Noktah Merah
Senja baru saja menyapa kemuning di ujung cakrawala saat gadis cantik nan anggun itu melepas gaun yang membungkus seharian. Rasanya begitu lelah, tapi teramat bahagia bisa bersanding dengan orang yang selama ini diimpikan. Setelah merajut asmara kurang lebih setengah tahun, akhirnya hari ini tepat di hari ulang tahunnya yang genap dua puluh tiga tahun. Gadis berparas ayu dengan nama lengkap Nabila Maharani itu sah dipersunting arjuna hatinya. Dia Gema Samudra, yang ternyata adalah kakak dari teman Bila semasa kuliah.
Senyum bahagia jelas terpancar menghiasi wajahnya. Ia begitu sangat cantik, malam ini pun ia akan mempersembahkan malam spesial untuk suaminya.
"Sayang, aku bersih-bersih dulu," pamit Bila sesaat setelah melepas gaun yang memenjara seharian.
"Oke, Mas tunggu di bawah, sekalian ada yang pingin mas obrolin dengan Papa," ucap Gema lembut, meninggalkan kecupan mesra sebelum beranjak.
Mereka merayakan pernikahan indahnya di sebuah Villa, hunian milik keluarga Gema yang memang disetting untuk acara sakral, sekaligus menjadi momen langka. Mengabadikan momen spesial di tempat yang istimewa.
Keluarga Bila pun sudah pulang sore itu juga, mengingat banyaknya kesibukan ayahnya yang tak bisa dicegah. Termasuk tamu undangan yang hadir, semua berbondong pulang setelah acara selesai. Tinggallah keluarga mempelai pria terlihat masih di sana. Rencananya akan pulang besok pagi, untuk kedua mempelai sendiri ingin menghabiskan hari-hari indah mereka sedikit lama sebelum Gema sibuk dengan aktivitas kantornya.
Bila cukup lama bermain dengan busa sabun, ia ingin terlihat wangi dan segar malam ini. Walau lelah, ia harus menunaikan kewajibannya bukan, tentu saja melayani suaminya. Hingga hampir satu jam Mas Gema belum kembali, Bila menunggu dengan hati gusar, ke mana suaminya pergi, ini adalah malam pertama mereka, rasanya sungguh deg degan.
Lelah hayati menggiring gadis itu beringsut menyambangi ranjang. Tangannya terulur mengganti lampu redup dengan cahaya meremang. Ia akan menunggu pria yang telah berikrar suci itu dengan rebahan di ranjang. Sebelumnya perempuan itu sudah bersolek cantik, lingeri marun melekat sempurna di tubuh moleknya. Menunggu terlalu lama dan rasa lelah membuat gadis itu mudah terlelap.
Samar-samar ia melenguh saat rasa yang berbeda mulai bertandang di tubuhnya. Dengan mata terpejam, Bila begitu menikmati sentuhan-sentuhan itu dengan rasa melayang. Ah … inikah yang dimaksud malam pengantin, rasanya begitu menggelora, serasa melayang.
"Mas, pelan-pelan, sakit …. " rintih Bila saat sesuatu yang paling berharga dalam dirinya mulai terkoyak. Ia sendiri yang tadinya terus terpejam karena malu, membuka matanya perlahan.
Perasaanya mendadak aneh, wangi parfum yang melekat di tubuhnya tidak biasanya. Ia bahkan terlihat tergesa dan tidak mengindahkan rintihan yang menyerang sedari tadi, walaupun tidak bisa dipungkiri, rasa itu sejuta rasa antara nikmat dan sakit, tapi ia ingin sedikit lebih lembut.
Bila terbelalak kaget, lebih tepatnya syok, dan segera mendorong kuat saat kesadarannya terkumpul dan menyadari yang bermain dengan dirinya bukanlah pria yang berstatus sebagai suaminya.
"Bisma? Kamu! Bia*dab! Setan apa yang telah merasukimu, Bis? Kenapa kamu begitu tega melakukan ini padaku? Kamu dalam masalah besar, bang*sat!" Bila beringsut mundur, menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.
Bisma terdiam, tidak menanggapi apapun kata-kata kasar yang keluar dari mulut istri dari kakaknya. Ia memungut pakaiannya sendiri tanpa kata, menyorot perempuan yang tengah mengamuk di depannya. Saat itulah pintu kamar terbuka, sosok yang sedari tadi Bila tunggu muncul dengan amarah menyala. Memindai tubuh istrinya yang polos berbalut selimut, dengan adiknya sendiri baru saja menghabiskan malam panjang yang seharusnya menjadi haknya.
