Part 19

Malam itu, karena rasa sungkan, Bila mengiyakan acara jamuan makan malam di rumah mertuanya. Bisma terlihat bahagia, entahlah apa yang membuat pria itu selalu bersikap lembut dan penuh perhatian setelah kejadian itu. Andai pria itu tahu, Bila bahkan tersenyum pun sakit jika mengingat hal itu.

Bila duduk dengan tenang, sederet kursi dengan suaminya. Sedang Ibu mertua dan Papa di depan mereka. Semua nampak khusuk menikmati hidangan di depannya. Tidak ada yang menyimpang, keluarga yang begitu hangat dan tenang. Bila juga tidak menemukan Gema di sana, sebenarnya pria itu ke mana, mendadak rasa rindu itu menyambangi hatinya. Rasa lancang ingin bertemu membuat ia sedikit gelisah dalam duduknya.

"Kamu kenapa, Bila, ada yang kamu pikirkan?" tanya Bisma lembut. Bila menggeleng dalam gamang.

"Sayang, bagaimana kalau kamu menginap di sini saja," tawar Mama yang langsung ditolak halus Bila.

"Lain kali saja, Ma. Mungkin Bila akan meluangkan waktu lebih lama, terima kasih untuk jamuan makan malamnya." Merasa tidak enak, tapi jawaban yang paling relevan untuk menolaknya.

"Iya, Ma. Lain kali kami nginepnya," imbuh Bisma menimpali. Bu Mita menyangkan, wanita yang masih terlihat cantik nan modis di umur lima puluhan itu selalu merasa kesepian. Sebenarnya ia menginginkan menantunya itu mau tinggal bersamanya, sayang sekali sepertinya Bila masih kurang nyaman dengan kehidupannya saat ini.

Cukup lama mereka mengobrol, hingga waktu pukul sepuluh malam, Bisma dan Bila memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Lain kali kita nginep ya? Mama pingin banget kamu tinggal di sana," ujar Bisma membuka suara. Mereka sedang perjalanan pulang setelah merampungkan jamuan makan malam.

"Tidak bisa berjanji untuk hal yang bahkan aku sendiri tidak tahu," ucap Bila datar.

"Kamu cukup mengiyakan, atau bisa menundanya," jelas pria itu santai.

Bila lebih banyak diam, enggan membuka obrolan dalam bentuk apapun. Terlalu malas menimpali seseorang yang bahkan Bila sendiri enggan berbagi kata.

"Sampai kapan kamu mau bertahan dengan sikap dinginmu itu, Bila?"

"Sampai kamu bosan untuk menyapaku, dan hari itu tiba. Kamu akan menyerah dan menjauh pergi."

"Bagaimana kalau aku tidak bisa melakukan itu? Perasaan ini naluriah, tidak bisa dicegah atau pun dilarang."

"Kalau begitu sama, kamu juga harus bisa menghargai keputusanku yang mungkin bahkan tidak kamu sukai."

"Aku tahu aku salah, aku tidak akan memaksa dirimu untuk melihat keberadaanku. Aku hanya ingin dekat denganmu dengan anak kita."

"Apa yang membuatmu melakukan itu padaku, kita sudah mengenal baik selama empat tahun, kenapa kamu tega ngelakuin itu, Bisma?" Bisma menepikan laju mobilnya. Ia menyorot lembut perempuan yang duduk di sebelahnya. Tersirat banyak luka di netranya. Seketika Bisma berpaling, tak kuasa menatap manik hitam itu yang mulai mengembun.

Bila terdiam, nyatanya menerima kenyataan menurut versinya itu luar biasa sakit. Ada banyak hal menurut pandangan orang baik-baik saja, nyatanya tidak. Semua yang diawali dengan kesalahan itu sakit. Coba kalian jadi dirinya sebentar saja, merasakan sakitnya hati yang terluka karena harus menjaga perasaan orang-orang disekitarnya.

Sesampai di rumah, Bila langsung turun dari mobil dan masuk begitu saja. Mendahului Bisma yang berjalan santai tepat di belakangnya. Bila langsung menyambangi kamarnya, tanpa mengganti pakaian atau bersih-bersih dulu, perempuan itu cuek menjatuhkan bobot tubuhnya di ranjang. Sudut netranya melirik Bisma yang tengah bersiap menempatkan diri di sofa.

Maaf, Bisma. Aku tidak bisa menerima alasan apapun yang ada. Ini terlalu sakit, kamu menghancurkan dalam semalam. Sakit itu bertambah nyata, saat ternyata ada kehidupan lain di dalam rahimku.

Maaf, Bila. Aku tidak bisa jujur. Aku mencintaimu, aku harap Tuhan akan selalu memberi restu, seterjal apapun jalan yang harus ku tempuh.

