menyela, kembali bernada ketus. Bisma bergeming, masih betah duduk di bibir ranjang, Bila juga masih setia dengan posisinya. Kalau boleh, Bisma ingin sekali selalu dekat dengannya.

"Pingin masakannya Mbak Lastri, kapan dia balik?" Mendadak Bila merindukan olahan rumahan yang sering dibuat ARTnya itu.

"Mungkin lusa, kemarin bilangnya seminggu, tidak mungkin 'kan menunggu Bik Lastri pulang baru makan."

"Gimana kalau kita makan di luar? Kamu bisa mengunjungi tempat makan yang kamu inginkan?" tawar Bisma cukup antusias. Bila bergeming, ia tidak mengiyakan, atau menolak.

"Aku malas keluar, kamu bisa sendiri. Tolong tinggalkan aku di kamar sendirian."

Tiba-tiba ponsel Bila berdering, sebuah panggilan dari mertuanya. Bila memposisikan dirinya duduk dan segera menerima panggilan itu. Rupanya mertuanya masih menunggu kedatangan menantu dan putranya untuk makan malam bersama. Bila yang sungkan, akhirnya mengiyakan jamuan makan malam itu.

"Mama telfon?" Pria itu jelas kepo. Bila hanya mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya ia malas plus tubuh masih sedikit lemes, namun untuk menghargai itu, Bila memutuskan untuk datang.

Mendadak perempuan itu berpikir ragu, ia cukup khawatir berkunjung ke rumah mertuanya. Bagaimana kalau Mas Gema juga ada di sana, makan dalam satu meja?

.

TBC

Terpopuler

Comments

gia nasgia

gia nasgia

Bila jangan membuat suasana semakin runyam kasihan si baby, pengen dekat dengan papanya 🤭

2024-05-23

0

Vera Wilda

Vera Wilda

Terima Takdir aja Bila , itu yg terbaik buat mu , berdamai dg keadaan, jangan terlalu keras kepala juga 😊

2024-04-01

0

ika

ika

namanya C I N T A

2023-03-18

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Promo novel Mama Reni
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Promo novel Mama Reni
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!