"Breng*sek! Ba**sat! Ke*parat! Adik sialan, kamu merusak malam indah yang seharusnya aku lalui, kenapa kamu mengambil apa yang menjadi hak kakak!" murka Gema lantang, nyaris tak tersisa sabar di sana. Bila perlu ingin membunuh manusia keparat itu.
Bila hanya bisa terdiam dengan derai kristal membanjiri pipi. Terlalu sulit kenyataan ini dicerna dalam hidupnya. Ia tidak pernah menyangka, sosok yang hangat dan care di kampus bisa menjadi penjahat paling keji dalam semalam, melakukan tindakan amoral yang tidak bertemu akal.
Dengan langkah lebar, Mas Gema menarik tubuh Bisma yang bersimbah darah keluar kamar. Bila masih menangis dalam kamar, ia benar-benar tidak menyangka pernikahan impian dan malam pengantin yang telah direncana indah, berakhir nestapa kehancuran, dan itu adalah sahabat ia sendiri yang melakukan. Detik itu juga, rasa respeck terhadap lelaki itu hilang, berganti dengan benci yang menguasai seluruh relung jiwanya.
Mas Gema kembali membanting pintu, matanya berkilat marah menyorot istrinya yang masih sesenggukan.
"Kenapa kamu begitu ceroboh membiarkan seseorang masuk begitu saja, atau jangan-jangan kamu memang sengaja dan sudah mempunyai hubungan sejak lama!" bentak Mas Gema murka.
"Enggak Mas, sumpah demi Allah, Bila tidak ada hubungan apapun dengan Bisma, kenapa Mas malah menuduhku? Aku minta maaf, sungguh aku menyiapkan semua ini untuk Mas," jawabnya tergugu.
"Maafkan, aku Mas, tolong ampuni aku, aku tidak menyangka akan seperti ini." Bila bersimpuh di kaki pria yang belum genap dua puluh empat jam menjadi suaminya.
"Maaf, Bil, Mas nggak bisa," ucapnya sendu. "Aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini, ini terlalu sakit untuk aku terima," imbuhnya pelan, namun mampu membuat jiwa-jiwa tegar Bila lepas sudah.
"Jadi, hanya karena aku sudah tidak perawan, kamu mau ninggalin aku? Apa cintamu padaku hanya sebatas diukur dari rasa perawan?" Hancur sudah malam yang di gadang- gadang paling indah, berakhir nestapa kebencian.
"Beristirahatlah malam ini, aku akan memakai kamar yang lainnya," ucapnya pilu.
"Jangan pergi Mas, tetaplah di sini, ini kamarmu, aku minta maaf, aku tahu aku salah, tolong jangan begini." Bila memeluk Gema dari belakang, ia mengunci tubuhnya tanpa mau melepas.
Gema bergeming, tidak membalas, namun perlahan ia melepas tautan jemari Bila yang mengurung posesif.
"Jangan begini, Bil, kamu sudah bukan istriku lagi," jawab pria itu sendu.
Bila hanya bisa menggeleng kuat dengan terus menangis, melepas punggung pria itu yang beringsut menjauh. Dadanya begitu sesak, rasa marah dan benci begitu mendominasi. Bahkan rasa lelah dan nyeri tersamarkan dengan rasa emosi yang menyerbu hati.
"Tuhan …, kenapa ini terjadi padaku, apa salah dan dosaku. Ya Tuhan …, aku tak sanggup, aku benci, aku benci!" Bila meraung dan histeris sendiri. Menyambar dengan kasar sprei putih bernoktah merah, seharusnya malam ini ia bahagia karena bisa menjaganya untuk suami tercinta, namun nyatanya tidak. Ia hancur dalam semalam.
Malam ini juga, Bila akan pergi dari vila itu, tak sudi rasanya bermalam di sana dengan keadaan dirinya yang sudah tidak dianggap lagi. Bahkan, Mas Gema meninggalkan begitu saja tanpa mau mengerti betapa hancurkan dirinya dengan status yang menjadi korban.
"Sayang, kamu mau ke mana? Kenapa berkemas malam begini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
ATITUSMIATI
mungkin Bisma cinta sama Bila
2024-06-20
0
gia nasgia
Kayaknya Bisma sdh lama memendam perasaannya ke Bila
2024-05-22
0
Marhaban ya Nur17
mungkin se bisam diam" naksir bila kali
2024-03-26
0