Mereka berdua saling bermonolog mengarungi hatinya. Sebelum akhirnya netra keduanya merasa berat. Terlelap mengarungi mimpi. Tapi tidak untuk Bila, perempuan itu segera bangkit dari tidurnya setelah memastikan pria itu terlelap sempurna. Menyambar kontak mobil, ponsel dan tas yang terdampar di atas nakas. Berjalan pelan meninggalkan kamar.

Pandu yang saat itu belum tidur cukup terheran melihat mobil Bila keluar dari garasi malam-malam. Pria itu bergegas memberi kabar sepupunya itu lewat sambungan telepon. Nihil, tak ada sahutan. Mungkin kah pria itu terlalu lelap tertidur atau pingsan.

Pandu yang penasaran sampai loncat ke balkon sebelah. Ia mengetuk pintu cukup keras. Walaupun suka kesal dengan saudaranya itu, namun ia harus mengabarkan kalau istrinya keluar sendirian.

"Bisma!" suara gedoran kaca di palang pintu mampu membuat pria itu terusik. Bisma terjaga, menatap nyalang ke arah pintu yang begitu berisik. Waktu baru saja pukul dua belas lewat kegaduhan sudah menyapa.

"Apaan sih, berisik banget!" kesal Bisma menggerutu, berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Cek istri lo di dalam nggak?" Pandu melongok ke dalam.

"Tidur dia, jangan berisik nanti Bila marah," jawab Bisma sayu. Karena merasa penasaran Pandu langsung menyerobot masuk, meneliti ranjang yang tidak kosong.

"Bila tidur, terus yang tadi keluar siapa?" Pandu masih belum menyerah.

"Kamu kenapa sih, gangguin orang malam-malam." Bisma mendorong tubuh Pandu agar keluar dari kamar. Sekilas netra pria itu meneliti ranjang. Bila tidak biasa tidur tertutup sepenuhnya. Walaupun belum lama mereka satu kamar, Bisma selalu memperhatikan gaya tidurnya yang tidak beraturan, cenderung membuang selimutnya.

Deg

Seketika pria itu menyambar selimut itu dengan perasaan tak tenang. Sebuah perasaan kesal, marah, dan jengkel bergemuruh menjadi satu menguasai dadanya. Rasa kantuk yang bersarang hilang, lenyap sudah melayang. Dengan cepat ia keluar, memanggil-manggil nama istrinya.

"Bila! Bila!" Semua ruangan ia sambangi, tak ada jejak di mana pun. Kembali teringat perkataan Pandu yang membangunkan dirinya. Pria itu pasti mengetahui sesuatu. Bisma kembali ke kamar. Memanggil-manggil kediaman tetangganya itu.

"Pandu, ikut gue sekarang!" titahnya tak terbantahkan.

"Apa! Tadi nggak percaya, sekarang kelimpungan?" ejeknya dari balik pintu.

"Serius Pandu, Bila ilang, dia nggak ada di rumah."

"Istri lo kabur, gue lihat sendiri Bila pergi dengan mobilnya. Lo sih, udah nggak mau masih dipaksa, coba sama gue, nyaman dia."

"Bisa diem nggak sih! Bila nggak boleh pergi, bantu gue menemukannya, Pandu."

"Apa yang gue dapatkan kalau berhasil menemukan istri lo itu."

"Apa yang lo minta? Gue akan pertimbangkan, tolong bantu gue mencarinya." Bisma tidak bisa menghubungi ponsel istrinya, sepertinya Bila sengaja menonaktifkan. Pria itu bergegas pergi, turun ke jalanan yang sunyi. Malam semakin larut, jalanan lengah, tapi malah membuat pria itu cemas bukan main. Takut Bila yang menyetir sendirian di malam hari kenapa-napa.

"Ya Tuhan ... ini salahku!" Berkali-kali Bisma memukul bundaran stir. Terlihat gelisah tak tentu arah.

Terpopuler

Comments

Borahe 🍉🧡

Borahe 🍉🧡

Ayo dong Bis jujur aja sm Bila. atau jgn" si mantan suami Bila itu sebenarnya Gay yah? atau dia ad wanita lain

2024-07-27

0

gia nasgia

gia nasgia

Ihhh dasar bumil

2024-05-23

0

gia nasgia

gia nasgia

Lanjutkan

2023-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 Part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 Part 47
48 part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Part 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Promo novel Mama Reni
104 Part 104
105 Part 105
106 Part 106
107 Part 107
108 Part 108
109 Part 109
110 Part 110
111 Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
Part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
Part 47
48
part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Part 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Promo novel Mama Reni
104
Part 104
105
Part 105
106
Part 106
107
Part 107
108
Part 108
109
Part 109
110
Part 110
111
Promo novel Terjerat Pesona Dokter Tampan by Asri Faris

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!